Milenianews.com, Jakarta– Gaya hidup cashless semakin menjadi bagian dari keseharian mahasiswa, terutama dengan kemudahan berbagai metode pembayaran digital seperti e-wallet, mobile banking, dan QRIS. Namun, di balik kepraktisannya, apakah sistem ini benar-benar menguntungkan atau justru memiliki risiko yang perlu diwaspadai?
Ricki Sastra, dosen sekaligus Kepala Kampus UBSI (Universitas Bina Sarana Informatika) Kampus Kramat 98, menilai bahwa sistem pembayaran digital membawa banyak manfaat bagi mahasiswa.
“Cashless membuat transaksi lebih efisien dan praktis. Mahasiswa tidak perlu repot membawa uang tunai atau mencari kembalian. Selain itu, banyak promo dan cashback yang bisa membantu mereka lebih hemat,” ungkapnya dalam rilis yang diterima Milenianews.com, Senin (3/3/2025).
Ia juga menyoroti bagaimana fitur pencatatan transaksi otomatis dalam aplikasi e-wallet dapat membantu mahasiswa dalam mengelola keuangan. “Dengan adanya riwayat transaksi digital, mahasiswa bisa lebih sadar dengan pola pengeluaran mereka, sehingga lebih disiplin dalam mengatur keuangan bulanan,” tambahnya.
Namun, di balik kemudahan tersebut, Ricki juga mengingatkan adanya risiko yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah keamanan data. “Beberapa mahasiswa masih kurang memperhatikan keamanan akun mereka, seperti menggunakan password yang mudah ditebak atau membagikan data pribadi sembarangan. Ini bisa membuka celah bagi kejahatan siber,” jelasnya.
Baca Juga : Mau Jadi Ahli Industri? UBSI Kampus Cikarang Buka Jalanmu ke Karir Cemerlang!
Selain itu, kebiasaan menggunakan pembayaran digital yang terasa instan dapat membuat mahasiswa lebih konsumtif. “Ketika bertransaksi hanya dengan satu klik, terkadang kita tidak sadar seberapa banyak yang sudah dikeluarkan. Saldo bisa cepat habis tanpa perhitungan matang,” ungkap Ricki.
Ketergantungan pada sistem digital juga bisa menjadi tantangan saat terjadi gangguan teknis atau jaringan. “Ada momen di mana server down atau sinyal internet lemah, sehingga mahasiswa kesulitan melakukan pembayaran. Kalau tidak punya uang tunai sebagai cadangan, ini bisa menjadi masalah,” paparnya.
Ricki menegaskan bahwa keseimbangan adalah kunci dalam menjalani gaya hidup cashless. “Mahasiswa perlu lebih bijak dalam mengelola keuangan, memahami risiko digital, dan tetap memiliki alternatif pembayaran lain. Dengan pendekatan yang tepat, cashless bisa menjadi solusi tanpa menimbulkan masalah di kemudian hari,” tutupnya.