Milenianews.com – Sobat Milenia, tahukah kalian apa itu Zoom Bombing? Zoom Bombing merupakan serangan yang bisa membajak meeting online kalian di Zoom. Serangan Zoom bombing mulai masuk ke Indonesia.
Masuknya Zoom bombing ke Indonesia diawali dengan kegiatan diskusi yang diselenggarakan oleh Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional. Saat itu tema diskusi yang dibahas adalah “Kolaborasi Multistakeholders memerangi Hoax Disinformasi di Tengah Pandemi Covid-19” pada Kamis (16/4/20) kemarin.
Aksi penyusupan terjadi ketika Direktur Media Kernels Indonesia (Drone Emprit), Ismail Fahmi sedang memberikan pemaparan materi, tampilan layar berubah menjadi sebuah proses coding, lalu terdengar suara orang asing yang bukan peserta diskusi berbicara saat pemaparan materi masih berlangsung. Tidak lama, layar pun menampilkan adegan yang tidak senonoh dilakukan sesama pria, tindakan tersebut berlangsung selama beberapa detik.
Dilansir dari CNNIndonesia(17/4), Ismail tetap melanjutkan pemaparannya hingga selesai, dan meminta agar tidak lagi menggunakan aplikasi Zoom untuk menghindari kejadian yang sama terulang lagi.

Zoom bombing merupakan serangan yang dilakukan pihak asing untuk membajak video conference yang sedang berlangsung. Salah satunya dengan cara mengirimkan gambar/video porno ataupun ujaran kebencian, rasis, dan lain sebagainya.
Aksi ini telah terjadi di beberapa negara, bahkan sekolah di Amerika Serikat melarang keras penggunaan Zoom untuk berinteraksi dengan alasan yang sama.
Baca Juga : Tips Menghindari Serangan Pembajakan Zoom Meeting
Serangan Zoom Bombing di Indonesia Terjadi Karena Misconfiguration
Dilansir dari Liputan6, menurut Co-Founder dan CEO Cybint, Roy Zur mengatakan bahwa kebanyakan pengguna zoom selalu menyetel pertemuan Zoom menjadi publik, sehingga hal tersebut dapat diakses siapapun yang memiliki link. Pelaku zoom bombing hanya tinggal mengetik zoom.us di sosial media yang membagikan link tersebut.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, zoom meminta pengguna untuk memanfaatkan jalur komunikasi lain, seperti email yang lebih berisifat pribadi. Selain itu, sebelum menggunakan zoom, setel pertemuan yang sebelumnya ‘public’ menjadi ‘private’.
“Seperti biasa, produk dengan kepopuleran tinggi, tentu akan menarik peretas,” tutur Ray.
Pakar Keamanan Siber Alfons Tanujaya menegaskan bahwa, zoombombing terjadi bukan karena peretasan, melainkan kelalaian dari host/tuan rumah yang mengadakan pertemuan tersebut.
“Jika ingin aman, memang agak ribet. Banyak yang harus diatur, misalnya dalam Zoom ini, admin harus mengaktifkan waiting room untuk melihat siapa saja yang ingin masuk ke video conference dan mengizinkannya,” kata Alfons.