News  

Penutupan Sekolah Jadi Imbas Bentrok Perbatasan Thailand dan Kamboja

Penutupan Sekolah

Milenianews.com, Jakarta – Situasi di perbatasan Kamboja dan Thailand masih jauh dari kata aman. Bentrokan bersenjata yang terus berlanjut membuat aktivitas warga lumpuh, termasuk dunia pendidikan. Sekolah-sekolah di wilayah terdampak terpaksa ditutup demi alasan keselamatan, sementara jumlah korban dan pengungsi terus bertambah.

Baca juga: Gencatan Senjata Gagal, Thailand dan Kamboja Kembali Terlibat Perang di Perbatasan

Pemerintah Kamboja mengonfirmasi bahwa konflik di sepanjang perbatasan memaksa penutupan 1.039 sekolah yang tersebar di enam provinsi. Dampaknya tidak main-main, karena hampir 10 ribu guru dan lebih dari 240 ribu siswa tidak bisa menjalani kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Dalam pernyataan resminya, Kementerian Pendidikan Kamboja menyebut penutupan ini dilakukan karena kondisi keamanan yang tidak memungkinkan. “Keselamatan siswa dan tenaga pendidik menjadi prioritas utama dalam situasi ini,” tulis kementerian tersebut (17/12).

Di tengah penutupan sekolah, kabar duka juga terus berdatangan. Kementerian Dalam Negeri Kamboja melaporkan dua warga sipil kembali tewas akibat konflik, sehingga total korban sipil di negara itu kini mencapai 15 orang, dengan 73 lainnya mengalami luka-luka. Pemerintah menyatakan bahwa dampak pertempuran semakin meluas ke wilayah pemukiman. “Serangan yang terjadi telah menimbulkan korban di kalangan warga sipil dan merusak fasilitas umum,” demikian pernyataan resmi yang disampaikan pemerintah (17/12).

Thailand membawa isu kemanusiaan ke tingkat internasional

Ketegangan makin memanas setelah Kamboja menuding adanya serangan udara dari Thailand. Pemerintah menyebut jet tempur F-16 milik Thailand melakukan serangan di dalam wilayah Kamboja. “Kami mencatat adanya pelanggaran wilayah kedaulatan melalui serangan udara,” kata pernyataan resmi pemerintah Kamboja (17/12).

Sementara itu, Thailand juga melaporkan dampak serius di wilayahnya. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, mengatakan pemerintah telah mengajukan permohonan resmi kepada Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia. Langkah ini diambil setelah sembilan warga sipil Thailand dilaporkan tewas, serta lebih dari 600 sekolah dan rumah sakit harus ditutup. “Kami meminta perhatian dunia internasional atas situasi kemanusiaan yang memburuk akibat konflik ini,” ujar Nikorndej dalam pernyataan resminya (17/12).

Baca juga: Thailand vs Kamboja: Konflik Perbatasan Memanas dengan Serangan Udara

Konflik antara dua negara anggota ASEAN ini juga memicu gelombang pengungsian besar-besaran. Sekitar 700 ribu orang dilaporkan meninggalkan rumah mereka di kedua sisi perbatasan sejak pertempuran meningkat pekan lalu. Hingga kini, Kamboja mencatat 15 korban sipil meninggal dunia, sementara Thailand melaporkan 16 prajurit dan sembilan warga sipil tewas akibat bentrokan.

Situasi ini terus berlangsung meski Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebelumnya menyatakan bahwa para pemimpin Thailand dan Kamboja telah sepakat untuk menghentikan pertempuran. “Kedua negara telah menunjukkan komitmen untuk mengakhiri konflik,” kata Trump dalam pernyataannya (16/12). Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa proses menuju perdamaian masih menghadapi banyak tantangan, sementara warga sipil terus menanggung dampaknya.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *