Milenianews.com, Papua – Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua mendapat kecaman keras dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) daerah pemilih Papua, Yan Permenas Mandesan pada Rabu (22/10).
Kecaman ini menyusul aksi BBKSDA Papua yang melakukan pemusnahan mahkota cenderawasih dengan cara dibakar. Peumusnahan itu terjadi pada Senin (20/10) lalu.
Baca juga: Pemerintah Prioritaskan Pembangunan di Papua
Mandesan menyatakan dukungannya terhadap langkah penertiban, namun ia mengutuk cara pemusnahan yang digunakan pihak BBKSDA Papua. Menurutnya, burung cenderawasih adalah simbol kehormatan dan identitas masyarakat Papua.
“Penetiban itu perlu, tapi tidak dengan cara dibakar. Membakarnya merupakan langkah yang sangat melecehkan adat dan budaya orang asli Papua,” Pungkas Mandenas mengutip dari CNN pada Rabu (22/10).
Simbol Sakral Papua Dibakar, Dianggap Melecehkan Adat
Pembakaran dilakukan BBKSDA dengan maksud memutus rantai perdagangan ilegal satwa liar yang dilindungi. Salah satu satwa liar tersebut adalah burung Cenderawasih. Mahkota burung tersebut merupakan hasil sitaan dari patroli terpadu yang dilakukan dari 15 hingga 17 Oktober 2025.
Petugas mengamankan 58 ekor satwa di lindungi dalam kondisi hidup, 54 opset satwa dalam kondisi mati, 3 opset burung cenderawasih kecil dan 8 mahkota Cenderawasih serta aksesoris seperti sisir dan tusuk konde.
Paul Finsen Mayor, Senator Papua Barat Daya yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Adat Papua Wilayah III Doberai mengecam keras tindakan pembakaran mahkota Cenderawasih tersebut. Ditekankan bahwa mahkota tersebut sangat sakral dan merupakan simbol harga diri orang Papua.
“Apa yang dilakukan kepala balai itu saya kecam keras,” tegas Paul pada Rabu (22/10) mengutip dari viva.co.
Tuntutan Pencopotan Kepala Balai BBKSDA
Paul juga mempertanyakan keputusan pembakaran. Ia menilai tindakan itu tidak menunjukkan cara yang beradab. Mahkota sitaan bisa diberikan kepada museum sebagai warisan budaya.
“Mengapa harus dibakar? Apakah tidak ada cara lain yang lebih beradab? Mahkota itu seharusnya dimuseumkan sebagai warisan budaya, bukan dijadikan tontonan murahan lalu diunggah ke media sosial. Ini bukan tindakan penegakan hukum, tapi penghinaan terbuka terhadap adat papua,” pungkas Paul.
“Mahkota itu seharusnya disimpan, bukan dibakar. Kalau mau menertibkan yang harus ditertibkan adalah orang yang menembak burungnya, bukan membakar hasil karya budaya itu,” ucap Damianus Katayu, Ketua Majelis Rakyat Papua Selatan pada Rabu (22/10) mengutip dari publicanews.com.
Yan Permenas Mandenas meminta kementerian yang menaungi BBKSDA Papua bertindak tegas. Ia secara spesifik meminta kementerian kehutanan atau menteri lingkungan hidup memberhentikan Kepala Balai BBKSDA.
“Saya minta Kementerian kehutanan maupun Kementerian lingkungan hidup yang menaungi BBKSDA Papua untuk diberhentikan kepala balainya,” imbuhnya.
Baca juga: Daurah Marhalah Wustha: Tempa Kader Dakwah di Bumi Cenderawasih
Menanggapi kecaman, Kepala BBKSDA Papua, Johny Santoso Silaban menyampaikan permohonan maaf.
“Kami menyadari bahwa tindakan tersebut menimbulkan luka dan kekecewaan di hati masyarakat Papua. Dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, kami menyampaikan permohonan maaf yang tulus,” kata Johny.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.