Milenianews.com, Yogyakarta – Semangat kemerdekaan tidak hanya menjadi momentum mengenang perjuangan, tetapi juga pemicu lahirnya gagasan kreatif yang berpijak pada warisan budaya bangsa. Upaya itu diwujudkan melalui Seminar Kemerdekaan Digital bertema “Harmonizing Creativity and Innovation Based on Heritage” yang diselenggarakan Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) kampus Yogyakarta di Dagadu Yogyatorium pada Kamis, (4/9).
Bryan Givan, Co-Founder DICO, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kecerdasan buatan (AI) telah membuka berbagai peluang dalam industri kreatif. Ia juga memperkenalkan program CERMAI, sebuah pelatihan digital yang ditujukan bagi guru dan siswa agar lebih adaptif terhadap teknologi baru, dengan tetap mengedepankan etika serta empati dalam penggunaannya.
Baca juga: UBSI dan HEHA GROUP Jalin Kerja Sama Strategis Bidang Pendidikan dan Industri Kreatif
Co Founder Yayasan BSI, Ir. Naba Ajinotoseputro, menekankan pentingnya kolaborasi strategis dalam mengembangkan potensi lokal. Ia mengajak seluruh pihak untuk memanfaatkan AI sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti kreativitas manusia. Selain itu, ia mendorong kerja sama antara industri dan kampus melalui program magang serta pengembangan produk berbasis budaya.
Sebagai bentuk apresiasi, UBSI memberikan penghargaan kepada SMA Negeri 1 Samigaluh Kulon Progo, yang tercatat sebagai sekolah dengan jumlah siswa terbanyak melanjutkan studi ke kampus tersebut. Sholihatun Badriyah, guru perwakilan sekolah, mengungkapkan bahwa beasiswa dari Universitas BSI sangat membantu siswa dari keluarga dengan kondisi ekonomi menantang untuk tetap bisa menempuh pendidikan tinggi.
Pada sesi pemaparan, Mia Argianti dari Dagadu menjelaskan pentingnya menjaga keberlanjutan budaya melalui desain produk yang relevan dan kontekstual. Ia mencontohkan keberhasilan motif kapal Pinisi di Makassar sebagai bukti bahwa budaya lokal mampu beradaptasi dengan industri kreatif modern.
Dr. Ani Wijayanti menyoroti pencapaian Universitas BSI yang berhasil meraih akreditasi Unggul hanya dalam waktu tujuh tahun. Menurutnya, hal ini menunjukkan komitmen UBSI dalam menghadirkan inovasi pendidikan yang terjangkau, berkualitas, dan berorientasi pada kebutuhan dunia kerja.
Sementara itu, Nurwulan Isnielma, Head of Creative Marketing & Innovation HeHa Group, menekankan pentingnya menghadirkan budaya dalam bentuk yang kreatif sekaligus otentik. Ia menilai tantangan terbesar sektor pariwisata saat ini adalah merancang pengalaman budaya yang tetap setia pada nilai-nilai tradisional, namun dikemas secara modern agar relevan bagi generasi muda.
“Menampilkan budaya lokal bukan hanya soal visual, tetapi juga bagaimana nilai-nilai dan filosofi di baliknya dapat dikomunikasikan secara menyeluruh melalui inovasi,” ujar Nurwulan dalam keterangan tertulis, Jumat (5/9).
Ia menambahkan, setiap pelaku pariwisata dan bisnis kreatif memiliki tanggung jawab menjaga warisan budaya, sekaligus memodernisasi penyajiannya agar tidak ditinggalkan zaman.
Baca juga: UBSI dan Dagadu Djokdja Jalin Kolaborasi Strategis untuk Dorong Industri Kreatif Lokal
Acara ditutup dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara UBSI, Dagadu Djokdja, dan HeHa Group. Kesepakatan ini menjadi tonggak awal sinergi konkret yang mencakup kerja sama program magang, pengembangan produk berbasis budaya, serta kolaborasi event kreatif yang melibatkan mahasiswa dan pelaku industri.
MoU tersebut sekaligus menegaskan komitmen bersama dalam membangun ekosistem kolaboratif antara pendidikan tinggi dan dunia industri kreatif di Yogyakarta. UBSI sebagai Kampus Digital Kreatif yang konsisten mendorong kolaborasi inovasi digital dengan pelestarian budaya, agar generasi muda dapat menghadapi era global tanpa meninggalkan identitas bangsa.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.