News  

Memberi Makan Orang Kelaparan dalam Konteks Kekinian

Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS.

Milenianews.com, Jakarta– Dari Abu Hurairah ra, salah satu sahabat Nabi Muhammad saw, bertanya: ” Wahai Rasulullah, setiap kali aku melihatmu, terasa jiwaku tenang dan hatiku bahagia. Karena itu, kabarilah aku tentang segala sesuatu. Lalu, beliau bersabda bahwa ‘Segala sesuatu itu diciptakan dari air’.  Lalu, aku bertanya lagi, wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang suatu perbuatan yang jika aku dapat melakukannya, pasti aku menjadi penghuni surga’.  Beliau menjawab: ‘Berilah makanan orang yang kelaparan, sambungkan tali silaturahim, lalu shalatlah malam hari (Tahajjud) ketika banyak orang yang tertidur lelap, kemudian masuklah (kamu) ke surga Ilahi yang penuh dengan kenikmatan” (HR. Ahmad).

Menurut Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS,  maksud hadits Nabi tentang pentingnya memberi makan orang kelaparan tidak sekadar “memberi ikan”, artinya memberikan makanan kepada orang yang membutuhkan. Tapi lebih luas dari sekadar memberikan makanan yang langung habis begitu dimakan, yakni memberi pancing bahkan lebih dari itu.

“Dalam konteks kekinian, di mana masih banyak orang miskin, sementara ketimpangan ekonomi (kaya vs miskin) sangat tinggi, maka, memberi makan kepada orang kelaparan, bermakna pula memberikan pekerjaan kepada penganggur dengan pendapatan (income) yang mensejahterakan diri dan keluarganya; memberikan pendidikan, pelatihan, IPTEK, dan penyuluhan agar mereka yang lemah mempunyai kapasitas dan kompetensi utk bekerja profesional atau menciptakan lapangan kerja; dan memberikan pinjaman modal,” kata Prof. Rokhmin Dahuri dalam rilis yang diterima Milenianews.com, Ahad (2/3/2025).

Ia menambahkan, “Termasyuk memberika makan kepada orang kelaparan adalah menyammpaikan informasi pasar domestik maupun ekspor bagi beragam produk hasil produksi rakyat kecil (UMKM); menyeru agar Muslim dan Muslimah meningkatkan IMTAQ (Iman dan taqwa) serta akhlak.mulia; dan beragam kebajikan (amal saleh) lainnya. Wallahu a’lam bisawwab.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *