Kurangi Efek Gas Rumah Kaca, Ilmuwan Kembangkan Vaksin Dari Kentut Sapi

Vaksin sapi

Milenianews.com, Jakarta – Para ilmuwan sedang mengembangkan vaksin inovatif yang dapat mengurangi emisi metana dari sapi. Institut Pirbright di Inggris memimpin proyek penelitian tiga tahun untuk menciptakan vaksin yang mampu menekan bakteri penghasil metana di rumen sapi.

Kemampuan sapi untuk bertahan hidup hanya dengan memakan rumput adalah salah satu keajaiban alam. Namun, ada konsekuensi besar di balik proses ini. Saat rumput difermentasi dalam rumen (salah satu dari empat bagian lambung sapi) proses tersebut menghasilkan metana, gas rumah kaca yang 28 kali lebih kuat daripada CO₂ dalam hal pemanasan global.

Baca juga: Diduga karena Sering Intip Anaknya Mandi, Kadus Pukul Pemuda di Lampung Hingga Tewas

Metana yang dihasilkan dilepaskan melalui sendawa dan kentut sapi. Rata-rata, satu ekor sapi dapat menghasilkan sekitar 90 kg metana per tahun. Selain itu, metana juga dilepaskan dari kotoran ternak. Secara keseluruhan, sektor peternakan menyumbang sekitar sepertiga dari total emisi metana yang dihasilkan manusia, menjadikannya salah satu penyebab utama pemanasan global.

Beberapa peternakan telah mencoba mengurangi emisi ini dengan memberikan aditif makanan yang dapat menekan produksi metana dalam pencernaan sapi. Namun, metode ini memiliki tantangan, seperti efektivitas yang tidak konsisten dan ketergantungan pada suplai berkelanjutan, yang sulit diterapkan pada sapi yang dibiarkan berkeliaran.

Jeff Bezos sumbang 9 Juta Dollar AS untuk dukung ilmuwan kembangkan vaksin sapi

Melansir dari BBC, Selasa (11/2), proyek ini mendapat dukungan dana sebesar $9,4 juta dari Bezos Earth Fund dan melibatkan beberapa institusi lain, termasuk Royal Veterinary College Inggris dan AgResearch dari Selandia Baru. Target utama penelitian ini adalah menciptakan vaksin dosis tunggal yang diberikan sejak dini dan mampu mengurangi emisi metana minimal 30%.

Namun, tantangan besar masih ada. Salah satunya adalah memastikan antibodi yang dihasilkan vaksin dapat bekerja di dalam rumen, mengingat lingkungan ini tidak mendukung efektivitas antibodi secara alami. Selain itu, ada kekhawatiran tentang kemungkinan efek samping pada kesehatan sapi dan apakah vaksin ini akan memengaruhi efisiensi pencernaan, yang bisa meningkatkan kebutuhan pakan dan biaya peternakan.

Baca juga: AKBP DK Dipecat Tidak Hormat, Diduga karena Penyuka Sesama Jenis

Selain tantangan ilmiah, penerimaan publik juga menjadi faktor krusial. Kasus aditif pakan Bovaer di Inggris menunjukkan bagaimana misinformasi dapat memicu ketidakpercayaan masyarakat terhadap inovasi baru. Oleh karena itu, komunikasi yang transparan dan berbasis data sangat penting dalam memperkenalkan vaksin ini ke pasar.

Jika berhasil, vaksin ini bisa menjadi terobosan besar dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor peternakan. Dengan satu dosis yang berdampak jangka panjang, teknologi ini bisa menjadi solusi yang lebih praktis dibandingkan metode lain yang sudah ada. Pada akhirnya, keberhasilan proyek ini dapat menjadi langkah besar dalam upaya global untuk menekan pemanasan bumi.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *