Milenianews.com, Jakarta – Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) di Desa Alung Banua menjadi contoh nyata bagaimana komunitas minoritas bisa hidup rukun di tengah keberagaman. Berdiri sejak 2018, gereja ini jadi satu-satunya perwakilan Advent di kepulauan tersebut. Meski jumlahnya nggak banyak, jemaatnya tetap solid, aktif, dan terlibat dalam berbagai kegiatan sosial lintas agama. Mereka ikut program pemeriksaan kesehatan gratis sampai acara keagamaan bareng gereja lain, sambil tetap menjaga identitas iman mereka.
Baca juga: Berikut Kandidat Pemimpin Gereja Katolik Sepeninggal Paus Fransiskus
Komunitas ini berada di Desa Alung Banua, sebuah desa kecil di Kepulauan Bunaken, Sulawesi Utara. Lokasinya yang indah dan terpencil membuat kehadiran gereja ini jadi semakin unik, karena berada di tengah mayoritas gereja Kristen lain yang sudah lama ada di wilayah tersebut.
GMAHK Alung Banua berdiri resmi pada tahun 2018. Awalnya, gereja ini lahir dari kerinduan sekelompok pendatang yang ingin tetap beribadah sesuai ajaran Advent ketika berada di desa tersebut. Dengan modal semangat kekeluargaan dan keyakinan yang kuat, mereka membentuk komunitas ibadah yang kini terus berkembang.
Jemaat dan pemimpin yang punya karakter kuat
Pendeta GMAHK, jemaat setempat, dan masyarakat desa berperan penting dalam keberlangsungan gereja ini. Menurut pendeta yang berbincang santai dengan mahasiswa KKN-PPM UGM Seri Bunaken 2025, ada beberapa ciri khas yang membedakan GMAHK dari denominasi Kristen lainnya:
1. Ibadah di Hari Sabtu – Jemaat menguduskan hari Sabtu, sesuai pemahaman literal dari Sepuluh Perintah Allah dan kisah penciptaan.
2. Gaya Hidup Sehat – Menjauhi makanan haram menurut Alkitab seperti daging babi, serta minuman berkafein.
3. Pakaian Sederhana tapi Berkelas – Berpakaian sopan, rapi, dan tidak berlebihan.
4. Satu Visi Dunia – Memiliki sistem organisasi global yang membuat ajaran dan visi-misinya seragam di seluruh dunia.
Meskipun berada di lingkungan mayoritas, jemaat GMAHK Alung Banua tidak menutup diri. Mereka percaya bahwa menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar adalah bagian dari pengamalan iman. Fleksibilitas dalam beradaptasi dengan budaya lokal membuat mereka bisa diterima, sekaligus tetap teguh pada ajaran global gereja. “Toleransi di sini bukan cuma jargon, tapi sudah jadi budaya hidup,” begitu gambaran yang terlihat dari hubungan mereka dengan warga desa.
Baca juga: Setelah Wafat, Ini 5 Pesan Paus Fransiskus Tentang Kehidupan
GMAHK Alung Banua mengadakan kegiatan seperti Malam Permintaan Doa tiap Rabu dan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) yang terbuka untuk siapa saja, bukan hanya jemaat Advent. Dukungan penuh dari warga desa dan pemerintah membuat urusan administrasi berjalan lancar. Dengan semangat kolaborasi, mereka menjaga hubungan harmonis dengan lingkungan sekitar dan aktif memberi kontribusi tanpa pamrih. Gereja ini membuktikan kalau menjadi minoritas bukan halangan untuk berkembang, berkontribusi, dan tetap menjaga identitas.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.