News  

Kasus Sifilis Meningkat 70 Persen Dalam 5 Tahun di Indonesia

diagnosis-penyakit

Milenianews.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan dalam kurun waktu lima tahun ini telah terjadi peningkatan kasus penyakit sifilis sampai menyentuh angka 70 persen.

Tahun 2021 lalu, kasus sifilis yang terdeteksi sebanyak 12.484 orang. Angka tersebut kemungkinan akan terus mengalami peningkatan. Hingga pada tahun 2022 lalu, jumlahnya mencapai 20.783 kasus.

Baca juga : Gaya Hidup Milenial Pengaruhi Kesehatan

“Jadi pasien yang ditemukan setiap tahunnya terus bertambah. Sampai sekarang mengalami lonjakan hingga 70 persen,” kata jubir Kemenkes Mohammad Syahril dalam konferensi pers yang digelas secara daring, Senin (8/5).

Sifilis dikenal sebagai penyakit raja singa. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa, melainkan juga anak-anak.

Biasanya, gejala yang muncul ialah gatal dan luka pada daerah kelamin. Penyakit tersebut muncul karena bakteri yang bernama Treponema Pallidum. Biasanya muncul karena perilakua seksual.

Namun untuk kasuk pada anak-anak, bisa ditularkan melalui orang tuanya. Penularan tersebut bisa terjadi ketika ibu hamil dan melahirkan. Dengan itu dapat diartikan bahwa penyakit ini bisa diturunkan kepada anaknya.

Dalam kondisi tertentu, penyakit ini bisa merenggut hak anak untuk hidup sehat. Bahkan, tidak sedikit anak yang terpapar sejak dalam kandungan, atau meninggal dunia ketika dilahirkan.

“Perilaku seks orang tua yang berisiko, baik anal maupun oral sangat mencederai hak anak. Bukan cuman kematian, sifilis juga bisa menyebabkan anak cacat,” jelas Syahril.

Dari data Kemenkes melaporkan, persentasi bayi yang mengalami abortus atau lahir karena sifilis sebanyak 69 hingga 80 persen.

“Jadi risikonya tinggi, makanya harus ditangani,” tegasnya.

Syahril juga menyayangkan rendahnya ibu yang menjalankan pengobatan setelah mengetahui sudah terpapar sifilis. Kurang lebih hanya ada 40 persen yang menjalani pengobatan. Sisanya tidak melakukan pengobatan sehingga berisiko menularkannya kepada anak mereka.

Baca juga : Cegah Kanker Serviks dengan Pap Smear

Katanya, rendahnya persentasi tersebut kemungkinan terjadi karena adanya stigma yang terlanjur dibentuk masyarakat. Stigma tersebut menyebabkan mereka yang terpapar malu, hingga beralih tidak mengobati penyakit yang dideritanya.

“Terbukti, setiap tahun itu misal ada lima juta kehamilan, hanya 25 persen yang skrining. Yang menjalani pengobatan lebih kecil lagi,” katanya.

Jangan sampai ketinggalan info terkini bagi generasi milenial, segera subscribe channel telegram milenianews di t.me/milenianewscom.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *