Milenianews.com, Jakarta – Komisi Olimpiade Internasional (IOC) pada hari Rabu (29/9) mengumumkan bahwa mereka mengizinkan atlet perempuan berhijab di Vila Atlet Olimpiade Paris 2024. Keputusan ini merupakan perubahan dari kebijakan sebelumnya yang melarang penggunaan hijab di fasilitas Olimpiade.
Keputusan ini disambut baik oleh berbagai pihak, termasuk para atlet perempuan Muslim. Salah satu atlet yang menyambut baik keputusan ini adalah Zahra Nemati, peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 dalam cabang panahan. Nemati mengatakan bahwa keputusan ini merupakan “langkah maju yang besar” bagi atlet Muslim.
Baca Juga : Indonesia Kembali Raih Medali di Olimpiade Standar Internasional Korea
Berhijab di Olimpiade Paris 2024
Dilansir dari Aljazeera.com, dalam sebuah pernyataan, IOC mengatakan bahwa keputusan ini dibuat untuk menghormati “prinsip kebebasan beragama”. IOC juga mengatakan bahwa keputusan ini tercipta setelah berkonsultasi dengan berbagai pihak, termasuk para atlet, federasi olahraga, dan penasihat agama.
“Kami percaya bahwa keputusan ini akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan menghormati bagi semua atlet,” kata IOC dalam pernyataannya yang dikutip dari Aljazeera.com, Minggu (8/10).
Keputusan ini merupakan perubahan yang signifikan dari kebijakan sebelumnya yang melarang penggunaan hijab di fasilitas Olimpiade. Kebijakan tersebut telah menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk para atlet perempuan Muslim dan organisasi hak asasi manusia.
Dengan keputusan ini, atlet perempuan Muslim kini akan dapat mengenakan hijab di semua fasilitas Olimpiade, termasuk di Vila Atlet, arena pertandingan, dan tempat latihan.
Baca juga: Siswa SMA Perwakilan Indonesia dalam Olimpiade Internasional!
Peraturan Ketat Prancis Dalam Aturan Hijab
Pada bulan Agustus, Prancis mengumumkan bahwa mereka melarang abaya di sekolah. Lusinan perempuan juga dipulangkan ketika mereka mengenakannya ke sekolah.
Pada bulan Januari tahun lalu, senator Prancis memilih untuk melarang jilbab dalam kompetisi olahraga dan pada bulan Juli tahun ini, pengadilan tinggi Prancis menegakkan larangan jilbab selama kompetisi sepak bola. Pesepak bola Prancis yang mengenakan jilbab telah berjuang untuk inklusi di lapangan melalui sebuah kolektif bernama “Les Hijabeuses.”
Prancis adalah satu-satunya negara di benua itu yang mengecualikan atlet yang mengenakan jilbab di sebagian besar kompetisi olahraga domestik. Hal ini terjadi meskipun Negaranya memiliki banyak penduduk Muslim.
Asosiasi Muslim dan kelompok hak asasi manusia menuduh Prancis telah mengikis perlindungan demokrasi. Prancis juga membuat Muslim rentan terhadap pelecehan dengan undang-undang tersebut. Kantor hak asasi manusia PBB juga mengkritik keputusan Prancis untuk melarang atletnya mengenakan jilbab.
“Tidak ada yang memaksakan kepada seorang wanita apa yang perlu dia kenakan atau tidak kenakan,” kata juru bicara kantor hak asasi PBB Marta Hurtado kepada wartawan di Jenewa.
Baca Juga : Indonesia Berhasil Kalahkan 29 Negara Pada Olimpiade Matematika Internasional SIMOC 2023
Pada tahun 2016, Ibtihaj Muhammad membuat sejarah dengan menjadi anggota tim pertama Amerika Serikat yang berkompetisi di Olimpiade sambil mengenakan jilbab.
Singkatnya, Prancis telah menerapkan banyak undang-undang yang melarang atau membatasi Muslim, terutama wanita Muslim, untuk menjalankan agama mereka dengan bebas. Ini telah memicu kritik dari banyak pihak, termasuk PBB.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.