FOMO Bikin Anak Muda Haus Koneksi atau Sekadar Takut Ketinggalan Tren?

fomo

Mata Akademisi, Milenianews.com – Di era digital yang bergerak cepat, anak muda hidup dalam dunia yang terus mengalirkan informasi, tren, dan ekspektasi sosial secara simultan. Dari TikTok hingga Instagram, dari obrolan X hingga percakapan di grup WhatsApp, mereka disuguhkan beragam hal yang sedang “happening” mulai dari tempat nongkrong viral, produk terbaru, hingga opini politik.

Dalam hiruk pikuk itulah menurut Przybylski et al. (2013), muncul fenomena yang dikenal sebagai FOMO atau Fear of Missing Out, yakni rasa cemas karena merasa tertinggal atau tidak ikut serta dalam suatu tren dan aktivitas yang dianggap penting oleh lingkungan sosial. FOMO sebagai bentuk kecemasan sosial modern akibat keterhubungan digital yang terus-menerus. Namun, apakah FOMO semata-mata ketakutan? Atau sesungguhnya ada kebutuhan yang lebih dalam yang mendorong anak muda untuk tetap terhubung dan relevan?

Baca juga: Hindari FOMO dengan Praktik Mindfulness dan Syukur

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu menilik Teori Hierarki Kebutuhan Maslow, yang menempatkan kebutuhan sosial sebagai salah satu pilar penting dalam perkembangan manusia. Dalam piramida Maslow, setelah kebutuhan fisiologis dan keamanan terpenuhi, manusia secara alamiah akan mencari pemenuhan dalam bentuk cinta dan rasa memiliki yakni kebutuhan untuk diterima, dicintai, dan terhubung dengan orang lain.

Pada tahap inilah FOMO sering kali berakar. Ketika seorang anak muda melihat temannya memposting kebersamaan dalam suatu acara, menikmati konser, atau terlibat dalam komunitas tertentu, rasa ingin menjadi bagian dari kebersamaan itu muncul. FOMO bukan sekadar takut tertinggal tren, melainkan menunjukkan adanya kebutuhan akan pengakuan.

Algoritma dan Ilusi Keterhubungan

Dalam dunia digital yang dikendalikan algoritma, kebutuhan ini semakin diperkuat oleh algoritma media sosial. Notifikasi, likes, komentar, dan konten viral menjadi alat ukur eksistensi. Anak muda pun secara tak sadar terdorong untuk terus mengikuti apa yang sedang tren, bukan semata-mata karena mereka menyukainya, melainkan karena takut jika tak ikut serta, mereka akan kehilangan tempat dalam lingkaran sosial. Dalam konteks Maslow, ini adalah manifestasi dari kebutuhan sosial dan sering kali kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) yakni keinginan untuk dihargai, dihormati, dan diakui.

Namun, ada dilema yang muncul. Keinginan untuk terkoneksi sering kali berbenturan dengan identitas pribadi dan kesejahteraan mental. Banyak anak muda akhirnya merasa lelah mengikuti ritme sosial yang tiada henti, mengalami tekanan untuk selalu tampil “up to date”, dan bahkan mengalami kecemasan sosial jika merasa tidak cukup menarik untuk diperhatikan. Di sinilah pentingnya refleksi: apakah koneksi yang dikejar benar-benar memenuhi kebutuhan relasional yang tulus, atau sekadar respons atas ketakutan tak terlihat?

Baca juga: Apa itu FOMO?

Ironisnya, dalam upaya mengejar koneksi sosial melalui FOMO, sebagian anak muda justru menjauh dari pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri puncak tertinggi dalam hierarki Maslow. Alih-alih mengembangkan potensi diri secara otentik, mereka sibuk menyesuaikan diri dengan standar eksternal yang belum tentu sejalan dengan nilai dan minat pribadi. FOMO dapat menjadi jebakan sosial yang menjauhkan dari pertumbuhan sejati.

Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk membedakan antara kebutuhan akan koneksi social yang sehat dan dorongan impulsif karena takut ketinggalan. Mengelola FOMO bukan berarti menutup diri dari dunia, tetapi belajar memilah mana yang memberi makna dan mana yang hanya memberi ilusi keterlibatan. Dalam dunia yang terus bergerak, ketenangan justru bisa datang dari keberanian untuk tidak selalu mengikuti, melainkan memilih dengan sadar. Koneksi sejati tidak selalu lahir dari tren, tetapi dari relasi yang autentik dan kesadaran diri akan apa yang benar-benar dibutuhkan.

Penulis: Upi Zahra, Dosen serta Fita Rahmadiani, Nazwa Davina Rachman, Siti Marisa, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Penulis: Upi Zahra, Fita Rahmadiani, Nazwa Davina Rachman, Siti MarisaEditor: Sismia Wandi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *