Milenianews.com, Langkat– Dai memungkinkan saja disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dan penghargaan, dikarenakan bukan profesi formal. Namun dai adalah sebuah profesi penuh karya dan sarat makna.
Pengorbanan mereka dalam mengemban misi dakwah demi membawa dan mencerdaskan masyarakat sangat layak diacungi jempol. Berkat kerja para dai, banyak ilmu dan cahaya hidayah terhantar dan tersebar hingga jauh ke pelosok dan pedalaman negeri.
Namun apakah perjuangan para dai tidak luput dari badai ujian yang lantas mengernyitkan dahi bahkan menciutkan nyali untuk tetap bertahan memperjuangkan kebenaran? Tentu tidak, tak terkira halangan dan cobaan yang dai alami. Bahkan berbagai problem tersebut seolah melekat tak terpisah dalam kehidupan dai. Apatah lagi bila tugas di pedalaman.
Salah satu kisah perjalanan dakwah dai yakni Ustadz Faris yang sudah 5 tahun tugas dakwah di Langkat dan perbatasan Aceh Tamiang layak dijadikan inspirasi. Berikut sekelumit kisah perjuangannya berdakwah dengan membangun pesantren.
Dai kelahiran tahun 1993 ini, pada akhir tahun 2018 menjadi tahun bersejarah bagi Ustadz Faris, karena mendapat tugas baru untuk dakwah di Langkat. Bersama istri dan dua orang anaknya, Ia tinggalkan Pulau Nias, Sumatera Utara (Sumut) sebagai tempat gugas sebelumnya. Tak terbayang sebelumnya bahwa ia mendapat tugas baru.
Sebagai bentuk kecintaan pada dakwah dan ketaatan pada kepimpinan di Hidayatullah, dengan berbekal tawakkal, Faris menerima amanah tersebut, dengan mengucap Bismillah.
Tujuan tugas ke Langkat bukan hanya berdakwah pada umumnya, seperti menjadi khatib, sebagai imam shalat, mengajar ngaji, mengurus pernikahan, menjadi tim fardhu kifayah, melayani undangan ceramah hajatan warga, menjadi tempat konsultasi tentang agama dan kehidupan. Namun, Ustadx Faris juga dimanahkan untuk membangun pesantren. Terbayang bagaimana memulainya, dari nol, tanpa modal.
Baca Juga : BMH Kaltara-Gramedia Tarakan Salurkan Buku Tulis untuk Tingkatkan Kebiasaan Menulis Tangan
Diketahui, di Langkat tak sedikit jumlah pesantren dan sekolah agama. Pun bertebaran tokoh agama bahkan ulama. Terbayang olehnya, betapa dalam jalan terjal yang mesti dilalui, butuh perjuangan dan pengorbanan yang mesti dilakukan untuk membangun pesantren. Bak menggarami air laut.
Sebelumnya, tepat di Kampung Lalang, Desa Pekan Besitang, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumut, telah tersedia lokasi tanah wakaf yang penuh semak, karena lama tak digarap. Di atas lahan dengan kemiringan cukup terjal ada tumbuhan beberapa jenis pohon buah-buahan.
Sembari manata diri dan terus mengakrabkan diri kepada Allah melalui ibadah yang istiqamah dan silaturahim, Ustadz Faris bergerak menjalin komunikasi dan membangun jejaring pergaulan yang cukup. Silaturahim adalah senjata andalan dalam mewujudkan pendirian pesantren.
Silaturahim di Dunia Nyata dan Dunia Maya
Ada dua pola yang dilakukan, silaturahim di dunia nyata dan di dunia maya. “Saya menyadari minim kemampuan untuk berjumpa masyarakat secara langsung, walaupun itu tetap kami lakukan. Sehingga porsi silaturahim di dunia maya yang prioritas dan banyak kami lakukan. Kami sampaikan cita-cita besar ini membangun pesantren secara bertahap dengan bahasa yang ringan, dukungan itu mengalir, meski sederhana tapi tak putus. Alhamdulillah, kami sangat bersyukur. Begitu Allah mengabulkan harapan dan memberi bantuan,” cerita Ustadz Faris kepada tim BMH di sebuah kesempatan.
Dijalaninya tugas itu penuh keikhlasan sembari tak putus berikhtiar, doa dan tawakkal. Sebagai tonggak keberhasilan dakwahnya, tak terasa di atas lahan perbukitan yang luasnya kurang lebih 1 hektar tersebut, kini telah berdiri berbagai sarana berupa masjid, sekolah, asrama, rumah pengasuh, saung belajar. Pesantren rintisan itu diberi nama Pesantren Darul Fatah Hidayatullah. Hidayah Allah adalah pintu kemenangan.
“Kalau kita lihat sekarang, beberapa bangunan telah berdiri ini, kami tidak bayangkan sebelumnya bisa seperti ini. Ini murni pertolongan Allah. Sebab hingga saat ini pun, untuk keperluan keseharian seperti logistik masih dari bantuan pihak lain, apalagi mau mendirikan bangunan. Sangat di luar jangkaun akal kami. Tapi ini juga realitas ya, bangunan ini sudah berdiri. Allah akan menolong bila hamba menolong agama Allah,” ujarnya dalam rilis yang diterima Milenianews.com. Kesan itu pun ditangkap saat tim BMH mengunjungi pesantren Darul Fatah pada hari terakhir tahun 2023.
Sala satu penanda lain dari keberhasilan Ustadz Faris dalam berdakwah dan membangun pesantren, saat ini ia telah membina mendidik 55 santri putra putri dan 17 orang diantaranya berasrama. Khusus yang berasrama mereka mendapat layanan full tanpa bayar, alias gratis.
Begitulah sekelumit sederhana yang bisa disimak dari perjalanan dakwah Ustadz Faris membangun pesantren di Kabupaten Langkat.
Menjadi dai dengan tugas dakwah dipelosok dan pedalaman setidaknya menjadi refleksi perjuangan yang tidak mudah apalagi dengan segala kompleks kesulitan dan tantangannya. Inilah refleksi perjuangan yang luar biasa yang besar kemungkinannya tidak dijumpai di sebagian wilayah umum perkotaan.