Milenianews.com, Jakarta – Dengan mangkatnya Paus Fransiskus, Gereja Katolik menghadapi momen yang menentukan. Setelah pemakamannya, proses konklaf yang khidmat dan rahasia pun dimulai di Kapel Sistina Vatikan.
Dalam proses ini, para kardinal berusia di bawah 80 tahun yang memiliki hak pilih akan melakukan beberapa putaran pemungutan suara hingga seorang calon paus mendapat dua-per-tiga suara dukungan.
Baca juga: Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun: Warisan Sang Pembela Kaum Miskin
Seluruh rangkaian konklaf berlangsung di Kota Vatikan, tepatnya di Kapel Sistina, tempat para kardinal berkumpul untuk memilih pemimpin baru bagi Gereja Katolik.
Proses ini dimulai setelah pemakaman Paus Fransiskus. Menurut laporan laman Anadolu pada Selasa (22/4), dunia kemudian mengarahkan perhatian kepada para calon paus dari negara-negara Selatan.
Nama calon yang disebut-disebut
Berikut adalah nama calon yang banyak dibicarakan oleh masyarakat.
1. Peter Turkson (Ghana)
Ia berusia 76 tahun dan pernah menjabat sebagai Uskup Agung Cape Coast. Paus Yohanes Paulus II menunjuknya sebagai Kardinal pada tahun 2003. Ia secara aktif membela isu perubahan iklim, memberantas kemiskinan, dan memperjuangkan keadilan ekonomi. Selain itu, ia juga menerima penugasan sebagai duta perdamaian untuk Sudan Selatan.
2. Luis Antonio Tagle (Filipina)
Berusia 67 tahun, adalah mantan Uskup Agung Manila dan kini bertugas sebagai Prefek Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa. Masyarakat menjulukinya “Fransiskus dari Asia” karena ia dikenal sebagai kardinal yang liberal dan aktif membela keadilan sosial, inklusivitas, serta kasih bagi kaum papa dan terpinggirkan.
3. Pietro Parolin (Italia)
Berusia 70 tahun, adalah Kardinal Sekretaris Negara sejak 2013 dan salah satu pejabat paling berpengalaman di Vatikan. Ia telah bertugas di Dewan Kardinal sejak 2014 dan memainkan peran penting dalam hubungan Vatikan dengan China dan negara-negara Timur Tengah.
4. Peter Erdo (Hongaria)
Merupakan Uskup Agung Esztergom-Budapest sejak 2003. Apabila terpilih, ia akan menjadi paus kedua yang berasal dari bekas negara komunis Eropa setelah Paus Yohanes Paulus II dari Polandia.
Pemilihan Paus baru menjadi sangat signifikan karena, untuk pertama kalinya, 1,3 miliar umat Katolik sedunia berpotensi memiliki pemimpin yang berasal dari Asia atau Afrika—dua kawasan yang, selama ini, kurang terwakili dalam hierarki tertinggi Gereja Katolik. Selain itu, ini menunjukkan adanya pergeseran pengaruh dalam Gereja Katolik yang sebelumnya didominasi oleh tokoh-tokoh Eropa. Dengan demikian, kita dapat melihat perubahan penting dalam representasi kepemimpinan gereja.
Para kardinal yang memiliki hak pilih akan berkumpul di Kapel Sistina untuk melakukan pemungutan suara secara berulang. Proses ini bersifat rahasia dan hanya selesai apabila seorang calon berhasil memperoleh dua-per-tiga suara dari seluruh kardinal yang hadir.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.