Apakah Program “Food Estate” Benar-benar Bisa Dikatakan Berhasil?

Apakah Program "Food Estate" Benar-benar Bisa Dikatakan Berhasil?

Milenianews.com – Lumbung pangan yang semula diharapkan menjadi andalan petani nyatanya tak menghasilkan secara memadai. Hasil panen minim. Harga jual pun rendah. Apalagi, perusahaan penampung yang ditunjuk pemerintah dinilai tidak adil dalam kerja sama. Bahkan, ada sejumlah perusahaan keluar dari program.

Presiden mengungkapkan, pembangunan food estate ini merupakan kolaborasi sejumlah kementerian, mulai dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Pertanian, hingga Kementerian Pertahanan.

Baca juga: Berikut 5 Minuman Penurun Panas

Menurut Presiden, kolaborasi tersebut juga merupakan satu proses yang tidak dapat terpisahkan. Yang kerja itu beberapa kementerian, ada kementerian teknisnya, Kementerian Pertanian. Ada membuat land clearing, irigasi, itu ada di Kementerian PU. Ada yang berkaitan dengan cadangan strategis bisa juga di (Kementerian) Pertahanan.

Lebih lanjut, Presiden juga menekankan bahwa pengembangan food estate di sejumlah wilayah di tanah air bukan pekerjaan mudah. Angka keberhasilan panen pada tanaman, tambah Presiden, akan meningkat dan mulai normal pada tanaman keenam atau ketujuh.

“Tanaman pertama biasanya gagal, menanam kedua masih paling-paling bisa berhasil 25 persen, ketiga baru biasanya, ketujuh, keenam, ketujuh itu biasanya baru pada kondisi normal. Jadi tidak semudah yang kita bayangkan”.

Namun, lantaran pesimistis akan program itu, petani di Humbang Hasundutan tak lagi serius menggarap. Sebagian lahan jadi terbengkalai. Sebagian lagi disewakan petani. Dari 215 hektar lahan food estate Humbang Hasundutan ini, sekitar 50 hektar sudah mulai disewakan (petani) ke perusahaan.

Banyak petani memilih menyewakan lahan tersebut karena hasilnya tidak memuaskan. Masalah lain yang mereka hadapi, perusahaan penampung yang ditunjuk pemerintah dinilai tidak adil dalam kerja sama, khususnya dalam bagi hasil. Ada perusahaan penampung memanen kentang petani tanpa pemberitahuan dan menimbang sendiri hasil tanpa disaksikan petani. Beberapa perusahaan sudah keluar dari food estate.

Baca juga: Rektor IPB University Ungkap Solusi Pangan Berkelanjutan

Tidak hanya permasalahan yang saya sebutkan diatas yang ditimbulkan oleh program food estate ini, faktor lain juga bisa menjadi sebab gagalnya food estate, seperti para petani yang sudah tidak menggarap pertaniannya disebabkan faktor umur dan lainnya menjadikan lahan terbengkalai dan para petani memilih jalan lain seperti disewakan, dan pula potongan biaya administrasi 10 persen dan potongan untuk modal tanam berikutnya 30 persen.

Terlepas dari permasalahan ini, semoga gagalnya beberapa food estate bisa menjadi evaluasi besar untuk pemerintahan Indonesia guna meningkatkan kualitas pangan dan mengantisipasi krisis pangan di Indonesia.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *