Milenianews.com, Jakarta – Gedung Putih sedang mengusulkan Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, untuk mengembangkan zona waktu baru untuk Bulan yang disebut Waktu Terkoordinasi Bulan (LTC). Alasan di balik usulan ini adalah karena perbedaan kekuatan medan gravitasi antara Bulan dan Bumi, yang menyebabkan waktu berjalan lebih cepat di Bulan, yaitu sekitar 58,7 mikrodetik setiap harinya.
Meskipun perbedaan ini mungkin terlihat kecil, namun dapat memiliki dampak besar terutama dalam upaya sinkronisasi wahana antariksa. Pemerintah AS berharap adanya waktu baru ini akan membantu menjaga upaya nasional dan swasta untuk mencapai Bulan agar tetap terkoordinasi.
Baca juga: Ilmuwan NASA Menguatkan Pentingnya Data dalam Kontroversi Mumi Alien di Meksiko
Perbedaan gaya gravitasi bisa jadi masalah untuk zona waktu bulan
Melansir dari BBC, Kamis (4/4), Profesor Catherine Heymans, Astronom Royal Skotlandia, menjelaskan bahwa konsekuensi penting dari teori dasar gravitasi adalah bahwa waktu dapat berjalan berbeda di berbagai tempat di alam semesta. Ini terkait dengan perbedaan kekuatan gravitasi di setiap tempat, seperti di Bulan yang memiliki gravitasi sedikit lebih lemah dibandingkan dengan Bumi, sehingga jam-jam berjalan dengan cara yang berbeda.
Pada saat ini, waktu diukur di Bumi dengan menggunakan ratusan jam atom yang ditempatkan di berbagai lokasi di seluruh planet, mengukur perubahan keadaan energi atom untuk merekam waktu hingga dalam skala nanodetik. Namun, jika jam atom tersebut ditempatkan di Bulan, dalam rentang waktu lebih dari 50 tahun, jam-jam tersebut akan berjalan satu detik lebih cepat.
NASA bukan satu-satunya lembaga yang berusaha membuat waktu lunar menjadi kenyataan. Badan Antariksa Eropa juga telah mengembangkan sistem waktu baru untuk Bulan. Namun, untuk mewujudkan waktu terkoordinasi Bulan, akan diperlukan kesepakatan antara negara-negara serta badan koordinasi terpusat. Saat ini, koordinasi waktu di Bumi dilakukan oleh Biro Internasional untuk Berat dan Ukuran.
Baca juga: Ini 5 Sungai Terpanjang di Benua Amerika, Amazon Urutan Berapa?
Misi Artemis-3, yang direncanakan sebagai misi pertama yang akan kembali ke permukaan Bulan sejak Apollo 17 pada tahun 1972, dijadwalkan untuk mendarat di kutub selatan Bulan. Misi ini penting karena diyakini bahwa di sana terdapat simpanan besar es air yang terletak di dalam kawah-kawah yang tidak pernah terkena sinar matahari. Kesuksesan misi ini memerlukan presisi ekstrim hingga dalam skala nanodetik, untuk menghindari kesalahan navigasi yang dapat membahayakan wahana antariksa.
Dengan adanya waktu terkoordinasi Bulan, diharapkan akan mempermudah sinkronisasi data dan komunikasi antara wahana antariksa, satelit, dan Bumi dalam upaya penjelajahan dan penelitian di Bulan.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.