Zohran Mamdani dan Ilusi Demokrasi yang Retak oleh Ancaman Kekuasaan

zohran mamdani

Mata Akademisi, Milenianews.com – Zohran Mamdani resmi menang dalam pemilihan pendahuluan (primary) Partai Demokrat untuk Wali Kota New York, usai hasil penghitungan suara terbaru diumumkan pada Selasa, 1 Juli 2025 waktu setempat, mengalahkan mantan Gubernur New York, Andrew Cuomo. Kemenangan ini menandai titik balik dalam sejarah politik New York, dengan Mamdani menjadi wali kota Muslim pertama di kota tersebut.

Demokrasi, sebagaimana yang dikatakan Abraham Lincoln, merupakan “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.” Definisi ini menekankan bahwa kekuasaan politik dan pengambilan keputusan berada di tangan rakyat, baik secara langsung maupun melalui perwakilan yang mereka pilih. Prinsip utama demokrasi adalah partisipasi aktif rakyat dalam pemerintahan dan pengutamaan kepentingan rakyat.

Baca juga: Jika Aku Jadi Gubernur Lampung, Aku Akan ….

Robert Dahl menguatkan pandangan tersebut dengan menyatakan bahwa demokrasi adalah “pengambilan keputusan kolektif oleh warga negara yang memiliki hak suara yang sama, yang melibatkan sejumlah besar masalah publik, dan dilakukan dengan cara yang mengizinkan warga negara untuk mempengaruhi keputusan-keputusan itu.” Pandangan Dahl dengan demikian menyoroti pentingnya kesetaraan hak dan partisipasi dalam proses politik.

Namun, dalam kapasitasnya sebagai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menunjukkan sikap membenci terhadap Zohran Mamdani. Dalam pandangannya, Mamdani adalah seorang “komunis 100%.” Terlebih, Trump mengancam akan memotong dana federal untuk kota New York bila Mamdani tidak “bertindak benar.” Menurut Trump, kemenangan Mamdani merupakan sebuah kemunduran bagi New York, dan ia menuduh Mamdani sebagai sosok radikal yang tidak layak memimpin kota.

Trump lebih lanjut menyatakan bahwa Mamdani adalah sosok pro-Palestina dan sosialis, serta mengaitkan pencalonan Mamdani dengan pergeseran Partai Demokrat ke arah yang lebih kiri. Retorika Trump ini tidak hanya menyoroti perbedaan ideologis, tetapi juga memperlihatkan adanya sentimen anti-Muslim dan anti-progresif dalam narasi politik nasional Amerika.

Ilusi Demokrasi di Negeri Paman Sam

Sebagaimana pendapat Lincoln dan Dahl, demokrasi menjamin partisipasi rakyat secara setara dan memberikan ruang bagi setiap orang untuk dipilih dan memberikan suara tanpa adanya diskriminasi. Namun, dalam hal ini, sikap Trump yang mengancam memotong dana federal dan memberi cap negatif pada calon wali kota terpilih menunjukkan adanya kontradiksi dalam praktik demokrasi Amerika. Hal ini mengindikasikan masih adanya tekanan dari kekuasaan dan retorika yang mengancam kebebasan politik. Ini menunjukkan adanya “ilusi demokrasi,” di mana kebebasan memilih dan dipilih ternyata dapat direnggut oleh kekuatan politik yang lebih besar.

Tindakan Trump merupakan sebuah resistensi terhadap kontestasi politik yang lebih inklusif dan bersifat progresif. Dalam hal ini, Trump berusaha mempertahankan status quo melalui narasi negatif dan tekanan-tekanan finansial. Semua upaya tersebut bertentangan dengan semangat demokrasi yang menekankan prinsip egaliter, libertarian, serta partisipasi rakyat dalam menentukan nasib pemerintahan mereka.

Keterpilihan Zohran Mamdani sebagai calon Wali Kota New York merupakan tonggak penting dalam perjalanan demokrasi Amerika, menegaskan bahwa sistem demokrasi sejatinya memberikan ruang bagi siapa saja—tanpa memandang latar belakang—untuk berpartisipasi dan memimpin. Namun, respons Donald Trump yang penuh ancaman dan retorika negatif terhadap Mamdani memperlihatkan adanya tantangan nyata dalam mewujudkan demokrasi yang inklusif dan setara.

Baca juga: Lakon Pramono antara Gimik Politik dan Terobosan Sosial

Sikap Trump memperlihatkan bahwa demokrasi di Amerika masih menyisakan “ilusi.” Kebebasan memilih dan dipilih sering kali dibayangi oleh tekanan politik, ekonomi, dan narasi diskriminatif dari pihak-pihak yang ingin mempertahankan status quo. Hal ini menjadi refleksi penting bagi kita semua bahwa demokrasi bukan hanya soal prosedur pemilihan, tetapi juga soal penghormatan terhadap hak, kebebasan, dan keberagaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Perjalanan demokrasi Amerika, yang tercermin dalam dinamika politik New York, masih membutuhkan upaya untuk menjaga nilai-nilai dasar demokrasi—yang bukan sekadar ilusi yang mudah dikaburkan oleh kekuatan politik tertentu.

Penulis: Saepullah, Dosen Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *