Urgensi Pendidikan Karakter di Era Digital

Pendidikan Karakter Digital
Pendidikan Karakter Digital

Milenianews.com, Mata Akademisi – Pendidikan, pada hakikatnya, bukan sekadar proses transfer ilmu pengetahuan, melainkan juga upaya membentuk perilaku, menambah pengalaman hidup, serta mendewasakan pola pikir peserta didik. Di era digital sekarang, dunia pendidikan mengalami transformasi yang sangat pesat. Kemajuan teknologi tidak lagi menjadi konsumsi eksklusif orang dewasa. Anak-anak usia sekolah dasar pun telah akrab dengan perangkat digital dan platform online.

Dalam konteks pembelajaran, teknologi menghadirkan kemudahan sebagai sarana pendukung proses belajar mengajar. Namun, seperti dua sisi mata uang, perkembangan digital membawa dampak positif sekaligus negatif. Fenomena maraknya perundungan (bullying), tawuran pelajar, penyalahgunaan narkoba, hingga ujaran kebencian di media sosial menjadi bukti nyata bahwa karakter bangsa sedang diuji. Di tengah tantangan ini, pendidikan karakter di era digital menjadi fondasi strategis untuk membentengi peserta didik dari pengaruh buruk teknologi sekaligus membimbing mereka agar mampu memanfaatkannya secara positif dan bertanggung jawab.

Krisis Karakter Peserta Didik di Era Digital

Krisis karakter yang melanda sebagian peserta didik seringkali menjadi keluhan banyak pihak: orang tua, guru, hingga praktisi pendidikan. Sifat nakal, keras kepala, berkata kasar, hingga perilaku destruktif bukan hanya meresahkan masyarakat, tetapi juga membahayakan masa depan anak itu sendiri.

Lingkungan pertemanan yang kurang baik, penggunaan media sosial tanpa batas dan tanpa pengawasan, serta lingkungan permisif turut mendorong memburuknya moral remaja. Jika dibiarkan, krisis ini dapat berubah menjadi kebiasaan yang mengakar. Oleh karena itu, penanaman dan penguatan nilai karakter menjadi keharusan yang tidak dapat ditunda.

Pendidikan karakter di dunia pendidikan berfungsi sebagai penuntun pembentukan kepribadian peserta didik agar sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. Melihat banyaknya anak usia dini yang mulai menunjukkan tanda-tanda kemunduran moral, pendidikan formal maupun informal muncul sebagai jalan paling efektif untuk memperbaikinya.

Pendidikan Karakter sebagai Bagian Utama Pendidikan Nasional

Pendidikan karakter bukan konsep yang berdiri sendiri, melainkan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Pada dasarnya, pendidikan berfungsi menanamkan nilai-nilai luhur, karena karakter yang baik merupakan modal dasar terciptanya kehidupan masyarakat yang aman dan sejahtera.

Bangsa dapat bertahan dan berkembang ketika warganya memiliki karakter kuat, sebaliknya, jika nilai karakter luntur, kemunduran akan muncul perlahan. Dalam era digital, urgensi ini semakin meningkat karena peserta didik berhadapan dengan kebebasan internet dan paparan informasi tanpa batas.

Tanpa karakter kuat, mereka rentan terpapar konten negatif, hoaks, radikalisme pemikiran, serta budaya yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa. Di titik ini, pendidikan karakter menjadi semacam “imunitas” moral untuk menavigasi dunia digital dengan bijak dan tetap memegang nilai-nilai kebajikan.

Baca juga: Qirā’at QS. Al-Ahzab: 33 dan Ruang Karir Perempuan dalam Perspektif Matan Syatibi

Empat Model Penting dalam Implementasi Pendidikan Karakter

1. Regulasi Pendidikan

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan di sektor pendidikan. Namun, regulasi harus memberikan kebebasan sekaligus perlindungan bagi guru dalam menanamkan disiplin karakter.

Saat guru menegakkan kedisiplinan, tindakan mereka tak jarang disalahartikan sebagai pelanggaran HAM. Situasi ini melemahkan peran guru dan menghambat pembentukan karakter. Karena itu, regulasi yang berpihak pada pendidikan karakter menjadi kebutuhan mendesak.

2. Pelaksanaan Kolaboratif Pendidikan Karakter

Keberhasilan pendidikan karakter tidak bisa hanya dibebankan kepada sekolah. Penanaman nilai moral memerlukan kolaborasi antara guru, keluarga, masyarakat, aparat hukum, dan organisasi sosial. Sinergi ini menciptakan lingkungan yang konsisten sehingga peserta didik termotivasi menginternalisasi nilai baik dalam kehidupan sehari-hari.

3. Keteladanan Guru

Keteladanan adalah metode pendidikan karakter paling efektif. Guru tidak cukup hanya mengajarkan teori moral, tetapi juga harus menjadi contoh nyata. Guru yang menunjukkan integritas, disiplin, dan kejujuran akan lebih mudah membentuk karakter peserta didik. Keteladanan ini menjadi ruh utama pendidikan karakter.

4. Kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan pilar penting dalam membentuk karakter tangguh. Guru wajib menanamkan kedisiplinan melalui aturan tegas, konsisten, dan sanksi edukatif. Tujuannya bukan menghukum, melainkan melatih peserta didik agar bertanggung jawab, menghargai aturan, dan mampu mengatur diri sendiri.

Keempat model ini saling melengkapi. Regulasi yang kuat perlu didukung pelaksanaan holistik, ditopang keteladanan pendidik, dan ditegakkan melalui kedisiplinan yang konsisten.

Tantangan dan Solusi Pendidikan Karakter di Era Digital

Memasuki era digital, tantangan pendidikan karakter semakin kompleks. Lingkungan belajar kini bertransformasi dan menuntut pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Peserta didik dapat belajar secara mandiri melalui internet tanpa bergantung penuh pada guru.

Kondisi ini menuntut kemampuan literasi digital, yaitu kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara benar dan bertanggung jawab. Peserta didik harus mampu membedakan informasi valid dengan hoaks, serta memahami risiko dunia digital.

Oleh karena itu, integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran digital menjadi sangat penting. Nilai kejujuran, empati, tanggung jawab, dan berpikir kritis harus diinternalisasikan dalam aktivitas belajar, termasuk saat berinteraksi di ruang digital.

Pendidikan Karakter sebagai Kebutuhan Mendesak

Pendidikan karakter bukan pilihan, tetapi kebutuhan mendesak di era digital ini. Melalui regulasi kuat, keterlibatan masyarakat, keteladanan guru, dan penegakan kedisiplinan, pembentukan karakter peserta didik dapat diwujudkan secara efektif.

Dengan karakter kuat, peserta didik tidak hanya menjadi pribadi cerdas secara akademis, tetapi juga individu yang berintegritas, bertanggung jawab, dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa—bahkan di tengah derasnya informasi digital.

Karena itu, peran aktif seluruh pemangku kepentingan pendidikan, terutama keluarga dan sekolah, sangat diperlukan untuk memastikan keberhasilan pembentukan karakter generasi muda di masa depan.

Penulis: Shafarina Putri, Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *