Tanpa Literasi, Tahun 2045 Akankah Jadi Indonesia Emas atau Indonesia Cemas?

literasi dan indonesia emas

Indonesia Emas Butuh Literasi Emas

Kondisi darurat literasi di Indonesia memunculkan pertanyaan serius: akankah kita menuju Indonesia Emas atau justru terjebak dalam Indonesia Cemas? Rendahnya literasi fungsional menjadi indikator lemahnya budaya membaca. Dampaknya sangat nyata: kualitas sumber daya manusia (SDM) menurun, daya saing melemah, inovasi stagnan, dan kesejahteraan pun tertinggal.

Untuk itu, visi Indonesia Emas 2045 hanya dapat tercapai jika literasi masyarakat meningkat secara signifikan. Dibutuhkan SDM yang berpikir kritis, melek literasi data, mampu beradaptasi terhadap teknologi, dan memiliki daya saing global—semua itu hanya mungkin melalui literasi fungsional yang tinggi.

Mengatasi darurat literasi harus dilakukan secara sistematis dan melibatkan semua pihak. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah terobosan secara konsisten, seperti:

  • Penyediaan dan distribusi buku bermutu.

  • Pelibatan tenaga relawan literasi.

  • Dukungan kolaboratif dari sektor swasta dan masyarakat dalam penyediaan bahan bacaan sesuai kebutuhan dan karakteristik lokal.

Peran keluarga sangat vital, karena kebiasaan membaca tumbuh pertama kali di rumah. Budaya gemar membaca dimulai dari lingkungan keluarga dan diperkuat oleh kebijakan perpustakaan yang difasilitasi oleh pemerintah melalui buku murah dan berkualitas.

Solusi Nyata: Sistem Pustaka Bergilir Buku Masuk Rumah (PB-BMR)

Salah satu inisiatif nyata dalam mendukung peningkatan literasi datang dari Yayasan Gemar Membaca Indonesia (YAGEMI) melalui sistem Pustaka Bergilir Buku Masuk Rumah (PB-BMR).

PB-BMR adalah program pengantaran buku bacaan ke rumah-rumah secara bergilir setiap bulan. Setiap keluarga (bapak, ibu, dan tiga anak) dapat membaca hingga 12 judul buku dalam setahun. Satu paket terdiri dari 1000 buku yang menjangkau 1000 orang di 200 rumah dalam satu desa.

Keunggulan sistem PB-BMR:

  • Membangun fondasi literasi keluarga, khususnya anak usia dini.

  • Pelaksanaan yang sederhana dan efisien.

  • Biaya baca per buku menjadi sangat murah.

  • Lebih efektif dibandingkan perpustakaan desa karena buku diantar langsung ke rumah warga.

Meski efektif, PB-BMR menghadapi tantangan seperti biaya operasional, keterbatasan relawan terlatih, dan kendala skalabilitas ke seluruh wilayah Indonesia. Solusinya adalah kolaborasi dengan sektor swasta untuk pendanaan dan perluasan jangkauan program.

Program ini telah mendapat sambutan positif dari masyarakat dan meraih penghargaan Juara 1 Lomba Perpustakaan Umum Desa/Kelurahan tingkat nasional oleh Perpusnas pada tahun 2019.

Ke depannya, PB-BMR akan mendapat dukungan lebih luas apabila dampaknya dapat dibuktikan secara ilmiah melalui riset yang mengukur peningkatan skor literasi di wilayah tertentu.

Meski PB-BMR adalah solusi inovatif, perlu juga pengembangan strategi literasi berbasis teknologi. Misalnya, melalui:

  • Aplikasi e-book gratis.

  • Platform literasi digital.

  • Kampanye publik di media massa untuk mempopulerkan budaya membaca.

Krisis literasi adalah tantangan besar. Namun, dengan inovasi seperti PB-BMR dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia Emas bukan hanya mimpi—tapi target yang bisa dicapai bersama.

Literasi, Jalan Menuju Indonesia Emas 2045

Literasi adalah kunci menuju Indonesia Emas, namun untuk mencapainya dibutuhkan kolaborasi lintas sektor. Mengatasi krisis literasi di Indonesia bukan hanya tugas pemerintah, tetapi memerlukan sinergi antara lembaga pendidikan, masyarakat, dan sektor swasta.

Baca juga: Tantangan Gerakan Literasi, Membahas Tanpa Menyentuhnya

Mari mulai dari lingkup terkecil: keluarga. Sediakan satu buku untuk anak setiap bulan, dukung komunitas baca di lingkungan sekitar, dan dorong pemerintah untuk memperkuat kebijakan literasi secara menyeluruh.

Dengan memperkuat program literasi di rumah dan sekolah, meningkatkan akses terhadap bahan bacaan berkualitas, mengoptimalkan peran media massa, serta melibatkan komunitas dan sektor swasta, kita dapat membangun fondasi literasi yang kokoh bagi masa depan bangsa.

Dengan literasi yang kuat, Indonesia 2045 tak hanya akan menjadi Indonesia Emas, tetapi juga Indonesia yang cerdas, berkeadilan, dan berdaya saing global.

Penulis: H. E. Afrizal Sinaro

Profil Singkat: Beliau adalah Pengurus Yayasan Gemar Membaca Indonesia (YAGEMI), Ketua Pembina Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI), Dewan Pertimbangan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *