Setiap Postingan Adalah Perlawanan, Suara Kita Tidak Akan Pernah Sia-sia

Mata Akademisi, Milenianews.com – Di era media sosial sekarang, satu postingan bisa menjangkau lebih banyak orang dibanding pengeras suara di jalanan. Ironisnya, masih banyak yang menganggap unggahan di platform sosial media—bahkan sekadar keluhan di story—sebagai ocehan tak berarti.

Padahal pemerintah saja rela membayar buzzer untuk menggiring opini publik sesuai kepentingan mereka. Kalau begitu, bukankah jelas suara kita punya nilai? Sekecil apa pun, suara itu tetap berdampak.

Baca juga: Pajak Naik, Rakyat Tercekik, Ekosistem Terabaikan

Setiap unggahan selalu membawa kemungkinan: ada kesadaran yang bisa menular. Pesan sederhana bisa membuka mata banyak orang bahwa hak-hak kita sedang dirampas perlahan, dan kita tidak boleh tinggal diam.

Media Sosial: Ruang Perlawanan Nyata

Media sosial hari ini jadi ruang paling nyata untuk menyalurkan keresahan. Banyak isu besar justru lahir di sana—ingat tagar #IndonesiaGelap, #IndonesiaCemas, dan banyak lainnya.

Media sosial menyebarkan isu-isu itu dengan cepat dan luas, hingga mampu menyadarkan lebih banyak orang daripada media konvensional sekalipun.

Faktanya, suara rakyat di sosial media itu nyata. Kita bisa lihat bagaimana demonstrasi besar yang akhirnya mengubah kebijakan sering berawal dari satu unggahan sederhana. Unggahan itu memantik opini publik, menyadarkan massa akan hak-haknya yang dirampas, lalu menggerakkan diskusi hingga akhirnya melahirkan aksi.

Kalau memang suara di media sosial tidak berguna, pemerintah tidak akan repot-repot membayar buzzer untuk melawan narasi yang tersebar. Alih-alih mendengarkan keinginan rakyat, mereka justru berusaha memecah belah masyarakat dengan opini yang berseberangan. Semua itu dilakukan demi melindungi kepentingan mereka sendiri.

Baca juga: 80 Tahun Merdeka, Tapi Gagasan Tan Malaka Masih Jadi PR Bangsa

Karena itu, jangan pernah meremehkan postingan, komentar, atau bahkan sekadar story di media sosial. Setiap unggahan yang menyuarakan keadilan adalah bukti bahwa kita masih peduli. Itu tanda kita berani melawan ketidakadilan. Ingat, diam adalah tanda setuju, sementara bersuara adalah bentuk perlawanan.

Suara kita tidak akan pernah sia-sia—karena diam hanyalah hadiah bagi mereka yang merampas hak kita.

Penulis: Fathina Adya Hanapi, Mahasiswa STEI SEBI

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *