Mata Akademisi, Milenianews.com – Keluarga adalah lingkungan pertama tempat anak belajar berinteraksi. Ia menjadi ruang berbagi kebahagiaan, saling mendukung, dan saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Dari sanalah segala nilai dan pola pikir pertama kali terbentuk.
Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang dilakukan setiap hari. Sejak lahir, manusia memiliki tujuh aspek perkembangan yang bisa dikembangkan, dua di antaranya adalah komunikasi pasif dan komunikasi aktif. Komunikasi sendiri adalah proses penyampaian pesan melalui interaksi antarindividu maupun dengan lingkungannya—baik secara personal, interpersonal, kelompok, maupun massa. Melalui komunikasi, manusia berupaya menyampaikan pesan, memberikan informasi, bahkan memengaruhi sikap dan perilaku orang lain.
Baca juga: Orang Tua Cerdas di Era AI: Bukan Sekadar Mengawasi, Tapi Mendampingi
Menurut Restu Puteri Sujiwo, gaya komunikasi orang tua dalam pengasuhan berpengaruh besar terhadap kondisi dan karakter anak hingga mereka dewasa. Pola asuh perlu disesuaikan dengan pertumbuhan anak, terutama bagi generasi Alpha—generasi yang lahir di tengah derasnya arus digitalisasi. Anak-anak generasi ini membutuhkan orang tua yang benar-benar hadir secara penuh, bukan sekadar fisik, tetapi juga emosional. Artinya, komunikasi yang efektif menjadi fondasi penting dalam membentuk tumbuh kembang mereka. Dan tentu saja, tanggung jawab ini tidak hanya berada di pundak ibu, melainkan juga ayah.
Kesiapan Mental Orang Tua adalah Kunci
Sebelum berbicara tentang pola asuh, pasangan suami istri perlu memastikan hubungan mereka sendiri berjalan sehat. Pola asuh yang baik hanya mungkin lahir dari orang tua yang juga siap secara mental. Kesiapan mental ini berkaitan dengan kebutuhan nonfisik seperti perasaan—merasa dicintai, aman, dan nyaman. Ketiga hal ini perlu dipenuhi dalam diri orang tua terlebih dahulu, sebelum dapat diberikan kepada anak.
Menurut KBBI, pengasuhan adalah proses membimbing anak agar tumbuh dengan baik. Pengasuhan yang efektif akan memberikan manfaat besar bagi perkembangan anak, baik secara emosional maupun sosial.
Pengasuhan penuh cinta, perhatian, dan tanpa pamrih menjadi metode yang paling cocok bagi generasi Alpha. Mereka adalah generasi yang peka terhadap nada suara dan cara bicara. Seorang praktisi kesehatan mental, Istiqomah Nur Lathifah, menekankan bahwa bentakan orang tua bisa berdampak langsung pada struktur kognitif anak. Saat orang tua marah, secara tidak sadar mereka sedang memunculkan “versi kecil” dari diri mereka sendiri yang belum sembuh. Karena itu, penting bagi orang tua untuk memiliki kontrol emosi. Bentakan bukan berarti selalu buruk, tetapi harus dilakukan dengan kesadaran dan kestabilan emosi agar tidak melukai mental anak.
Di sinilah komunikasi efektif berperan sebagai jembatan utama. Komunikasi yang baik menjadi kunci pengasuhan yang bijak dan manusiawi. Orang tua hebat bukanlah yang sempurna, tetapi yang mampu memenuhi hak-hak anak dan tumbuh bersama mereka.
Belajar Tumbuh Bersama Anak
Setiap fase pertumbuhan anak menuntut penyesuaian dalam gaya pengasuhan. Ketika anak mulai beranjak remaja, orang tua bisa mulai mengajarkan kejujuran terhadap diri sendiri—belajar mengakui lelah, sedih, atau marah tanpa takut dihakimi. Jika emosi terus dipendam, dampaknya bisa menjadi psikosomatis bahkan depresi.
Orang tua juga perlu belajar untuk tidak membandingkan diri mereka dengan orang tua lain. Pengasuhan bukan ajang kompetisi. Tugas utama orang tua adalah mengarahkan, memfasilitasi, dan memberi ruang bagi anak untuk tumbuh sesuai jati dirinya. Validasi terhadap perasaan anak sangat penting, namun itu hanya bisa dilakukan jika orang tua juga terbiasa memvalidasi dirinya sendiri.
Baca juga: Handphone dan Dunia Anak: Tanggung Jawab Orang Tua di Era Digital
Melahirkan generasi hebat dimulai dari pengasuh yang hebat. Pola asuh orang tua akan selalu menjadi fondasi kepribadian anak. Jika pola itu sehat dan penuh cinta, maka anak akan tumbuh dengan kepribadian yang kuat dan stabil. Sebaliknya, pola asuh yang keliru bisa meninggalkan luka mendalam dan menghambat perkembangan anak.
Pada akhirnya, seni berkomunikasi bukan sekadar kemampuan berbicara, melainkan seni memahami dan didengar. Dalam setiap kata, nada, dan sikap orang tua, tersimpan kunci bagi lahirnya generasi Alpha yang tangguh, berempati, dan berkarakter.
Penulis: Silvi Nur’aeni, Mahasiswi Pascasarjana STEI SEBI
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.



 





