Sekularisasi Di Era Modern: Dampak Terhadap Moral Dan Solusi Bagi Masyarakat Masa Kini

Sekularisasi

Milenianews.com, Mata Akademisi – Dunia Islam pada era ini memang ditandai dengan pergulatan baru Islam dan gagasan demokrasi mutakhir, terutama sekularisme, liberalisme, dan pluralisme msebagai isu paling kontroversial. Tren sosial yang dikenal sebagai sekularisme berusaha menghalangi orang untuk mempertimbangkan akhirat dengan hanya berfokus pada di sini dan saat ini. Menurut Peter Berger, definisi sekularisasi adalah sebagai pemisahan antara agama dan kehidupan publik. Tren ini dimulai karena individu di Abad Pertengahan menghindari kontak dengan dunia luar dan sangat selaras dengan Allah dan akhirat. Kecenderungan manusia bahwa pada abad kebangkitan individu menunjukkan ketergantungan mereka yang signifikan pada aktualisasi budaya dan kemanusiaan serta potensi realisasi aspirasi mereka untuk dunia tampaknya dihadapkan oleh sekularisme. Sekularisasi merupakan proses kompleks yang mengubah peran agama dalam kehidupan masyarakat. Ini melibatkan pemisahan antara agama dan kehidupan publik, negara, serta lembaga-lembaga sosial. Sekularisasi mengakibatkan pengurangan peran agama dalam pengambilan keputusan dan kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Memahami Aksiologi Dan Pengaruhnya Terhadap Pilihan Hidup Manusia Pada Generasi Gen Z

Sekularisasi mempunyai dampak positif bagi kehidupan manusia, dampak positifnya antara lain: peningkatan kebebasan beragama, berkembangnya ilmu pengetahuan, meningkatnya kesetaraan, dan berkurangnya fanatisme.

Selain dampak positif, sekularisasi juga menyebabkan dampak negatif yang cenderung merugikan kehidupan manusia, terutama umat beragama. Dampak negatifnya bisa berupa berkurangnya peran agama, rusaknya moral, ketergantungan pada materialisme, konflik agama, perubahan nilai-nilai keluarga, pendidikan, serta di lingkungan politik seperti konflik antara agama dan negara.

Banyak lembaga keagamaan, berbasis pesantren atau sekolah umum, dan para muballigh dan da’i yang mengajarkan tentang keagamaan dan moralitas. Di zaman sekarang, tidak susah menemukan sekolah-sekolah keagamaan atau para ahli agama, seperti ustadz, kiyai dan lain-lain. Tapi dengan begitu, masih banyak masyarakat, terutama para pelajar, yang belum memiliki kedekatan yang memadai dengan nilai-nilai keagamaan maupun moral. Meski begitu, tidaklah ada kata terlambat untuk memperbaiki karaker keagamaan dan moral baik pada siswa maupun masyarakat.

Oleh karena itu, perlu adanya penanaman nilai keagamaan dan moral pada pelajar sejak dini, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan pertemanan, lingkungan pendidikan, dan lingkungan masyarakat. Agar nilai keagamaan dan moralitas tidak hanya sekadar teori semata, melainkan dapat terwujud dan tetap lestari pada era modern ini.

Dengan demikian, yang terlibat mengajarkan, membimbing, dan menanamkan nilai keagamaan dan moralitas kepada pelajar dan anak sejak usia dini, yang pertama tentu saja orang tua. Orang tua adalah madrasah pertama bagi anak, karena dari merekalah dasar karakter dibentuk, dan yang paling berpengaruh bagi kondisi psikis serta pola pikir anak. Jika lingkungan keluarga, dari pola asuh, keteladanan, dan pembelajaran positif, tentu saja membawa dampak yang baik bagi perkembangan sikap, perilaku, dan kondisi psikologis anak. Sebaliknya, jika lingkungan keluarga kurang baik, hal itu akan sangat berpengaruh pada perkembangan karakter anak. Keluarga yang kurang harmonis, yang menjadi dampak negatif paling besar dari masalah ini tentu saja anak-anak. Hal itu bisa mendorong anak-anak mencari pelarian kearah yang tidak baik, seperti terlibat pada obat-obatan terlarang, perbuatan menyimpang atau pergaulan bebas. Selain itu, mereka juga bisa terpengaruh oleh pola pikir yang tidak baik, misalnya sekularisme atau liberalisme, yang dapat menjauhkan mereka dari nilai keagamaan dan moralitas.

Selanjutnya, yang membawa pengaruh besar dalam nilai keagamaan dan moralitas seorang pelajar atau anak-anak adalah lingkungan pertemanan. Lingkungan pertemanan yang baik, yang positif, tentu saja akan memengaruhi karakter anak. Sebaliknya, jika lingkungan pertemanan kurang baik, maka akan menjadi dampak negatif yang besar pula bagi anak-anak. Oleh karena itu, kita harus pintar dalam memilih circle pertemanan. Penggunaan media sosial, juga berpengaruh dalam pola pikir anak. Jika konten yang ditonton adalah konten yang baik-baik, maka tidak masalah, yang jadi masalah, jika konten yang ditonton adalah konten yang negatif. Maka dari itu, kita perlu pintar menyaring dan memfilter apa yang kita tonton. Dalam hal ini, peran orang tua juga sangat diperlukan, orang tua bisa memantau penggunaan media sosial anak, agar pikiran mereka tetap terjaga dan tidak dipengaruhi oleh dampak negatif akibat tontonan yang kurang baik.

Baca juga: Kriteria Kebenaran dalam Prediksi Cuaca BMKG Jawa Barat: Koherensi, Korespondensi, dan Pragmatisme di Tengah Peringatan Cuaca Ekstrem 2025

Peran selanjutnya adalah lingkungan pendidikan/sekolah. Sering kali, pelajaran keagamaan atau nilai kemanusiaan hanya diajarkan sebatas teori tanpa benar-benar ditanamkan dalam diri pelajar serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pelajaran keagamaan dan moralitas hanya sebagai nilai di di atas kertas, tidak menjadi tindakan yang nyata. Oleh karena itu, para guru harus bisa mengajarkan nilai-nilai yang baik, memberikan teladan, dan membimbing pelajar agar menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga materi yang diajarkan menjadi terwujud, bukan sekedar nilai di kertas atau teori semata.

Sekularisasi membuat sebagian masyarakat Muslim kehilangan nilai agama dan identitas diri, karena budaya Barat dan pengaruh negatif era modern semakin kuat. Akibatnya, moralitas dan pendidikan juga ikut melemah ketika nilai agama tidak dipadukan dengan ilmu pengetahuan. Namun, keadaan ini masih bisa diperbaiki. Nilai-nilai agama dan moral dapat dijaga jika semua pihak ikut berperan mulai dari orang tua yang memberi teladan, guru yang menanamkan sikap baik, hingga penggunaan media sosial yang dipantau dengan bijak. Dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan pertemanan yang mendukung, anak-anak dapat tumbuh dengan karakter yang kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh arus pemikiran negatif seperti sekularisme berlebihan atau gaya hidup yang menjauh dari nilai moral.

Penulis: Azka Aulia, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *