Mata Akademisi, Milenianews.com – Di tengah hiruk-pikuk konten digital yang serba cepat dan viral, kemunculan figur publik yang tetap konsisten menyuarakan nilai edukatif menjadi oase di dunia maya. Sebagian besar pengguna media sosial saat ini lebih akrab dengan hiburan singkat, sensasi, atau tren musiman. Namun, ada sosok yang menggunakan ruang digital untuk menyebarkan pesan-pesan penuh nilai dengan konsistensi yang jarang ditemui: Dr. Seto Mulyadi, M.Si., atau yang akrab disapa Kak Seto.
Sosok yang sejak lama dikenal sebagai Sahabat Anak ini bukan hanya psikolog anak, tetapi juga tokoh pendidikan yang berhasil menyesuaikan diri dengan arus digital. Melalui Instagram, YouTube, hingga TikTok, Kak Seto menghadirkan wajah edukasi yang ramah, penuh empati, sekaligus relevan bagi generasi baru.
Jejak Personal Branding Kak Seto
Kak Seto lahir pada 28 Agustus 1951 di Klaten, Jawa Tengah. Namanya mulai dikenal luas sejak era televisi melalui program anak-anak dan karakter legendaris “Si Komo”. Kariernya berkembang pesat sebagai psikolog anak, pendiri Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), dan tokoh publik yang kerap menjadi rujukan dalam isu pengasuhan serta perlindungan anak.
Gaya komunikasi Kak Seto yang lembut, bersahabat, serta identik dengan pakaian warna-warni memperkuat identitasnya sebagai figur ramah anak. Identitas tersebut bertahan dan bahkan semakin kuat ketika ia bertransformasi di ruang digital.
Jika merujuk pada teori Peter Montoya dalam The Brand Called You, personal branding dibangun atas tiga pilar: keunikan, visibilitas, dan konsistensi.
Keunikan Kak Seto terletak pada perannya sebagai psikolog anak yang tampil bersahabat, bukan sekadar akademisi.
Visibilitas tercermin dari keterlibatannya di televisi, seminar daring, hingga media sosial.
Konsistensi hadir dalam narasi yang ia bangun: hampir seluruh komunikasinya menyinggung hak-hak anak, pengasuhan tanpa kekerasan, serta pendidikan ramah anak.
Dari Edukasi ke Influencer Digital
Berbeda dengan influencer lain yang sering mengejar tren viral, Kak Seto tidak kehilangan pesan inti. Ia memilih jalur komunikasi edukatif yang sederhana, tanpa gimmick berlebihan. Dalam setiap wawancara, unggahan, hingga video edukasi, ia tetap menyapa publik dengan gaya khasnya: lembut, penuh empati, dan dekat dengan anak-anak.
Strategi ini membuktikan bahwa keberhasilan di ruang digital tidak selalu bergantung pada sensasi. Kak Seto menegaskan bahwa ketulusan, keahlian, dan nilai adalah modal utama untuk memengaruhi publik.
Baca juga: Fenomena Aphelion 2025 Bumi Berada di Titik Terjauh dari Matahari Benarkah Picu Cuaca Dingin
Resonansi Sosial dan Citra “Sahabat Anak”
Kehadiran Kak Seto di dunia digital membawa dampak yang nyata. Ia menjadi figur rujukan bagi orang tua, pendidik, hingga aparat hukum. Pernyataannya sering dijadikan sumber utama media ketika membahas kasus kekerasan atau perundungan anak.
Citra “Sahabat Anak” yang konsisten juga menciptakan loyalitas lintas generasi. Anak-anak mengenalnya dari televisi, orang tua menghormatinya sebagai psikolog, sementara generasi digital menjumpainya di media sosial. Identitas yang berlapis ini membuatnya jarang tergantikan, sekaligus memperlihatkan kekuatan personal branding yang berkesinambungan.
Kiprah Kak Seto sebagai influencer edukasi di dunia digital menunjukkan bahwa personal branding bukanlah sekadar tren, melainkan strategi komunikasi yang konsisten, jujur, dan bernilai. Di tengah derasnya arus konten yang sering menjerumuskan publik pada sensasi, ia hadir sebagai suara jernih yang meneguhkan bahwa media sosial bisa menjadi ruang edukasi.
Penulis: I Puspa Lingga Saputri dan Yulianti
Mahasiswa Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.