Perzinahan Akibat Perselingkuhan di Era Digital: Dampak Psikologis, Sosial, dan Perspektif Moral Keagamaan

Perzinahan Era Digital
Perzinahan Era Digital

Milenianews.com, Mata Akademisi — Fenomena perzinahan akibat perselingkuhan semakin sering terdengar di berbagai media digital pada era modern saat ini. Berbagai platform, mulai dari media sosial hingga kanal pemberitaan, hampir setiap hari menayangkan kisah perselingkuhan yang melibatkan masyarakat biasa hingga tokoh publik. Kondisi ini memperlihatkan bahwa perizinahan bukan sekadar isu moral, tetapi persoalan sosial yang makin sulit dibendung. Akses komunikasi yang semakin mudah dan pelonggaran nilai moral di sebagian masyarakat membuat fenomena ini seolah menjadi hal biasa. Padahal, perzinahan tidak hanya melanggar norma agama, tetapi juga menghancurkan kepercayaan, merusak keluarga, dan menimbulkan luka psikologis jangka panjang.

Teknologi Digital sebagai Pemicu Utama

Salah satu faktor dominan meningkatnya perselingkuhan adalah perkembangan teknologi dan media sosial. Di satu sisi, teknologi memberikan kemudahan komunikasi. Namun, di sisi lain, ia menghadirkan celah besar untuk membangun hubungan terlarang. Aplikasi pesan memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens tanpa diketahui pasangan sahnya. Media sosial juga mempermudah pertemuan kembali dengan masa lalu, seperti mantan kekasih atau teman lama.

Dalam banyak kasus, hubungan emosional yang awalnya bersifat ringan berkembang menjadi keterikatan yang lebih dalam. Digitalisasi relasi manusia menciptakan ruang privat baru yang mudah dimanfaatkan untuk perselingkuhan, dan pada akhirnya dapat berujung pada tindakan perzinahan.

Normalisasi Perselingkuhan dalam Budaya Populer

Selain faktor teknologi, normalisasi perselingkuhan dalam budaya populer juga memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap kesetiaan. Banyak film, sinetron, dan konten digital menampilkan hubungan gelap dengan narasi yang romantis dan dramatis. Perselingkuhan seolah digambarkan sebagai hal wajar dan manusiawi tanpa menunjukkan konsekuensi moral dan sosialnya.

Jika dahulu perselingkuhan dianggap sebagai aib besar, kini sebagian masyarakat mulai bersikap permisif. Perubahan cara pandang ini sangat berbahaya karena dapat memberi ruang lebih luas bagi perilaku serupa untuk berkembang di masyarakat.

Masalah Psikologis dalam Relasi Pasangan

Perselingkuhan juga sering berakar dari kondisi psikologis atau relasi rumah tangga yang tidak sehat. Minimnya komunikasi, tekanan pekerjaan, perbedaan pola pikir, dan kurangnya perhatian dapat membuat salah satu pihak merasa diabaikan. Dalam situasi seperti itu, hadirnya orang ketiga yang memberi perhatian dan validasi emosional sering menjadi godaan kuat.

Beberapa individu juga memiliki kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, tetapi sulit mengungkapkannya pada pasangan. Kondisi ini membuat mereka memilih pelarian menuju hubungan tersembunyi. Selain itu, ada individu yang adiktif terhadap sensasi baru dan merasa hubungan stabil terasa membosankan.

Konsekuensi Moral dan Kerusakan Psikologis

Apa pun alasan yang melatarbelakanginya, perselingkuhan merupakan pilihan sadar yang membawa dampak besar. Kerusakan emosional akibat perzinahan tidak hanya dirasakan pelaku, tetapi juga pasangan, anak-anak, dan keluarga besar.

Pasangan yang dikhianati berisiko mengalami trauma emosional, kecemasan, depresi, atau kehilangan harga diri. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang rusak juga menghadapi masalah psikologis, krisis kepercayaan, hingga trauma hubungan di masa depan. Fenomena ini bahkan turut memengaruhi perilaku sosial generasi muda yang tumbuh tanpa stabilitas emosional keluarga.

Baca juga: Qirā’at QS. Al-Ahzab: 33 dan Ruang Karir Perempuan dalam Perspektif Matan Syatibi

Dampak Sosial: Kesetiaan Mulai Dipertanyakan

Secara sosial, meningkatnya angka perzinahan memperlemah kepercayaan antarindividu. Banyak anak muda kini menyebut pernikahan sebagai sesuatu yang menakutkan, karena terlalu sering melihat berita perselingkuhan di berbagai platform digital.

Situasi ini menjadikan nilai-nilai kesetiaan kehilangan makna. Masyarakat tumbuh menjadi semakin individualis dan kurang menghargai komitmen jangka panjang. Kondisi ini dapat mengganggu struktur keluarga sebagai institusi sosial yang seharusnya menjadi ruang pembentukan karakter dan moral generasi penerus.

Perspektif Moral dan Agama

Dalam perspektif agama, terutama Islam, perzinahan termasuk tindakan yang sangat dilarang. Al-Qur’an secara tegas melarang mendekati zina, bahkan sebelum tindakan itu terjadi, seperti melalui hubungan emosional atau interaksi intim yang tidak sah.

Larangan tersebut bukan hanya bersifat spiritual, tetapi juga sosial. Zina merusak martabat, kehormatan, serta struktur keluarga. Hampir semua agama mengajarkan bahwa hubungan di luar pernikahan merupakan pelanggaran berat terhadap nilai kesucian pernikahan.

Upaya Mencegah Perselingkuhan di Era Modern

Untuk mengatasi maraknya perzinahan, diperlukan upaya lintas aspek:

  1. Komunikasi sehat dalam rumah tangga

  2. Penguatan nilai moral dan spiritual

  3. Literasi digital dan kontrol komunikasi online

  4. Kesetiaan sebagai komitmen dewasa

  5. Edukasi hubungan sehat sejak remaja

Langkah-langkah ini penting untuk menciptakan keluarga yang kuat dan masyarakat yang lebih sehat secara moral.

Perselingkuhan bukan hanya isu hubungan romantis. Ia adalah persoalan moral, psikologis, sosial, dan spiritual yang berdampak luas. Perzinahan sebagai akibat perselingkuhan menghancurkan kehidupan pribadi, merusak struktur sosial, dan mengikis kepercayaan antarindividu.

Di era modern yang penuh godaan digital, menjaga komitmen menjadi tantangan besar. Namun, melalui komunikasi, kesetiaan, dan penguatan nilai moral, fenomena ini dapat ditekan. Masyarakat perlu menyadari bahwa stabilitas keluarga adalah fondasi peradaban dan karakter generasi mendatang.

Penulis: Ratna Zakiah Anwar, Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *