Mata Akademisi, Milenianews.com – Di era modern yang kompetitif dan cepat berubah ini, banyak anak muda muslim menghadapi dilema dalam merancang jalur karier mereka. Di satu sisi, terbuka berbagai peluang karier yang menawarkan kemapanan finansial dan pengakuan sosial, namun sering kali tidak selaras dengan nilai-nilai keislaman. Pada sisi lain, terdapat profesi yang menjunjung tinggi syariat, namun sering dipersepsikan kurang menantang atau tidak sesuai dengan passion pribadi. Di sinilah muncul sebuah pertanyaan yang hakiki: apakah mungkin menjalani karier yang sesuai minat namun tetap berada dalam koridor ketaatan?
Baca juga: Rebo Wekasan: Ritual Sakral Antara Mitos dan Spiritualitas Perspektif Émile Durkheim
Pemikiran Abu Mansur al-Maturidi, salah satu tokoh besar dalam khazanah teologi Islam Sunni, memberikan tawaran gagasan yang relevan untuk menjawab persoalan ini. Al-Maturidi menekankan pentingnya harmoni antara akal dan wahyu. Dalam pandangannya, akal bukanlah lawan dari wahyu, tetapi merupakan sarana yang dianugerahkan Allah untuk memahami wahyu secara lebih mendalam. Akal digunakan untuk menganalisis dan mencari jalan hidup yang terbaik, sementara wahyu menjadi kompas dan batas moral dalam menentukan arah.
Dalam konteks kehidupan profesional, pendekatan al-Maturidi mendorong umat Islam untuk tidak memandang karier secara dikotomis—antara duniawi dan ukhrawi—melainkan melihatnya sebagai ladang amal yang bisa dirancang dengan cerdas dan bijak. Karier bukan sekadar alat untuk mencari nafkah, tetapi juga ruang aktualisasi diri dan ibadah kepada Allah. Dengan akal yang sehat dan bimbingan wahyu, umat Islam dapat menjembatani antara aspirasi pribadi dan tuntunan Ilahi.
Mengikuti passion tidak harus mengorbankan prinsip keislaman
Misalnya, seorang muslimah yang bekerja di maskapai penerbangan menghadapi larangan memakai hijab. Secara finansial, profesi ini sangat menjanjikan, namun bertentangan dengan prinsip syariat. Dalam paradigma Maturidi, hal ini bukan jalan buntu. Justru, ia bisa memanfaatkan akalnya untuk mencari solusi: mencari maskapai lain yang ramah syariah, mengembangkan keterampilan baru, atau bahkan membangun negosiasi berdasarkan hak kebebasan beragama. Dengan demikian, passion tidak perlu dikorbankan, dan ketaatan tetap terjaga.
Begitu pula dalam bidang-bidang kreatif seperti musik, teknologi, atau fashion, selalu tersedia ruang untuk berekspresi tanpa melanggar prinsip-prinsip agama. Islam bukan agama yang membatasi kreativitas, melainkan agama yang menuntun kreativitas menuju kebaikan. Al-Maturidi menegaskan bahwa manusia memiliki kebebasan terbatas dalam berikhtiar, sementara hasilnya tetap dalam kuasa Allah. Inilah keseimbangan antara ikhtiar dan tawakal, antara kebebasan dan tanggung jawab spiritual.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ.
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, pada keduanya ada kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah kepada Allah dan jangan lemah. Jika engkau tertimpa sesuatu, maka jangan katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian’. Tetapi katakanlah: ‘Ini sudah menjadi takdir Allah. Apa yang Dia kehendaki pasti terjadi’. Karena perkataan ‘seandainya’ membuka pintu setan.” (HR. Muslim)
Hadis ini memperkuat prinsip bahwa semangat untuk berusaha harus disandarkan pada nilai-nilai iman dan kebergantungan kepada takdir Ilahi. Kuat secara profesional tidak harus mengorbankan kekuatan spiritual. Justru, kekuatan itu bermakna ketika dibingkai dalam kerangka iman dan akhlak.
Karier yang halal dan berkah lebih mulia daripada keuntungan sesaat
Pada akhirnya, pilihan karier bukan semata-mata persoalan duniawi, melainkan bagian dari ibadah dan tanggung jawab moral. Rezeki yang halal dan penuh berkah lebih utama daripada gaji besar yang diperoleh dengan mengabaikan syariat. Pendekatan Maturidi menunjukkan bahwa jalan tengah bukanlah bentuk kompromi, tetapi bentuk hikmah. Anak muda muslim dapat menjadi pribadi yang unggul di dunia profesional, sekaligus tetap menjunjung tinggi integritas keislaman mereka.
Baca juga: Jejak Sejarah dan Realita Sekarang: Khawarij Vs OPM di Papua
Dalam dinamika zaman yang serba cepat dan menantang ini, pemikiran al-Maturidi hadir sebagai cahaya yang menuntun akal untuk tunduk kepada wahyu, bukan dalam ketakutan, tetapi dalam kesadaran akan makna hidup yang lebih tinggi. Passion dan ketaatan bukan dua kutub yang bertentangan, tetapi dua kekuatan yang bila diselaraskan, dapat membentuk jalan hidup yang utuh dan bermakna.
Penulis: Syafaat Muhari, Dosen serta Aqma, Nadinna Azzahra, Zazkia Fatimah Azzahra Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.