Mata Akademisi, Milenianews.com – Kesenjangan ekonomi di Indonesia merupakan isu serius yang perlu segera diatasi. Perbedaan signifikan dalam pendapatan, kekayaan, dan akses terhadap sumber daya antara kelompok masyarakat kaya dan miskin menciptakan ketidakadilan sosial dan menghambat pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh.
Apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana kesenjangan ekonomi terjadi di Indonesia? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan melihat data statistik terbaru yang menunjukkan angka koefisien Gini Indonesia yang masih tinggi, mencerminkan distribusi pendapatan yang tidak merata.
Kesenjangan ekonomi di Indonesia mengacu pada perbedaan pendapatan dan kekayaan yang signifikan antara kelompok-kelompok masyarakat, baik antarkelompok individu maupun wilayah. Kesenjangan ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam distribusi pendapatan dan sumber daya ekonomi di masyarakat, sehingga ada kelompok yang lebih kaya dan kelompok lain yang lebih miskin.
Baca juga: Faham Jabariyah dan Qodariyah: Dari Akar Sejarah Hingga Relevansi Masa Kini
Kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya yang tinggal di pedesaan dan wilayah Indonesia bagian timur, merupakan pihak yang paling merasakan dampaknya. Meski telah berlangsung lama, kesenjangan ekonomi menjadi semakin mencolok dan memprihatinkan dalam sepuluh tahun terakhir.
Beragam faktor turut berperan, seperti program pembangunan yang tidak merata dan keterbatasan akses pendidikan. Sehingga, diperlukan langkah-langkah menyeluruh yang melibatkan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat secara luas.
Pemahaman terhadap isu kesenjangan ekonomi memiliki peran krusial karena berpengaruh luas terhadap kesejahteraan rakyat dan kestabilan negara. Ketimpangan yang tajam berpotensi menimbulkan konflik sosial, menghambat laju pertumbuhan ekonomi, serta menurunkan taraf hidup masyarakat secara umum. Oleh sebab itu, upaya mencari solusi yang tepat untuk mengurangi kesenjangan ekonomi menjadi salah satu prioritas utama bagi Indonesia.
Faktor Alamiah dan Nonalamiah Penyebab Kesenjangan
Secara umum, faktor penyebab kesenjangan ekonomi dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor alamiah dan faktor nonalamiah. Pemahaman yang komprehensif terhadap kedua faktor ini sangat penting untuk merumuskan strategi yang tepat dalam mengatasi kesenjangan ekonomi.
Variasi kualitas sumber daya manusia (SDM) antar daerah di Indonesia menjadi faktor alamiah yang turut memperlebar jurang kesenjangan ekonomi. Daerah dengan SDM berkualitas cenderung menunjukkan produktivitas dan daya saing yang lebih kuat. Kondisi alamiah ini kerap menjadi hambatan dalam mewujudkan pemerataan ekonomi, sebab diperlukan modal besar dan pendekatan khusus guna mengatasi kendala geografis serta ketersediaan SDM.
Kebijakan pembangunan yang tidak merata antara berbagai daerah di Indonesia menjadi salah satu faktor nonalamiah yang utama. Prioritas pembangunan yang terpusat di daerah tertentu menyebabkan kesenjangan ekonomi yang semakin melebar.
Berbagai teori sosial menawarkan perspektif yang berbeda dalam memahami dan menganalisis kesenjangan ekonomi. Dalam konteks ini, pandangan teologis seperti Jabariyah dan Qadariyah juga memberikan lensa unik. Kaum Jabariyah, dengan keyakinan bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan (fatalisme), mungkin memandang kesenjangan ekonomi sebagai bagian dari ketentuan ilahi yang tidak dapat diubah secara mendasar.
Sementara itu, kaum Qadariyah, yang menekankan kebebasan manusia dan tanggung jawab atas perbuatannya, cenderung melihat ketimpangan ekonomi sebagai hasil dari sistem atau kebijakan manusia yang keliru, sehingga perlu diperbaiki melalui upaya aktif. Memahami perspektif-perspektif ini, termasuk yang bersifat teologis, dapat membantu kita merumuskan strategi yang lebih efektif dan kontekstual dalam mengatasi masalah kesenjangan ekonomi.
Pandangan Jabariyah, yang menekankan determinisme Tuhan, secara signifikan memengaruhi cara masyarakat Muslim kontemporer berpikir. Doktrin ini sering menyebabkan fatalisme yang mengurangi keinginan masyarakat untuk mengubah situasi. Sebagai contoh, dalam hal ekonomi, sebagian umat Islam enggan mengambil tindakan proaktif untuk meningkatkan taraf hidup mereka karena mereka percaya bahwa kemiskinan adalah takdir Tuhan. Penelitian Hallaq (2020) menemukan bahwa keyakinan ini masih menjadi kepercayaan umum di beberapa negara mayoritas Muslim, terutama di komunitas pedesaan dengan pendidikan rendah.
Baca juga: Isu Anti-Syiah Di Indonesia: Analisis, Media, Politik Identitas dan Implikasi Sosial
Dalam sudut pandang paham Jabariyah, kesenjangan ekonomi mungkin dipandang sebagai takdir yang sudah ditentukan oleh Allah. Mereka berfokus pada kepercayaan bahwa segala sesuatu di dunia ini, termasuk nasib seseorang dalam segala hal—baik kekayaan maupun kemiskinan—sudah ditentukan dalam takdir Allah.
Bagi penganut aliran ini, keadaan kesenjangan ekonomi merupakan suatu bentuk ujian kesabaran atau pengajaran dari Allah. Jabariyah, dengan penekanannya pada kehendak Tuhan yang absolut, memberikan landasan spiritual yang kokoh dan rasa ketenangan dalam menerima takdir. Namun, dalam bidang ekonomi, pengaruh Jabariyah dapat ditemukan dalam pendekatan yang pasif terhadap kemiskinan dan ketidaksetaraan. Keyakinan bahwa rezeki adalah bagian dari takdir sering kali menghambat upaya pemberdayaan ekonomi di kalangan masyarakat Muslim.