Moralitas Ditengah Arus Informasi

Moralitas Ditengah Arus Informasi

Mata Akademisi, Milenianews.com – Di zaman sekarang nilai moral sudah sangat terkikis dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan masyarakat maupun individual. Dimana belakangan ini beredar kasus yang diberitakan mengenai adanya perbudakan di beberapa lingkungan pesantren (misalnya santri dipaksa bekerja berat, tidak digaji, mendapat kekerasan atau dieksploitasi oleh pengelola) yang menimbulkan banyak pernyataan negatif dari berbagai kalangan.

Padahal, sebagian orang yang merasakan menuntut ilmu di lingkungan pesantren tidak mendapatkan perlakuan tersebut. Kabar yang ditayangkan oleh siaran televisi tentang kehidupan di pesantren, sempat membuat banyak alumni pesantren tersinggung. Karena, jika berita yang disampaikan belum dicerna dengan sebenarnya, maka ada beberapa hal penting yang perlu dipahami dari sudut pandang moral dan etika.

Dalam kasus isu “perbudakan di pesantren” jika berita yang beredar belum jelas dan belum dicerna benar, maka kita tidak boleh langsung menyimpulkan bahwa sebuah pesantren melakukan praktik itu, kita perlu mempertimbangkan adanya misinformasi atau pemberitaan yang dilebih-lebihkan dan dampak dari informasi yang belum jelas adanya, membuat nilai buruk untuk semua pendidikan pesantren di Indonesia.

Baca juga: Santri SMP Darulhusna Mulya Laksanakan Outing Class ke Pusat Iptek  dan Museum Al-Qur’an

Padahal konsep pemikiran antara masyarakat dengan kalangan pesantren itu berbeda, yang dimana masyarakat menggunakan moral yang bersumber dari norma dan kebiasaan umum di masyarakat, dan pesantren dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama (Al-Qur’an dan As-Sunnah) sangat berbeda dan jika ditelusuri lebih detail, tidak semua pesantren melakukan hal yang sama. Mungkin hanya sebagian dan membuat semua nama pesantren buruk. Pada umumnya setiap pesantren telah memiliki aturan sendiri yang berbeda disetiap daerahnya.

Oleh karena itu, perlunya mencermati dan mencari informasi yang akurat sebelum menyampaikan berita, bisa jadi disetiap budaya pesantren berbeda beda, harus menjadi pelajaran untuk semua kalangan, bahwasanya tidak semua berita yang ditayangkan bersifat benar dan jelas, yang banyak membawa dampak buruk terhadap semua kalangan.

Pada akhirnya, rangkaian peristiwa dalam cerita ini menegaskan bahwa moral bukan hanya sekadar ajaran tentang benar dan salah, tetapi sebuah fondasi yang membentuk cara manusia memahami, menilai, dan merespons suatu keadaan. Kisah ini memperlihatkan bagaimana sebuah informasi yang belum utuh dapat melahirkan prasangka, kecemasan, bahkan ketidakadilan, jika tidak disikapi dengan kedewasaan moral. Moral mengajarkan bahwa setiap tindakan manusia harus selalu dipertimbangkan melalui lensa tanggung jawab dan empati.

Dalam konteks isu yang berkembang, masyarakat dihadapkan pada pilihan: apakah mereka akan menilai berdasarkan emosi sesaat, ataukah mereka akan menahan diri hingga kebenaran yang sebenarnya tersingkap? Keputusan tersebut mencerminkan kualitas moral seseorang. Ketika masyarakat tergesa-gesa memercayai kabar yang belum dipastikan, mereka tanpa sadar membuka pintu bagi potensi fitnah yang dapat melukai banyak pihak.

Namun sebaliknya, ketika mereka memilih untuk menyelidiki dengan hati-hati, bersikap adil, dan melihat peristiwa dengan jernih, maka mereka sedang menjaga marwah kemanusiaan itu sendiri. Keseluruhan cerita ini juga mengajak pembaca untuk memahami bahwa moral tidak berhenti pada aturan tertulis. Moral adalah kesadaran batin yang hidup dalam diri setiap individu.

Baca juga: Dimensi Siyari Dalam Shalat: Telaah Lima Aspek Batin Ibadah Menurut Perspektif Tafsir Tasawuf

Kesadaran itu membimbing manusia untuk bertindak dengan bijak, menjaga kehormatan orang lain, serta menghindari tindakan yang dapat merugikan. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh arus informasi, keteguhan moral menjadi semakin penting agar manusia tidak tenggelam dalam opini yang menyesatkan atau tekanan sosial yang belum tentu benar sebagai penutup, cerita ini memberikan pesan moral yang kuat: bahwa kehati-hatian, empati, dan tanggung jawab adalah pilar penting dalam kehidupan sosial. Nilai-nilai tersebut tidak hanya melindungi individu dari kesalahan penilaian, tetapi juga menjaga harmoni dalam masyarakat.

Dengan memegang teguh moralitas, manusia dapat menempatkan diri sebagai makhluk beradab yang tidak mudah goyah oleh isu, tidak mudah terprovokasi oleh opini, dan selalu menjadikan kebenaran sebagai landasan setiap tindakannya. Dari sinilah kita belajar bahwa moral bukan sekadar teori, melainkan pedoman hidup yang harus terus dijaga, diamalkan, dan diwariskan.

Penulis: Al Hadelia Husna, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *