Milenianews.com, Mata Akademisi– Syaikh Nawawi dalam Fathush Shamad menceritakan tentang kedatangan penduduk langit pada saat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Mereka hendak menyaksikan secara langsung kelahiran manusia agung itu di dunia.
Dalam bahasa al-Qur’an, kedatangan Nabi di dunia memiliki dua fungsi. “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.” (QS. Saba’/34: 28). Ada juga fungsi lainnya, “Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. al-Anbiya/21: 107).
Menurut pengarang Tafsir Jalalain, yang dimaksud dengan frasa “Bagi seluruh alam”, bukan hanya rahmat bagi manusia, tapi bagi jin secara keseluruhan.
Hadits yang bersumber dari Abu Hurairah mengkonfirmasi hal itu. Dikatakan kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, berdoalah untuk kebinasaan orang-orang musyrik”. Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya aku diutus bukan sebagai pelaknat, melainkan aku diutus sebagai pembawa rahmat” (HR. Muslim). Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir mengutip hadits Nabi yang berbunyi, “Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (kepada kalian)”.
Menurut sebagian ulama, rahmat adalah nama yang mencakup semua kebaikan yang Allah berikan baik yang bersifat umum yang kemudian disebut rahman, maupun yang bersifat khusus yang disebut rahim.
Kembali kepada sekawanan penduduk langit yang ingin menyaksikan kelahiran Nabi. Yang pertama sekawanan malaikat yang beralih rupa menjadi laki-laki tampan. Mereka, kata Aminah (ibunda Nabi Muhammad SAW, Red), berdiam di udara sambil memegangi kendi dari perak. Syaikh Nawawi tidak menjelaskan isi kendi tersebut. Yang kedua masih sekawanan malaikat, tapi mereka beralih rupa menjadi sekawanan burung yang indah.
Sayang Syaikh Nawawi tidak menjelaskan perbedaan sekawanan malaikat yang beralih rupa menjadi laki-laki tampan dan yang jadi burung. Syaikh Nawawi hanya menuturkan bahwa saking banyaknya malaikat berwujud burung yang datang sehingga kamar Aminah dipenuhi dengan paruh burung. Paruh burung itu, tulis Syaikh Nawawi, terbuat dari zamrud. Sedangkan sayapnya dari yaqut. Mungkin tujuannya untuk menghias kamar Nabi.
Sekawanan berikutnya yang turun ke bumi menyaksikan lahirnya sang jabang bayi suci adalalah para bidadari. Menurut Syaikh Nawawi ada di antara mereka Maryam putri Imran dan Asiyah istri Fir’aun atau yang dikenal sebagai Raja Ramses II atau Fir’aun ketiga yang terkuat dan terbesar di Mesir. Secara bahasa, Fir’aun (Pharaoh dalam bahasa Inggris) berarti rumah besar untuk tempat tinggal raja.
Menurut Syaikh Nawawi, pada saat itu, Allah membuka tabir penghalang mata Aminah sehingga dia bisa melihat dalam keadaan terjaga (bukan mimpi). Dalam pada itu Allah juga memperlihatkan kepada Aminah tiga bendera yang menancap di tiga tempat berbeda, yakni di Timur yang melambangkan kekaisaran Persia dan di Barat yang melambangkan imperium Romawi, dan di Ka’bah.
Kelak Persia dan Romawi takluk di bawah kekuasaan Nabi dengan pusat kendali di Mekkah dan Madinah.
Penulis: Dr. KH. Syamsul Yakin MA., Pengasuh Pondok Pesantren Darul Akhyar Parung Bingung Kota Depok