Mata Akademisi – Memasuki era metaverse, bayangkan saja sebuah dunia di mana, di dalamnya tidak memiliki batas antara kenyataan dan dunia maya. Anda bisa menghadiri konser musik global dari ruang tamu, berkolaborasi dengan rekan kerja dari benua lain dalam ruang kerja virtual, atau bahkan menjelajahi galaksi dengan teman-teman, semuanya tanpa harus meninggalkan rumah. Itulah gambaran metaverse, sebuah realitas digital yang kini bukan lagi sekadar mimpi di film-film fiksi ilmiah, melainkan sebuah perkembangan teknologi yang pesat dan tak terelakkan.
Meskipun masih dalam tahap perkembangan awal, potensi transformatif metaverse untuk mengubah cara kita bekerja, bermain, dan berinteraksi satu sama lain sangatlah signifikan. Cyber University yang terkenal sebagai The First Fintech University in Indonesia, menyadari potensi ini dan telah memulai mempersiapkan generasi penerus yang siap menghadapi era ini.
Baca juga: Menjawab Tantangan Era Digital: Keterampilan Apa yang Paling Dicari di Pasar Kerja?
Esensi metaverse terletak pada pengalaman imersif yang jauh melampaui internet konvensional. Bukan lagi sekadar menatap layar, kita akan “hidup” di dalam dunia virtual melalui perangkat VR/AR. Di sana, kita memiliki representasi digital (avatar) yang memungkinkan ekspresi diri yang unik dan luas. Bayangkan potensi yang terbentang di berbagai sektor.
Industri hiburan bisa menciptakan pengalaman interaktif yang belum pernah ada sebelumnya, sementara sektor pendidikan dapat menawarkan pembelajaran yang jauh lebih menarik dan efektif. Bayangkan siswa menjelajahi struktur sel manusia secara detail atau melakukan simulasi operasi bedah, semuanya dalam lingkungan metaverse yang imersif. Potensinya memang tak terbatas, menjanjikan transformasi fundamental dalam berbagai aspek kehidupan.
Namun, perjalanan menuju metaverse bukanlah tanpa tantangan. Infrastruktur teknologi yang dibutuhkan sangat kompleks dan menuntut investasi yang besar, termasuk perluasan jaringan internet berkecepatan tinggi yang merata dan pengembangan perangkat keras yang terjangkau dan user-friendly.
Baca juga: Menguak Kekuatan Big Data: Inovasi, Etika, dan Masa Depan Digital
Lebih jauh lagi, isu-isu krusial seputar privasi, keamanan data, dan etika digital mengharuskan kita untuk bersiap. Bagaimana kita memastikan keamanan dan keadilan di ruang virtual tanpa batasan fisik? Bagaimana kita mencegah penyalahgunaan dan kejahatan di dunia metaverse? Pertanyaan-pertanyaan ini memerlukan solusi yang komprehensif dan kolaboratif.
Oleh karena itu, menyambut era metaverse membutuhkan persiapan yang matang. Kita perlu merumuskan kerangka hukum dan etika yang kuat untuk melindungi pengguna, dan mengembangkan program edukasi yang efektif untuk meningkatkan literasi digital dan kesadaran akan keamanan siber.
Hanya dengan pendekatan yang holistik dan proaktif, kita dapat memaksimalkan potensi metaverse sembari meminimalisir risiko yang mungkin terjadi. Metaverse bukan hanya sekadar inovasi teknologi, melainkan juga sebuah transformasi sosial dan budaya yang menuntut kedewasaan dan kesiapan dari kita semua.
Baca juga: Mengintip Masa Depan Kota: Ketika Internet of Things (IoT) Mewujudkan Smart City
Kesimpulannya, metaverse adalah sebuah lompatan besar yang akan mendefinisikan ulang interaksi manusia dengan teknologi dan dunia sekitarnya. Meskipun jalan masih panjang dan penuh tantangan, peluang yang ditawarkan begitu besar dan menjanjikan.
Persiapan yang matang, baik dari segi teknologi, regulasi, maupun edukasi, sangat krusial agar kita dapat melangkah dengan percaya diri ke era baru ini dan meraup manfaatnya secara optimal. Mari sambut revolusi digital ini dengan bijak dan bertanggung jawab.
Oleh: Rizki Hesananda, Dosen Program Studi Teknologi Informasi Cyber University
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.