Milenianews.com, Mata Akademisi – Pemberitaan bencana alam banjir besar yang melanda Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar) pada akhir November 2025 berfungsi sebagai stimulus kuat yang memicu respon masyarakat secara luas melalui mekanisme stimulus-respons dalam teori behaviorisme komunikasi. Teori ini menjelaskan bagaimana massa media berperan sebagai penyampai stimulus eksternal yang secara konsisten tetap atau memadukan informasi untuk membentuk opini publik. Akibatnya, isu banjir ini meningkat menjadi prioritas nasional yang mendesak untuk ditanggapi pemerintah.
Banjir bandang dan longsor yang disebabkan oleh curah hujan ekstrem mencapai 150-300 mm/jam akibat puncak musim hujan dan pengaruh Siklon Tropis Senyar mengakibatkan korban jiwa awal 442 meninggal dan 402 hilang hingga 30 November 2025. Data BNPB hingga 11 Desember 2025 melaporkan total 971 kematian, 255 hilang, dan sekitar 5.000 luka-luka, dengan Aceh mencatat 391 meninggal dunia (termasuk Aceh Tamiang sebagai wilayah terparah), diikuti Sumut 340 meninggal, dan Sumbar 238 meninggal; total pengungsi nyaris 1 juta jiwa di 52 kabupaten/kota, disertai kerusakan 157,9 ribu rumah, 498 jembatan, serta ratusan fasilitas pendidikan dan kesehatan. Media sosial memperkuat narasi ini, dengan membandingkan bencana banjir tersebut dengan tsunami dahsyat tahun 2004 yang pernah menghancurkan wilayah yang sama. Hashtag #PrayForSumatera berhasil mengumpulkan lebih dari 100 ribu mention, menjadi simbol solidaritas sekaligus desakan warga Aceh dan masyarakat luas untuk pemerintah agar segera menetapkan status bencana nasional. Narasi ini menggambarkan bagaimana media sosial dapat berfungsi sebagai saluran stimulus tambahan yang memperkuat respons sosial.
Menurut teori behaviorisme komunikasi, yang dipelopori John B. Watson, stimulus-respons (SR) dalam komunikasi massa, media pesan bertindak sebagai stimulus eksternal yang menimbulkan respons perilaku atau kognitif dari audiens. Repetisi pesan berfungsi memperkuat asosiasi ini, mirip dengan pengkondisian Pavlovian yang menciptakan respon otomatis antara stimulus berupa bencana dan krisis lingkungan secara tidak langsung memicu respons otomatis berupa urgensi nasional dan tekanan sosial agar pemerintah bertindak cepat. Dengan kata lain, media massa secara aktif membentuk opini masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat sehingga persepsi lokal bertransformasi menjadi masalah nasional yang mendesak untuk direspos pemerintah.
Repetisi media atas banjir Aceh-Sumut-Sumbar pada Desember 2025 mencapai puncak viralitas, dengan fokus pada korban meninggal dan kerusakan daerah aliran sungai akibat penambangan serta perkebunan ilegal. Laporan Drone Emprit menunjukkan dominasi sentimen positif terhadap penanganan darurat, namun kritik terhadap lambatnya penetapan status bencana nasional tetap muncul. Media massa menerapkan pengulangan melalui siaran berulang, headline dominan, dan drama visual seperti gambar korban terendam dan rumah roboh di Aceh dan Sumatera. Liputan dari Kompas.tv dan Tempo.co menampilkan kesulitan penyelamatan, dengan frekuensi tayang mencapai ratusan kali dalam masa satu minggu pertama. Hal ini memicu empati massal dan tuntutan bantuan nasional. Fenomena ini menjadi ilustrasi nyata dari efek agenda-setting dalam komunikasi massa, dimana intensitas dan keberpihakan pemberitaan menentukan prioritas isu di mata publik.
Data mencatat peningkatan volume berita banjir Aceh-Sumatera berani sebesar 300% pada tanggal 27-30 November 2025 dibandingkan dengan bencana lokal sebelumnya. Tanggapan masyarakat berupa menyiarkan donasi online serta petisi di media sosial yang mendesak penetapan status bencana nasional. Repetisi pemberitaan tidak hanya bersifat informatif namun juga emosional, memperkuat stimulus sehingga opini publik beralih dari simpati lokal menuju tekanan kolektif nasional.
Proses stimulus-respons terlihat jelas ketika pemberitaan berulang-ulang mengubah sikap masyarakat, mendorong persepsi bahwa bencana ini bukan masalah daerah semata, melainkan akibat faktor iklim dan infrastruktur nasional. Analisis wacana publik di Kompasiana mengungkap dominasi narasi “krisis nasional” setelah pemberitaan media berulang, dengan komentar netizen yang menuntut intervensi pemerintah pusat.
Narasi berulang “banjir terbesar dalam 25 tahun” di Sindonews YouTube dan medsos membangun citra urgensi nasional yang mendorong desakan masyarakat sipil terhadap penanganan terintegrasi. Media nasional seperti Kompas dan BBC ikut mengulang data BNPB, memperkuat framing bencana sebagai akibat dari kegagalan koordinasi lintas daerah dan pemerintah pusat. Akibatnya, opini publik bergeser dari isu regional menjadi tuntutan peran aktif pemerintah pusat. Hal ini menimbulkan tanggapan kolektif, termasuk kritik terhadap lambatnya bantuan. Pengulangan hal tersebut membentuk opini berkelanjutan, dimana masyarakat kini memandang bencana ini sebagai masalah sistemik yang memerlukan solusi nasional.
Mekanisme stimulus-respons via repetisi media efektif angkat banjir Aceh-Sumatera jadi isu nasional, dorong respon pemerintah meski dikritik lambat (helikopter TNI/BNPB, dana darurat, tapi belum status nasional hingga 11 Desember). Implikasi teoritis perkaya studi komunikasi bencana Indonesia; Praktisnya, media bisa mengulang strategi untuk isu sistemik.
Penelitian lanjutan sangat diperlukan untuk mengukur dampak jangka panjang dari pemberitaan ini, terutama melalui survei yang dilakukan pasca-2025 untuk menilai apakah isu lingkungan dan tata kelola bencana tetap menjadi agenda nasional yang diprioritaskan pemerintah dan masyarakat. Studi komparatif dengan bencana besar lainnya, seperti gempa bumi di Sulawesi atau letusan gunung Merapi, juga penting untuk menguji konsistensi model stimulus-respons ini dalam konteks media dan komunikasi massa di Indonesia. Kunci keberhasilannya terletak pada pemberitaan secara kontinyu dan respon cepat dari institusi pemerintah untuk mencegah korban lanjutan dan memperbaiki sistem penanggulangan bencana secara menyeluruh.
Penulis: Khoirunnisa, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.













