Milenianews.com, Mata Akademisi– Imam al-Ghazali (wafat 1111 Masehi) dalam kitabnya, yakni al-Iqtishad fi al-I’tiqad menulis hadits ihwal lima kemuliaan Rasulullah (wafat 632 Masehi). Sementara Syaikh Nawawi (wafat 1897) dalam kitabnya, yakni Nashaihul Ibad memaparkan empat kemuliaan umat Rasulullah.
Tentang lima kemuliaan itu, Rasulullah mendeklarasikan diri, “Aku diberikan lima kemuliaan oleh Allah yang tidak diberikan kepada para nabi sebelumku. (Pertama), aku ditolong Allah dalam setiap peperangan dengan cara Allah menancapkan rasa takut di hati musuh-musuhku sebulan sebelum mereka menempuh perjalanan menuju medan perang.
(Kedua), Allah menjadikan bumi untukku sebagai masjid yang suci sehingga di mana saja aku dan umatku leluasa mendirikan shalat. (Ketiga), Allah menghalalkan harta rampasan perang (ghanimah) untukku, padahal ghanimah tidak dihalalkan untuk seorang nabi pun sebelumku.
(Keempat), Allah memberiku izin untuk memberikan syafaat (pertolongan) kepada umatku (sementara nabi-nabi lain tidak diizinkan menolong umat mereka). (Kelima), para nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya, sedangkan aku diutus untuk manusia seluruhnya”.
Melihat informasi ini, sangat pantas kalau Rasullullah digelari Sayyidul Anbiya wal Mursalin (pemimpin para nabi dan rasul). Dan tak heran kalau manusia sejagat memperingati kelahiran beliau dengan gegap-gempita, termasuk di negeri kita.
Berikutnya, Syaikh Nawawi menulis ihwal empat kemuliaan umat Rasulullah yang membuat Nabi Adan merasa heran. Namun keempat kemuliaan ini tidak Allah berikan kepada Nabi Adam. Kendati beliau adalah seorang nabi. Sama seperti lima kemuliaan Rasulullah di atas yang tidak diberikan kepada nabi-nabi lain.
Pertama, kata Nabi Adam, “Tobatku baru diterima oleh Allah di Mekkah, sedangkan tobat umat Nabi Muhammad diterima di mana saja oleh Allah.”
Kedua, kemuliaan umat Rasulullah yang membuat Nabi Adam merasa heran, “Aku berpakaian ketika berbuat dosa, lalu Allah menjadikan aku telanjang, sedangkan umat Nabi Muhammad berbuat dosa dalam keadaan telanjang, namun Allah tetap memberi mereka pakaian.”
Ketiga, kemuliaan umat Rasulullah yang membuat Nabi Adam merasa heran, “Ketika aku berbuat dosa, Allah memisahkan aku dengan istriku. Sementara umat Nabi Muhammad berbuat dosa, namun Allah tidak memisahkan mereka dengan istri-istri mereka.”
Keempat, kemuliaan umat Rasulullah yang membuat Nabi Adam merasa heran, “Aku berbuat dosa di dalam surga, lalu Allah mengeluarkanku dari surga. Sedangkan umat Nabi Muhammad berbuat dosa di luar surga, namun Allah akan memasukkan mereka ke surga, apabila mereka bertobat.”
Sangat jelas sembilan kemuliaan yang dianugerahkan Allah kepada Rasulullah dan umatnya ini menjadi modal sosial dan spiritual untuk menjadi manusia sempurna, lahir maupun batin. Tak pelak, informasi ini harus disebar ke media konvergensi secara tatap maya dan tatap muka.