Milenianews.com, Mata Akademisi – Epistemologi merupakan salah satu cabang utama filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan, sumber-sumber pengetahuan, serta cara manusia memastikan bahwa pengetahuan yang dimilikinya dapat disebut sebagai kebenaran. Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani, epistēmē yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti studi atau teori. Secara etimologis, epistemologi dapat dipahami sebagai teori pengetahuan.
Cabang filsafat ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar yang sering kali tidak disadari dalam kehidupan sehari-hari, seperti: bagaimana manusia mengetahui sesuatu, dari mana pengetahuan itu berasal, dan mengapa seseorang merasa yakin bahwa apa yang diketahuinya benar. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi fondasi bagi seluruh proses berpikir manusia, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, moral, maupun pengambilan keputusan praktis.
Relevansi Epistemologi di Era Informasi
Di tengah perkembangan zaman yang sarat dengan arus informasi—mulai dari media sosial, pendidikan modern, hingga komunikasi interpersonal—epistemologi menjadi semakin relevan. Pengetahuan tidak lagi diperoleh secara terbatas, melainkan mengalir deras tanpa batas ruang dan waktu. Dalam situasi seperti ini, epistemologi berperan penting dalam membantu manusia berpikir kritis agar tidak menerima informasi secara buta.
Dalam kehidupan sehari-hari, epistemologi hadir melalui cara manusia menilai informasi, membangun kepercayaan, mengambil keputusan, serta memahami pengalaman hidup. Oleh karena itu, pembahasan epistemologi tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga memiliki implikasi nyata dalam kehidupan sosial. Teori pengetahuan bukan sekadar konsep abstrak, melainkan realitas yang terus bekerja dalam setiap langkah manusia.
Rasionalisme dan Empirisme sebagai Sumber Pengetahuan
Dalam sejarah filsafat Barat, René Descartes dikenal sebagai tokoh rasionalisme yang menekankan bahwa akal budi merupakan sumber utama pengetahuan. Melalui metode keraguan sistematis (methodic doubt), Descartes menegaskan bahwa pengetahuan yang benar harus bersandar pada hal-hal yang tidak mungkin diragukan.
Sebaliknya, John Locke dan David Hume mengembangkan pandangan empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan bersumber dari pengalaman inderawi. Manusia dipandang sebagai tabula rasa atau kertas kosong yang kemudian terisi melalui pengalaman hidup. Dari sudut pandang ini, apa yang diketahui manusia merupakan hasil interaksi langsung dengan dunia empiris.
Dari kedua pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia memiliki dua landasan utama dalam memperoleh pengetahuan, yaitu akal (rasionalisme) dan pengalaman (empirisme). Kedua sumber ini tidak saling meniadakan, melainkan saling melengkapi dalam kehidupan sehari-hari.
Epistemologi dalam Menilai Informasi dan Menghindari Hoaks
Di era media sosial, informasi dapat tersebar dengan sangat cepat tanpa proses verifikasi yang memadai. Ketika seseorang memilih untuk memeriksa kebenaran suatu berita sebelum menyebarkannya, sesungguhnya ia sedang melakukan proses epistemologis. Proses tersebut meliputi pencarian bukti, penilaian sumber informasi, serta pengujian koherensi isi berita.
Sikap kritis seperti ini menjadi sangat penting untuk menghindari hoaks dan manipulasi informasi. Setiap keputusan, baik kecil maupun besar, selalu melibatkan proses pengetahuan. Dengan demikian, epistemologi membantu manusia bersikap lebih bertanggung jawab dalam menerima dan menyebarkan informasi.
Epistemologi dalam Pengambilan Keputusan Hidup
Epistemologi juga berperan dalam pengambilan keputusan sehari-hari, seperti memilih jurusan kuliah, menentukan pekerjaan, hingga memutuskan hubungan sosial. Keputusan tersebut tidak diambil secara acak, melainkan didasarkan pada berbagai sumber pengetahuan, baik pengalaman pribadi maupun analisis rasional.
Keputusan yang baik umumnya merupakan hasil perpaduan antara pengalaman dan pertimbangan logis. Epistemologi membantu proses ini menjadi lebih terarah, sehingga keputusan yang diambil tidak hanya berdasarkan emosi atau kebiasaan, tetapi juga pada pertimbangan yang masuk akal.
Baca juga: Qirā’at QS. Al-Ahzab: 33 dan Ruang Karir Perempuan dalam Perspektif Matan Syatibi
Pengetahuan Moral: Pengalaman dan Rasio
Dalam menilai apakah suatu tindakan benar atau salah, manusia sering kali menggunakan pengalaman empiris. Misalnya, seseorang menilai bahwa menyontek adalah tindakan yang salah karena dari pengalaman sosial ia melihat bahwa perbuatan tersebut merugikan orang lain dan berdampak buruk bagi lingkungan akademik. Pengalaman tersebut menjadi dasar bagi pengetahuan moralnya.
Selain itu, penilaian moral juga dilakukan melalui rasio. Dengan akal, seseorang dapat menimbang konsekuensi logis dari suatu tindakan serta menilai apakah tindakan tersebut selaras dengan prinsip-prinsip universal seperti keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab. Jika suatu tindakan tidak dapat dijadikan aturan universal dan menimbulkan ketidakadilan, maka secara rasional tindakan tersebut dinilai salah, meskipun tanpa pengalaman langsung.
Belajar dari Pengalaman sebagai Sumber Pengetahuan
Pengalaman merupakan salah satu sumber pengetahuan yang paling nyata dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, seseorang mengetahui bahwa api itu berbahaya karena pernah merasakan panasnya secara langsung. Pengetahuan tersebut tidak diperoleh dari teori, melainkan dari pengalaman konkret.
Melalui pengalaman, manusia belajar membedakan mana yang aman dan mana yang berbahaya. Meskipun pengalaman terkadang menyakitkan, dari sanalah banyak pengetahuan penting diperoleh. Karena itu, pengalaman menjadi sumber pengetahuan yang kuat dan sering digunakan dalam memahami kehidupan, hubungan sosial, serta cara menghadapi berbagai persoalan.
Epistemologi dan Sikap Kritis di Kehidupan Modern
Dalam kehidupan modern yang semakin kompleks, epistemologi membantu manusia mengembangkan sikap kritis. Bersikap kritis tidak berarti selalu curiga, melainkan mampu membedakan antara fakta dan opini, antara informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan yang tidak memiliki dasar.
Melalui epistemologi, seseorang dilatih untuk tidak langsung mempercayai suatu informasi, tetapi menanyakan asal-usulnya, cara memperolehnya, serta alasan mengapa informasi tersebut dianggap benar. Sikap ini menjadi kunci dalam menghadapi banjir informasi di era digital.
Epistemologi merupakan dasar dari seluruh proses manusia dalam memahami dunia dan membangun pengetahuan. Ia mengkaji bagaimana manusia mengetahui sesuatu, dari mana pengetahuan itu berasal, serta bagaimana membedakan antara kebenaran dan kekeliruan. Dalam kehidupan sehari-hari, epistemologi hadir melalui cara manusia menilai informasi, membangun kepercayaan, mengambil keputusan, dan memahami nilai moral.
Dengan memahami dan menerapkan epistemologi, seseorang dapat menjadi lebih kritis, bijak, dan rasional dalam menjalani kehidupan. Sikap kritis membantu manusia tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang menyesatkan, sementara kebijaksanaan dalam berpikir menjadikan setiap keputusan lebih tepat dan bertanggung jawab, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Penulis: Sasvia Salsabila, Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.












