Biar Nggak Ketinggalan Zaman, Pendidikan Islam Harus Berani Berubah

muhammad abduh dan pendidikan islam

Mata Akademisi, Milenianews.com – Kini pendidikan Islam memasuki era di mana dunia mengalami perkembangan yang pesat di berbagai bidang kehidupan, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, dan budaya. Di tengah arus modernisasi ini, umat Islam menghadapi tantangan besar, yaitu mempertahankan ajaran agama agar tetap relevan dan mampu memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan zaman ini.

Muhammad Abduh (1849–1905) dikenal sebagai salah satu tokoh pembaru Islam yang menekankan pentingnya rasionalitas dalam memahami ajaran agama. Ia memandang bahwa kemunduran umat Islam disebabkan oleh dominasi taklid (penerimaan buta terhadap otoritas masa lalu) dan pembekuan ijtihad dalam pendidikan keagamaan. Dalam karyanya Risālat al-Tawḥīd, Abduh menyatakan bahwa agama Islam sangat menghargai akal dan tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern, bahkan mendukung kemajuan sains dan filsafat.

Baca juga: Mengapa Gagasan Pendidikan Muhammad Abduh Masih Relevan Hari Ini

Menurutnya, pendidikan Islam harus diarahkan untuk membangkitkan kesadaran akal serta membentuk manusia yang berpikir kritis dan bertanggung jawab secara moral dan sosial. Hal ini sangat kontras dengan sistem pendidikan tradisional di zamannya, yang terlalu menekankan hafalan teks tanpa pemahaman mendalam.

Salah satu kontribusi besar Abduh adalah upayanya mereformasi sistem pendidikan al-Azhar, yang selama ini terlalu terpaku pada metode pengajaran klasik. Ia mengusulkan agar kurikulum diperluas dengan memasukkan ilmu-ilmu rasional (al-‘ulūm al-‘aqliyyah) seperti matematika, logika, dan filsafat, yang sebelumnya dianggap asing atau bahkan berbahaya bagi pemahaman keislaman.

Baginya, integrasi antara ilmu agama dan ilmu modern sangat penting untuk menciptakan umat Islam yang mampu bersaing secara intelektual di dunia modern. Dalam konteks ini, Abduh menekankan bahwa pendidikan keagamaan tidak boleh tercerabut dari realitas sosial, politik, dan ilmiah yang terus berkembang.

Pemikiran Abduh sangat relevan dalam menjawab krisis pendidikan keagamaan di era modern, yang sering kali masih didominasi pendekatan skripturalistik dan eksklusif. Di banyak lembaga pendidikan Islam kontemporer, pendidikan keagamaan masih cenderung menekankan dogma dan formalitas ritual, tanpa mengajarkan dimensi etis, historis, dan rasional dari ajaran Islam. Hal ini dapat menghasilkan lulusan yang religius secara simbolik, tetapi kurang peka terhadap isu-isu sosial, lingkungan, dan kemanusiaan. Abduh menawarkan kerangka berpikir yang memungkinkan pendidikan agama menjadi lebih kontekstual, inklusif, dan solutif terhadap problematika umat.

Lebih jauh, Abduh juga menekankan pentingnya reformasi metodologis dalam memahami teks-teks agama. Ia mengusulkan pendekatan interpretatif yang memadukan akal dan wahyu, sehingga penafsiran terhadap teks tidak bersifat stagnan. Dalam konteks tafsir, misalnya, Abduh bersama muridnya, Rasyid Ridha, menyusun Tafsīr al-Manār yang mencerminkan penafsiran yang progresif dan sesuai dengan kondisi zaman. Dalam dunia pendidikan, pendekatan ini bisa diterjemahkan ke dalam pengembangan kurikulum yang menekankan pada pemahaman makna substantif teks agama, bukan sekadar pengulangan literal.

Baca juga: Relevansi Teologi Rasional Muhammad Abduh di Era Modern: Menjawab Tantangan Zaman dengan Ijtihad dan Inklusivitas

Dengan demikian, pemikiran Muhammad Abduh dapat dijadikan inspirasi bagi pembaruan pendidikan keagamaan di era modern. Ia menegaskan bahwa pendidikan Islam harus menjadi sarana pembebasan akal, pemurnian iman, dan pengembangan potensi kemanusiaan secara utuh. Relevansi pemikiran Abduh sangat terasa di tengah tantangan global seperti radikalisme, polarisasi identitas, serta degradasi nilai-nilai etis dalam masyarakat. Pendidikan agama yang diilhami oleh semangat reformis Abduh akan menghasilkan generasi yang tidak hanya taat secara spiritual, tetapi juga mampu menjadi agen perubahan sosial dan intelektual yang berorientasi pada kemajuan dan kemanusiaan.

Dalam konteks Indonesia, pemikiran Abduh telah diterapkan oleh para reformis seperti Ahmad Dahlan dan tetap relevan hingga hari ini dalam melawan paham keagamaan yang ekstrem dan kaku. Dengan menonjolkan nilai-nilai Islam yang moderat, progresif, dan terbuka terhadap transformasi, warisan intelektual Abduh dapat menjadi dasar yang kuat untuk pengembangan pendidikan agama yang tidak hanya cerdas secara spiritual, tetapi juga mampu beradaptasi, kritis, dan memberi dampak nyata bagi kehidupan umat.

Penulis: Nur Izzah, Dosen serta Aisyah Nurul Izzati, Alsyah Akmalia, Nuni Zahrotul Uyun, Yusri Widya Utami, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *