Jangan Panik! Ini Kunci Manajemen Emosi

Jangan Panik! Ini Kunci Manajemen Emosi

Milenianews.com – Setiap orang pasti pernah ketemu masalah dalam hidup. Entah soal keluarga, kerjaan, atau urusan pribadi, semuanya bisa datang tanpa aba-aba. Sayangnya, banyak dari kita justru bingung mengelola perasaan saat masalah muncul. Lewat kanal YouTube Pecinta Dr Aisah Dahlan, Dr Aisah Dahlan membahas teknik manajemen emosi dan pikiran dengan cara yang relevan dan mudah dipahami.

Baca juga: Media Sosial Butuh Akhlak, Bukan Sekadar Kebebasan Bersuara

Secara menarik, kata emosi berasal dari bahasa Latin emovere yang berarti “keluar” dan “bergerak”. Dulu, emosi dianggap sebagai dorongan untuk menjauh. Seiring perkembangan ilmu, para ahli menemukan bahwa manusia memiliki “otak emosi” yang terletak di bagian tengah otak, dikenal sebagai limbic system atau otak mamalia. Di sinilah pusat pengelolaan perasaan kita bekerja.

Kecerdasan emosional bikin hidup lebih seimbang

Karena itu, kecerdasan emosional jadi hal yang penting. Bukan cuma soal mengenali emosi diri sendiri, tapi juga memahami perasaan orang lain. Kemampuan ini berperan besar dalam menjaga kesehatan fisik sekaligus menciptakan komunikasi yang lebih harmonis dalam hubungan sehari-hari.

Dr Aisah juga menjelaskan bahwa emosi punya tingkatan. Nuansa negatif dimulai dari apatis, sedih, hingga takut. Sementara nuansa positif bergerak dari courage, acceptance, peace, sampai ke level tertinggi, enlightenment. Menariknya, ibadah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh bisa membawa seseorang ke level enlightenment. Di tahap ini, imunitas dan produktivitas tubuh ikut meningkat.

Ia kemudian mengungkap rumus sederhana yang disebut sebagai “matematika masalah”, yaitu: Masalah = situasi kondisi + emosi negatif. Banyak orang mengira masalah itu selalu sulit diubah, padahal yang berat biasanya justru emosi negatifnya.

Situasi kondisi atau sikon adalah hal-hal yang memang tidak bisa berubah dengan cepat, seperti karakter anak atau pasangan. Sebaliknya, emosi negatif hanyalah luapan perasaan sesaat dan jauh lebih mudah dikendalikan. Artinya, kunci utamanya adalah mengubah emosi negatif menjadi emosi yang lebih positif.

Dzikir mengangkat level emosi secara cepat

Contohnya, saat suami berbicara sambil fokus ke gadget. Situasi ini sering memancing emosi. Daripada langsung marah, Dr Aisah menyarankan untuk segera beristigfar sebagai bentuk dzikir yang bisa menaikkan level emosi. Dengan begitu, kita bisa lebih cepat sadar bahwa laki-laki memang cenderung menyukai benda, dan sikap tersebut tidak perlu dibesar-besarkan menjadi masalah.

Baca juga: Apa Itu Generasi Sandwich? Kenali Kehidupannya Di Sini!

Untuk itu, ia merekomendasikan teknik rilis atau melepaskan emosi. Bukan dengan menekan perasaan, apalagi meluapkannya secara berlebihan. Caranya adalah menahan emosi negatif, lalu menaikkan level emosi lewat sabar dan dzikir agar hati kembali tenang.

Terakhir, Dr Aisah menekankan pentingnya mengisi pikiran dengan mengaji dan mengkaji ilmu. Menariknya, jantung juga memiliki neuron, bukan hanya otak. Ketika otak dan kalbu sama-sama terisi hal baik, seseorang tidak akan mudah goyah menghadapi tekanan hidup.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *