Milenianews.com – Turki, Selat Bosphorus, dan Istanbul—kali ini saya mengisi daftar hadir di kota ini. Istanbul adalah kota terbesar di Turki, tapi bukan ibukota. Ibukota dan pusat pemerintahan resmi Turki adalah Ankara. Istanbul adalah salah satu kota paling bersejarah dan unik di dunia. Terletak di dua benua sekaligus, Eropa dan Asia, yang dipisahkan oleh Selat Bosphorus. Ini merupakan jalur laut yang menghubungkan Laut Hitam dan Laut Marmara, menjadikan Istanbul sebagai kota dagang dan tujuan kunjungan sejak ribuan tahun lalu.
Di kota Istanbul yang mengagumkan, saya berdiri di hadapan tembok batu besar yang kokoh, seolah berjalan melewati mesin waktu. Temboknya menjulang hingga 12 meter, merupakan dinding berlapis, ada yang berada di luar parit dan ada yang di bagian dalam dengan dinding lebih tebal. Benteng Konstantinopel, benteng raksasa yang begitu mengagumkan, dibangun pada tahun 413 M di era Kekaisaran Bizantium. Tembok raksasa ini bertingkat tiga sepanjang 5,7 km, dari Pantai Marmara hingga daerah Tanduk Emas. Selama lebih dari 1.000 tahun, tembok ini dianggap sebagai pertahanan kota paling tangguh di dunia; perang dan serangan silih berganti, Bizantium dengan tembok kokohnya tetap tak terkalahkan.
Baca juga: Taj Mahal Bukan Sekadar Simbol Cinta, tapi juga Pesona Sejarah yang Memikat
Penaklukan Ottoman: Akhir Bizantium
Hingga tahun 1453, pasukan Ottoman berhasil menembusnya. Sultan Mehmed II, sang penakluk, menyerang Konstantinopel dengan membawa pasukan sebanyak 100.000 orang. Dia menggunakan meriam artileri yang disebut Orban, senjata baru dengan kekuatan luar biasa. Meriam ini ditembakkan terus-menerus selama hampir dua bulan, hingga akhirnya berhasil meruntuhkan Tembok Konstantinopel dan membuka jalan bagi ribuan pasukan masuk ke kota. Runtuhlah mitos tembok raksasa yang bertahan 1.100 tahun. Konstantinopel akhirnya jatuh ke tangan Ottoman, menandai berakhirnya Kekaisaran Bizantium dan awal kejayaan Kesultanan Ottoman. Penaklukan ini mengubah banyak hal di Istanbul, termasuk sosial, ekonomi, dan budaya, jejaknya tetap ada hingga saat ini dan menjadi kajian menarik.
Hagia Sophia adalah gereja Kristen Ortodoks yang dibangun pada tahun 537 M oleh Kaisar Justinianus I. Saat itu, gereja ini adalah yang terbesar di dunia, menjadi pusat Kristen di Timur sekaligus simbol kekuasaan Bizantium. Setelah Konstantinopel dikuasai Ottoman pada 1453, gereja ini diubah menjadi masjid dengan penambahan kaligrafi dan unsur Islam, termasuk mihrab dan mimbar. Tahun 1930, saat Republik Turki berdiri, Hagia Sophia diubah menjadi museum oleh Mustafa Kemal Atatürk, untuk menegaskan identitas Turki sebagai negara modern dan sekuler. Seiring dinamika politik, pada 2020 pemerintah Turki mengembalikan fungsi Hagia Sophia sebagai masjid.
Hagia Sophia kini menjadi masjid, tapi tetap berstatus sebagai warisan dunia UNESCO. Masjid ini terbuka untuk wisatawan, yang bisa beribadah atau menikmati wisata sejarah dan budaya. Wisatawan antar-agama tetap bisa masuk, tanpa dipungut biaya, hanya perlu menutup aurat dan melepas sepatu. Hagia Sophia tetap berdiri sebagai simbol warisan lintas peradaban. Saat dibangun, gereja ini memiliki kubah raksasa berdiameter 31 meter, rekayasa teknik luar biasa di abad keenam. Interiornya dihiasi mozaik emas yang menggambarkan tokoh Kristen seperti Yesus, Maria, dan para santo. Saat ini, unsur Islam seperti kaligrafi besar menghiasi dinding, berdampingan dengan mozaik dari era Bizantium. Jejak Kristen hanya disamarkan dengan pencahayaan khusus.
Pasar terbesar: Grand Bazaar
Istanbul—Hagia Sophia, Grand Bazaar, dan Bosphorus—adalah paket destinasi utama, hampir wajib dikunjungi. Grand Bazaar, atau Kapalıçarşı dalam bahasa Turki, adalah salah satu pasar tertutup terbesar sekaligus tertua di dunia. Terletak di jantung kota, pasar ini sudah ada sejak 1461, segera setelah Konstantinopel dikuasai Ottoman. Awalnya menjadi pusat perdagangan kain dan perhiasan, pasar ini kemudian diperluas dengan lorong-lorong baru, membentuk labirin yang luas. Sejak era Utsmaniyah, Grand Bazaar menjadi pusat ekonomi dan perdagangan penting.
Grand Bazaar memiliki luas 3 hektare, terdiri dari 60 lorong dengan sekitar 4.000 toko. Setiap lorong memiliki spesialisasi barang tertentu, seperti perhiasan perak, kain sutera, lampu hias Turki, keramik, makanan tradisional, dan rempah-rempah. Tata ruang labirin membuat pengunjung merasakan suasana pasar tradisional Turki yang unik. Suasana yang ramai, tawar-menawar yang seru, serta aroma rempah dan kopi Turki menjadi pengalaman yang khas. Saya sendiri lebih banyak melihat dan merekam untuk tulisan, daripada berbelanja.
Di antara labirin toko karpet dan perhiasan, kami menemukan warung makanan tradisional yang menyajikan pide (roti pipih Turki) dan Turkish delight yang ditaburi gula halus. Kami menikmati kopi Turki yang pekat dalam cangkir mungil bergaya Ottoman di bangku kayu sederhana, sambil membiarkan sedikit ampas di dasar gelas, sesuai ciri khas menyeruput kopi Turki.
Di Grand Bazaar, saya mencoba Susurluk Ayranı, minuman tradisional dari Susurluk, sebuah kota kecil di Provinsi Balikesir, Turki Barat. Minuman ini terbuat dari campuran air dingin, yoghurt, dan garam yang dikocok hingga berbuih. Semakin tebal buihnya, semakin lezat. Teksturnya ringan tapi creamy, dengan rasa asam segar dari yoghurt dan asin dari garam, menyegarkan. Biasanya dinikmati bersama roti panggang isi keju dan sosis Turki (sucuk), kombinasi gurih dan segar yang pas.
Suasana Selat Bosphorus yang Indah
Pengalaman wisata Turki yang terkenal adalah tur Selat Bosphorus, jalur yang menghubungkan Laut Hitam dan Laut Marmara sekaligus memisahkan benua Asia dan Eropa. Selat ini sejak lama menjadi jalur perdagangan internasional dan wilayah pertahanan Istanbul. Kami mengikuti tur menggunakan kapal, melihat panorama dua benua sekaligus, masjid bersejarah, jembatan megah, bangunan tinggi, dan vila mewah di tepi selat.
Kami memulai tur dua jam dari Dermaga Eminönü, dekat Pasar Rempah di tepi Golden Horn, lokasi yang sudah digunakan sejak era Bizantium hingga Ottoman. Dalam perjalanan, kami melewati Istana Dolmabahçe, Masjid Ortaköy, mendekati Jembatan Bosphorus, lalu kembali melalui sisi Asia melewati Üsküdar dan Kadıköy. Kami juga melihat Rumeli Hisarı, benteng raksasa Ottoman, vila Ottoman, dan rumah kayu di tepi selat. Kapal menyediakan kursi terbuka, kami bisa mendengarkan panduan audio dalam beberapa bahasa, dan penjual teh berkeliling menawarkan minuman.
Melewati jembatan megah yang membelah dua benua, bangunan baja ini menjadi ikon kota Istanbul, simbol persatuan dua budaya berbeda. Udara siang tidak terlalu panas, perahu ferry lalu-lalang di Selat Bosphorus, membawa cerita anak manusia yang melintas setiap hari. Angin laut segar, deru kendaraan, siluet masjid di kejauhan, menyadarkan bahwa Istanbul adalah kota lintas dunia.
Menikmati Gelata Bridge dan Seabass
Setelah tur, kami menuju Gelata Bridge di atas Golden Horn, teluk alami yang membelah sisi Eropa Istanbul. Jembatan dibangun sejak abad ke-19, dimodernisasi pada 1994, terdiri dari dua tingkat: atas untuk kendaraan, trem, dan pejalan kaki, bawah untuk restoran dan kafe. Kami duduk di salah satu restoran, menikmati aroma ikan panggang, pemandangan Selat Bosphorus, dan gemericik air ferry yang melintas.
Baca juga: Boston, Kota Sejarah yang Menggoda Lidah dengan Lobster Segar
Kuliner Turki, khususnya seafood, identik dengan seabass (levrek). Seabass menyerupai kakap putih, dan dagingnya terasa lebih lembut serta ringan dibandingkan kakap merah yang padat atau kerapu yang kenyal. Turki memproduksi seabass dalam jumlah besar; mereka membudidayakan ikan ini di perairan Mediterania menggunakan keramba apung. Turki mengekspor seabass ke Eropa, Rusia, dan Timur Tengah, kualitasnya setara dengan salmon Norwegia.
Di Gelata Bridge, kami menikmati seabass utuh yang dibumbui koki dengan garam, minyak zaitun, dan perasan lemon. Dagingnya lembut, gurih, terasa pas dengan angin dan suasana siang di Selat Bosphorus. Wisata di Selat Bosphorus sambil menikmati seabass bukan sekadar makan siang, tapi pengalaman budaya dan kuliner Turki yang menyatu dengan denyut nadi Istanbul.
Kontributor: Dr. Ir. Wahyu Saidi, MSc, seorang Entrepreneur, Peminat dan Penikmat Kuliner
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.