Budaya  

Prof. Endang Aminudin Aziz: Membaca Meningkatkan Kesehatan Mental

Irwan Kelana
Prof. Endang Aminudin Aziz, M.A., Ph.D (kanan) (Foto: Istimewa)

Milenianews.com, Bandar Lampung — Prof. Endang Aminudin Aziz, M.A., Ph.D selaku kepala Perpustakaan Nasional RI menegaskan, membaca harus dijadikan sebuah kebutuhan karena akan meningkatkan kesehatan mental. Otak terus diasah untuk selalu mencerna apa yang jadi pesan pada buku.

Hal ia ungkapkaan saat wawancara media pada acara Gebyar Literasi Nasional dengan tema “Bersinergi, Bergerak Bersama, Mewujudkan Lampung Sebagai Provinsi Literasi, Menuju Lampung Maju” di Nuwa Baca Zainal Abidin Pagaralam Dispusip. Jalan ZA Pagaralam Bandar Lampung, Selasa, 29 Juli 2025.

Prof. Amin, panggilan akrabnya,  menyampaikan beberapa hal, mulai dari saran dan harapan bagi generasi muda agar rajin membaca dan menulis, membaca buku fisik atau digital, tantangan digitalisasi serta bagaimana menjadi generasi muda yang literat.

Prof. Amin melanjutkan empat hal yang didapat dengan rajin membaca. Pertama, membaca akan menambah pengetahuan dan membuka jendela dunia. Kedua, akan meningkatkan kesehatan mental karena otak terus diasah untuk selalu mencerana apa yang jadi pesan pada buku itu.

Kemudian, ketiga, meningkatkan sensitifitas sosial karena akan mengetahui dari bacaan terkait dengan situasi-situasi bacaan itu kemudian bisa melihat masyarakat yang ada dilingkungan kita. Keempat, meningkatkan kompetensi artinya terkait dengan karir. Apabila ini semua dilakukan, membaca adalah menentukan nasib kita juga.

“Generasi muda sebagai generasi penerus tentu harus lebih banyak membaca. Bukan hanya asal membaca akan tetapi membaca untuk pemahaman dan belajar menjadi lebih baik. Sehingga masa depan mereka akan jauh lebih baik,” tegas Prof. Amin.

Ia menambahkan, “Tanpa membaca saya yakin generasi muda tidak akan punya apa-apa, tidak punya kemampuan, sensitivitas sosial, dan tidak bisa menapaki karir dengan baik.”

Membaca buku fisik atau digital tergantung keperluannya. “Tetapi bagaimanapun penelitian selama ini menunjukkan bahwa membaca yang langsung dengan buku memberikan hasil yang lebih baik daripada membaca secara digital, tambah Prof. Amin.

Ia mengemukakan, berdasarkan penelitian menunjukkan, membaca digital itu cepat lelah  karena masalah sinar dari gawai, otak dipaksa untuk menatap layar apalagi layarnya kecil akan semakin lelah. “Kemudian, masalah sentuhan dari kertas interaksi dengan batin juga berbeda dan lebih rileks kalu membaca buku yang fisik”, ujar Prof. Amin.

Menulis bagi generasi muda,  menurut Prof. Amin, sebetunya menulis lanjutan dari membaca. Keterampilan menulis akan dibangun setelah membaca. Tidak ada orang yang bisa dan pandai menulis serta kreatif tanpa membaca terlebih dahulu.

Tak hanya sampai di situ, Prof. Amin menambahkan, imaginasi dan kreativitas akan muncul setelah mendapatkan inspirasi dari bacaan-bacaan.  Bacaan ini tidak semuanya tertulis karena bisa saja membaca alam. Masyarakat yang dulu tidak pernah mendapatkan bacaan tetapi mereka bisa menulis karena bisa membaca tanda-tanda alam.

“Bagaimanapun membaca jangan dibatasi pada hal-hal yang sifatnya tertulis semata, informasi tekstual dan non tekstual dari buku juga dari alam,” ucap Prof. Amin.

Prof. Amin memberikan saran dan himbauan terkait tantangan digitalisasi. Tantangan digitalisasi tergantung pada hal apa. Misalnya, digitalisasi bahan-bahan pustaka modern itu lebih mudah karena semua dimulai dari bahan digital soft file yang ingin didigitalisasi dan dialihwahanakan.

“Tetapi ketika berbicara tentang mendigitalisasi naska-naskah kuno, maka persoalannya beda karena naskah kuno itu kondisinya mulai rentan terhadap kerusakan. Saat digitalisasi pasti akan interaksi antara naskah dengan tangan,” imbuh Prof. Amin.

Ketika sobek dan menjadi rusak, itukan tantangan tersendiri. Maka perlu kehati-hatian di dalam mengolah naskah-naskah kuno sangat luar biasa. “Ini Merupakan tantangan tersendiri di dalam proses digitalisasi,’’  imbuh Prof. Amin.

Literasi,  kata Prof. Amin, merupakan dimensi yang sangat luas mulai dari mengenali sampai mengkreasi. Banyak orang yang memilah-milah, ini literasi keuangan atau finansial, literasi hukum, literasi kesehatan dengan substasai masalah kesehatan. Sebenarnya, hanya teksnya saja yang berbeda.

“Bagaimana memahami substansi dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana menilai baik buruknya, itu adalah literasi. Nah ini harus dimiliki oleh generasi muda karena tidak ada bangsa yang maju tanpa pemahaman literasi yang bagus dan literat,” tutup Prof. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *