Milenianews.com, Jakarta– Memperingati 40 tahun berkarya dalam sastra Indonesia, duo kakak beradik penulis Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia menunjukkan bagaimana karya sastra bisa menjadi alat diplomasi budaya dan perjuangan kemanusiaan yang efektif. Ini terungkap dalam acara “Perempuan dan Sastra: Dari Indonesia, ke Palestina dan Dunia” yang digelar di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (25/4/2025). Acara ini merupakan kolaborasi Program Studi Sastra Universitas Negeri Jakarta, Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia, komisariat UNJ dengan Dewan Kesenian Jakarta.
Berbeda dengan kebanyakan acara sastra yang sering kali hanya dihadiri kalangan terbatas, perayaan 40 tahun berkarya Helvy dan Asma justru dipadati tokoh-tokoh penting dari beragam latar belakang—mulai dari pejabat pemerintah seperti Dirjen Diplomasi, Promosi, dan Kerja sama Kebudayaan Kemdikbud Endah Tjahjani; Kepala Badan Bahasa Hafidz Muksin, Kepala Perpustakaan Nasional RI: E.Aminudin Aziz; Kepala Pusat Perbukuan Supriyanto; hingga maestro sastra Indonesia seperti Taufiq Ismail, Putu Wijaya, dan Sutardji Calzoum Bachri. Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya, melalui pesan video, menyampaikan apresiasi atas konsistensi Helvy dan Asma dalam berkarya.
Malam itu Helvy meluncurkan dua buku yaitu: Novel Jangan Lupa Jatuh Cinta! Dan Kumpulan Puisi Jantung yang Berdetak dalam Batu. Sedangkan Asma meluncurkan buku Surat-Surat dari Gaza dan Kepada Perempuan yang Menginginkan Suamiku. Novel terakhir terbit lebih dulu di Malaysia tahun lalu, dan baru pada event tersebut terbit di Indonesia. Peluncuran buku disusul Bincang Sastra bersama Hasan Aspahani, Dr. Miftahulkhairah Anwar, Dr. Venus Khasanah dan kedua kakak adik tersebut.
Baca Juga : Helvy Tiana Rosa Ceritakan Serunya Menulis “Jomblo Fi Sabilillah”
Pembacaan puisi “Palestina Menang” karya Helvy oleh penyair terkemuka Sutardji Calzoum Bachri, yang dijuluki Presiden Penyair Indonesia, membuat penonton terpaku. Ini diikuti oleh monolog “Obrolan di Sebelah Mayat Ibu” yang dibawakan Amna Shahab—pemeran film “Hayya”.
Sutradara Hadrah Daeng Ratu membaca petikan novel “Assalaamu’alaikum Baitullah”. Kemudian, Inara Rusli membawakan petikan “Surat-Surat dari Gaza” karya Asma Nadia yang menghadirkan suasana Gaza yang jauh dari tanah air ke atas panggung.
Asma juga membawakan monolog mengenai anak-anak Palestina, sedangkan Helvy membaca puisi tentang Kemalahayati, diiringi biola yang mengiris kalbu.
Baca Juga : Dibintangi Cut Syifa, Film GAZA [Hayya3] Ditargetkan Tayang Akhir Tahun ini
Helvy dan Asma menunjukkan bagaimana mereka beradaptasi dengan perkembangan teknologi, dengan melakukan alih wahana. Dalam bentuk film layar lebar, karya Helvy dan Asma sudah diadaptasi dalam banyak judul. Yang terakhir berjudul ‘Gaza’ yang juga turut mereka produseri.
“Film Gaza akan tayang 12 Juni 2025, yang 40% keuntungannya akan diperuntukkan bagi Gaza, Palestina. Sisanya insya Allah akan kita buat film-film seperti ini lagi,” ungkap Helvy penuh semangat di tengah riuh tepuk tangan penonton.
Selain film, karya-karya kakak beradik penulis ini juga diadaptasi menjadi musikalisasi puisi yang dibawakan dengan apik. Gradasi Acapella bersama Asma Nadia membawakan lagu “Mengapa Membisu”—soundtrack film Gaza yang akan segera tayang. Lagu ini seolah menjadi seruan bagi siapa saja untuk tidak diam melihat ketidakadilan. Di penghujung acara, penyanyi yang sedang naik daun, Panji Sakti, menyanyikan puisi Helvy “Tanah Airku Puisi” dan “Jangan Lupa Jatuh Cinta!
“We want more…,we want more,” teriak para penonton.
Kedua perempuan penulis ini telah konsisten mengangkat isu Palestina dalam karya-karya mereka sejak 1988—jauh sebelum media sosial dan internet menjadikannya trending topic. Konsistensi ini mendapat pengakuan dalam bentuk penghargaan dari Friends of Palestine yang diserahkan langsung oleh Rayyan Abdallah, perwakilan Palestina di Indonesia. Selain itu, KBM App juga memberikan Anugerah Perempuan Penulis Peradaban kepada keduanya—bukti nyata dampak karya mereka yang melampaui batas negara.
Acara yang didukung oleh berbagai pihak termasuk Bengkel Sastra UNJ, Penerbit Bukunesia, Warna Pictures, Sanubari Palestina, dan beberapa brand ternama ini tidak hanya merayakan prestasi dua perempuan hebat, tetapi juga membuktikan bahwa sastra bisa menjadi jembatan solidaritas global.
Bagi para penggemar karya Helvy dan Asma, jangan lewatkan film Gaza yang akan tayang 12 Juni mendatang—sebuah bukti nyata bagaimana sastra dan film bisa menjadi alat perjuangan untuk kemanusiaan.