Film  

Kemenlu Gelar Muslim Word Movie Screening, Diikuti Film-film dari 16 Negara

Kemenlu RI menggelar  Muslim Word Movie Screening, yang  diikuti oleh film-film  dari 16 negara. (Foto: Dok LSBPI MUI)

Milenianews.com, Jakarta– Kemenlu RI menggelar  Muslim Word Movie Screening. Acara ini diikuti oleh film-film  dari 16 negara, di antaranya: Malaysia, Turki, Yaman, Iran, Mesir, Marokko, dan lain-lain.

Acara ini diselenggarakan untuk memperkuat hubungan dan dialog antarperadaban. Selain itu, diharapkan dapat memperkuat hubungan antarkebudayaan, tidak hanya dalam bidang film tapi juga untuk kebudayaan Islam secara keseluruhan demi persatuan dan perdamaian dunia.

Aktor Deddy Mizwar.

Acara ini dimulai sejak 19 September hingga tgl 21 September 2025. Pembukaan acara diadakan di Djakarta Theater XXI, dengan pemutaran film pendek Pail dari Yaman, dan Not What You Think dari Turki

 Pembukaan Muslim Word Movie Screening dihadiri oleh Wamenlu Anis Matta, duta besar negara sahabat, direktur PFN dan sineas film Indonesia seperti  Deddy Mizwar, Christine Hakim, Neno Warisman dan lain-lain.

Selain di Djakarta Theater XXI, acara ini juga diselenggarakan di beberapa tempat, di antaranya Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Ketua MUI Bidang Seni Budaya dan Peradaban Islam, KH. Dr. Jeje Zainuddin, MA (kanan) dan Wakil Ketua LSBPI MUI. Dr. Erick Yusuf, M.Pd .

Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam Majelis Ulama Indonesia (LSBPI MUI)  ikut mendukung dan menyambut gembira terselenggaranya acara ini. Dengan harapan dapat terselenggara secara konsisten dan berkelanjutan sehingga seni budaya dan peradaban Islam semakin dikenal masyarakat dunia.

Dari LSBPI MUI yang ikut menghadiri pembukaan adalah: KH. Dr. Jeje Zainuddin, MA  selaku Ketua MUI Bidang Seni Budaya Dan Peradaban Islam, Dr. Syaiful Bahri Lc, MA selaku Plt. Ketua LSBPI MUI, dan  Dr. Erick Yusuf, M.Pd  selaku Wakil Ketua LSBPI MUI.

Erick Yusuf mengatakan, event ini adalah awalan yang baik untuk mengenalkan film-film  positif  dari negara-negara  muslim. Tentu pertama kepada sesama muslim, namun tentu setelahnya bisa diseleksi mana yang nantinya bisa “mendunia” atau bisa berbicara lebih dari sekedar di negara-negara  muslim.

“Ini juga sebaiknya dibuat di berbagai negara muslim lainnya agar menjadi pertukaran budaya dan lebih jauh lagi mempererat persaudaraan negara2 muslim sebagai implementasi Ukhuwah islamiyyah,” kata Erick Yusuf.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *