Prodi Ilmu Komunikasi UBM Gelar acara BIGBANG 2022 bertajuk “Digitizing Your Creativity!”

Amazing BIGBANG: "Digitizing Your Creativity!" Sukses Digelar

Milenianews.com, Jakarta – Tanggal 29 September 2022 kemarin, Universitas Bunda Mulia mengadakan kegiatan tahunan bertajuk BIGBANG dengan tema “Digitizing Your Creativity!”. Tahun ini, kegiatan berlangsung secara luring pada Kamis (29/9) di The UBM Grand Auditorium, Universitas Bunda Mulia (UBM), Jakarta Utara.

BIGBANG 2022 “Digitizing Your Creativity!” ini mnghadirkan dua narasumber yang sudah tidak asing lagi. Acara tersebut menghadirkan seorang content creator dengan nama channel BW. alias Boy William dan DR. Prabu Revolusi selaku Chief News Officer MNC dan Media Editor in Chief INewsTV.

Dengan tema yang diusung, UBM berharap jika acara ini bisa menjadi panduan untuk anak-anak muda berpikir dan bertindak kreatif. Dalam acara tersebut, kedua narasumber berbagi pengalaman mereka dalam dunia media, tentang perkembangan media, bagaimana bisa bertahan di media.

Baca Juga : Amazing BIGBANG: Digitizing Your Creativity! Sukses Digelar

Digitizing Your Creativity, Apa Aja Perbedaan Media Tradisional dan Media Digital ?

Menurut Prabu, perbedaan antara media tradisional dan digital, keduanya terletak pada Gate Keeper. Apa itu Gate Keeper dalam media? Gate Keeper atau penjaga Gerbang adalah bagaimana kurasi filterisasi informasi yang masuk dan akan di publish ke masyarakat.

Pada media tradisional dalam hal ini seperti koran, radio, atau televisi biasanya penyaringan informasi yang masuk akan lebih ketat. Media tidak akan menyuguhkan Informasi yang masih mentah kepada masyarakat. Biasanya informasi akan terlihat dari akurasi,  jam penayangan, dan normanya.

Media tradisional akan terlebih dahulu memastikan keakuratan dari informasi yang masuk, ehingga tidak ada kesalahan atau hoaks. Hal itu jelas berbanding terbalik dengan media digital yang sering kali menimbulkan efek domino . Pembaca media digital lebih banyak “massif” , mereka akan menelan mentah-mentah berita yang masuk. Bahkan tak kurang sebelum membaca isi atau baru membaca judul pembaca langsung percaya dan membuat persepsinya sendiri.

Media tradisional lebih jeli mengatur jam penanyangan dari informasi/berita yang akan tayang. Jam penayangan akan di saring sesuai tingkat urgensi tayang atau mana yang hanya untuk sekedar intermezzo. Mereka akan lebih kritis memikirkan mana berita yang akan tayang dan membuat masyarakat menyaksikannya di 24 jam waktu yang mereka miliki. Berbeda dengan Media Digital yang dapat menyebarkan Informasi kapan saja semaunya.

Baca Juga : Nadiem Makarim Akan Genjot Digitalisasi Sekolah

Sobat Milenia yang masih sering menonton berita di televisi atau membaca berita di koran pasti sering melihat gambar “Blur” dalam suatu peristiwa?. Semua itu karena media tradisional masih memegang norma yang berlaku dan juga semua telah terdapat dalam P3SPS yang mengharuskan tersebut. Jika media melanggar aturan tersebut maka Dewan pers pasti akan memberikan sanksi tegas kepada media tersebut. Berbeda dengan media digital yang tidak mengatur semua itu.

Lalu berarti media digital bisa membuat konten bebas dong ? Tidak juga semua media memiliki payung hukum masing-masing. Untuk media pers semua aturan tercantum dalam UU Pers dan dalam pengawasan dewan pers. Sedangkan untuk content semua tercantum dalam UU ITE yang terdapat di KUHP dan hukuman penjara dapat berlaku.

Demokrasi Perlu Jurnalis

Menurut kalian, apakah Demokrasi itu memerlukan Jurnalis ? Dalam penjelasannya, Prabu Revolusi menjabarkan bahwa kehidupan berdemokrasi sangat memerlukan hadirnya Jurnalis. Mengapa demikaian ? Menurutnya, Demokrasi itu sangat berisik, informasi sangat mudah keluar dari mulut orang-orang. Lanjutnya, ia menjelaskan bahwa lebih dari 1000 informasi keluar dari mulut masyarakat namun tidak semuanya adalah Informasi yang akurat. Maka dari itu, Jurnalis hadir untuk mencari pembenarannya. Jurnalis akan mencari mana Informasi yang benar dan mana yang Hoaks, sehingga masyarakat tidak salah dalam menerima Informasi. Bayangkan kalau tidak ada Jurnalis, apa yang akan terjadi.

Perkembangan Media dari Masa ke Masa

1st Jurnalist atau Yellow Jurnalist, generasi pertama jurnalis hadir pada tahun 1920. Mengapa disebut Yellow Jurnalist ? Prabu menjelaskan dengan singkat dan tawa kecil, dia berkata bahwa pada masa itu informasi tercetak pada sebuah kertas yang berwarna kuning.

2nd Mainstream Media , generasi kedua hadir dalam bentuk Televisi, Koran, dan Radio. Media berfungsi sebagai konfirmatif atau mengkonfirmasi tentang kebenaran dari Informasi yang menjadi santapan masyarakat. Masyarakat yang sering mendengar Informasi dari pihak tak terpercaya dapat mengkonfirmasi kebenarannya dengan melihat media.

3rd Citizen Jurnalist , generasi ketiga ini hadir dalam bentuk dunia digital atau sosial media. Informasi terpampang bebas setiap hari setiap saat. Semua masyarakat dapat mengunggah Informasi apapun di sana tanpa memperdulikan kebenarannya.

Baca Juga : Digital Creative Center Hadir Untuk Bangun Siswa Bertalenta Digital

BW BICARA

Content Creator dengan nama Boy William, pemilik channel youtube BW. menjelaskan tentang pengalamannya sebagai content creator. BW juga memberikan masukkan kepada peserta yang ingin menjadi seorang content creator seperti dirinya. BW memberikan pengalamannya dengan membuat 7 pertanyaan untuk dirinya sendiri yang jawabannya dapat menjadi masukkan para peserta. Apa saja 6 pertanyaan itu? Yuk kita simak satu per satu.

  1. Dalam membuat 1 materi/konten biasanya akan ada tugas apa saja didalamnya ?

Dalam penjelasannya, Boy mengatakan bahwa sebagai awalnya seorang content creator harus memiliki ide terlebih dahulu. Itu sangat penting, ide itu sangat penting. Lalu untuk mengeksekusi ide tersebut kita harus memiliki tim, kecuali kalau bisa melakukan sendiri. Rekam sendiri edit sendiri pokoknya kita mengerjakan semuanya sendiri. Tapi alangkah baiknya ada tim editing, video perfink, scripting itu sangat penting. Scripting itu agar penyampaian kepada penonton itu tersampaikan pesannya. BW menjelaskan semua sesuai dengan konten yang dibuatnya.

  1. Apa yang membuat konten Boy berbeda dengan konten lainnya ?

BW menjelaskan kalau tidak semua kontennya itu berbeda , dia menyadari banyak membuat konten yang sama dengan konten yang dibuat orang lain. Sebagai contoh nebengboy yang memang terinspirasi dari konten james corden dari inggris. Dia beranggapan bahwa semua itu sebagai inspirasinya dalam membuat konten. Sama seperti talkshow yang ada di Indonesia , semuanya sama dengan talkshow di luaran sana. Perbedaannya hanya dari tata panggung dan cara pembawa acara membawakan acaranya. Lainnya sama, hostnya bertanya narasumber menjawab. Inpirasi bisa didapat denagan menonton acara-acara di media streaming.

  1. Sebagai seorang Content Creator, ada hal lain gak sih selain kreatif yang harus dimiliki?

Menurut BW hal yang paling penting adalah konsistensi, dengan konsisten BW masih bisa  bertahan sampai saat ini. Dia menjelaskan bahwa konten-kontenya yang terdahulu sempat flop atau hanya sedikit penonton sebelum konten-kontennya saat ini. Dengan penjelasan itu , mematahkan pertanyaan yang sering dia hadapi , “ Boy mah enak udah tau mau bikin konten apa, pasti banyak yang nonton, lah kita kan pemula ”. So jangan takut mencoba ya sobat Milenia.

  1. Bagaimana cara Boy mendapatkan ide-ide kreatid yang out of the box ?

 Boy menjawab pertanyaan tersebut sekaligus memberi masukan kepada peserta yang ingin menjadi Content Creator. Ide bisa didapatkan dengan mencari inspirasi di televisi, media streaming, atau banyak berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda. Ngobrol dengan kalangan atas, kalangan bawah atau siapapun disekitar kita.

  1. Apa yang Boy mau kejar lagi sebagai seorang Content Creator ?

Boy masih memiliki banyak hal dengan menjadi content creator. Dia ingin membuat konten yang dapat mengubah hidup masyarakat yang menonton kontennya. BW juga ingin mengubah media bisnis ini seperti acara di televisi. Bukan hanya BW yang hadir sebagai pengisinya tapi bisa memproduseri.

  1. Boy, bagaimana bisa membuat 1 konten menjadi konten yang trending, caranya gimana?

 3 kata BW menjawab pertanyaan yang begitu panjangnya , I Don’t Know. BW menjelaskan tentang audience retention dalam Youtube. Banyak dari kita berpikiran bahwa yang banyak viewer akan trending. Ternyata tidak benar, terkadang ada yang viewer sedikit menjadi trending. Kok bisa ? Boy menjelaskan dengan pemisalan membuat video durasi 10 menit,  audience nya setidaknya harus menonton 55% atau tidak bisa berhenti di awal. BW menambahkan bahwa seberapa banyak portal berita lain mengangkat konten kita juga membantu konten kita untuk trending. Boy memliki strategi mencari narasumber yang memang sedang viral, dia mengusahakan berbagai cara agar narasumber tersebut hadir di kontennya.

Q & A Peserta Acara

  1. Pertanyaan dari Namrash , Mahasiswa UBM Fakultas Ilmu Komunikasi UBM semester 3 kepada DR. Prabu Revolusi

Q :  Bagaimana agar penikmat media social tidak terbawa Hoaks ?

A :  Hoaks adalah konsekuensi dari dunia digital. Agar Impact-nya berkurang, kita tak mungkin kan mengurangi hoaks soalnya semakin kita hilangkan semakin timbul. Maka yang kita kurangi mungkin impact-nya, dengan melalui literisasi digital. Kita harus menyaring setiap berita yang kita baca, mencari kebenarannya terlebih dahulu sebelum komentar atau membenarkan hal itu. Harus banyak belajar mengenai pengetahuan dalam mengkonsumsi konten digital. Etika digital harus kita pahami sejak dini mengenai dampaknya, konsekuensinya, dan norma yang berlaku. Hoaks berkembang secara hyper individual , efek bandura sering terjadi, apa yang kita luapkan di dunia maya sering terbawa ke dunia nyata.

  1. Pertanyaan dari Dewi , Mahasiswa UBM Fakultas Ilmu Komunikasi UBM semester 5 kepada Bow William

Q : Bagaimana ingin konten kita trending kalau tanpa tim ? bagaimana tanggapan tentang konten negative yang lebih trending dari konten yang positif ?

A : Tim sebenarnya tidak perlu yang terlalu ahli , harus krikeria ini itu, lulusan ini itu, tim bisa berada di dekat kita , yang mengerti soal kita, pemikiran kita, dan sifat kita. Sebenarnya yang harus seorang konten creator pahami adalah membuat konten bukan untuk viral atau trending. Viral atau trending itu bonus, kita bisa membuat sesuai keahlian kita, cari-cari referensi, cari sisi unik dari keahlian kita.

Untuk sobat milenia ketahui, BIGBANG adalah acara tahunan dari S1 dan S2 Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia. Acara ini berangkat dari fenomena komunikasi digital yang tak terhindarkan di era internet 4.0 saat ini. Keberadaan komunikasi digital yang lebih cepat, modern, dan mudah dalam penggunaannya, dalam hal ini makin mendukung manusia yang terus berkreativitas.

Tujuan BIGBANG adalah mengedukasi dan memberikan kesadaran pentingnya optimasi, khususnya saat mengembangkan kreativitas anak muda di ranah digital. Dengan mengangkat topik utama “Digitizing Your Creativity!”, harapannya acara ini bisa menjadi panduan untuk anak-anak muda berpikir dan bertindak kreatif.

(Reporter 5)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *