Petualanganku ke Jepang

Oleh : Emriqurrizal Yahya Nurramadhan

Milenianews.com – Namaku Emriqurrizal Yahya Nurramadhan, panggil saja aku Emriq. Kini aku duduk di kelas XI di SMAN 20 Surabaya. Pada saat aku duduk di bangku SMP, aku terpilih sebagai delegasi pendidikan Kota Surabaya yang mana salah satu tugasku adalah mengikuti program pertukaran pelajar ke Jepang yang dibiayai oleh pemerintah Kota Surabaya. 

 Saat itu aku bersekolah di SMPN 17 Surabaya yang bukan merupakan sekolah favorit di Kota Surabaya, meskipun begitu aku tetap berusaha agar aku mempunyai prestasi yang membanggakan  dengan cara sering mengikuti perlombaan di luar sekolah. Selain itu aku juga mengikuti kursus bahasa Inggris, kursus bermain alat musik yaitu biola serta suka membaca buku yang mana membaca adalah salah satu hobiku.      

Sewaktu aku duduk di kelas VIII tepatnya di bulan Februari guru Bimbingan dan Konseling menawariku untuk mengikuti seleksi Delegesi Pendidikan Kota Surabaya yang mana seluruh SMP Negeri di Surabaya mengirimkan dua siswa/siswi untuk mengikuti seleksi di Pemkot Surabaya dan untuk sekolahku terpilih aku dan ketua OSIS. Pada awalnya aku merasa cukup pesimis mengingat aku akan bersaing dengan siswa/siswi terbaik dari seluruh SMPN di kota Surabaya, namun berkat motivasi dari orang tua dan para guru aku mantab melakukan proses seleksi.

Seleksi tahap pertama di Pemkot Surabaya adalah seleksi administrasi yaitu mengumpulkan berkas-berkas seperti Kartu Pelajar, Kartu Keluarga, Surat Rekomendasi dari sekolah, Piagam penghargaan serta dokumen-dokumen lainnya yang diperlukan. Setelah menunggu dua minggu, keluar pengumuman yang menyatakan bahwa aku lolos seleksi administrasi dan berhak untuk melanjutkan seleksi tahap kedua yaitu Tes Kemampuan Bahasa Inggris (tes tulis) yang diselenggarakan oleh Laboratorium Bahasa Universitas Airlangga dan Tes Potensi Akademik serta diskusi kelompok yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Dan setelah menunggu dua minggu seleksi tahap kedua diumumkan dan aku lolos ke seleksi tahap ketiga.

Seleksi tahap ketiga ini adalah tes wawancara bahasa Inggris dengan dinas kerjasama Pemkot Surabaya, tes wawancara dengan dinas pendidikan dan tes menampilkan bakat dan minat dihadapan dinas kebudayaan dan pariwisata yang mana aku menampilkan Tari Remo.  

Semua tahapan tes sudah aku lakukan semaksimal mungkin, aku merasa lega, yang aku lakukan pada saat itu hanya berdoa meminta kepada Allah SWT agar aku dapat lolos seleksi akhir ini. Setelah menunggu akhirnya hasil tes diumumkan namaku tertera pada daftar pelajar yang lolos seleksi Delegasi Pendidikan Kota Surabaya bersama dengan 15 pelajar lainnya. Kerja kerasku selama ini membuahkan hasil kedua orang tuaku sangat bangga sekali. 

Tiga hari setelah pengumuman itu, aku dan para pelajar yang lolos seleksi dipanggil oleh panitia (dinas kerjasama Pemkot Surabaya) untuk mendapatkan briefing singkat mengenai apa saja yang akan aku dan pelajar lain lakukan. Dari 15 pelajar yang terpilih tersebut 8 pelajar dikirim ke Busan Korea Selatan dan 7 pelajar akan dikirim ke kochi Jepang. Aku mendapat kesempatan untuk pergi ke Jepang bersama beberapa pendamping dari Pemkot Surabaya. Pihak panitia telah mempersiapkan pelatihan bahasa Jepang serta seni tari, seni musik selama dua bulan sebelum keberangkatan kami. Kami dituntut bisa berbahasa Jepang dalam dua bulan sehingga kami dikursuskan bahasa Jepang di Rumah Bahasa milik Pemkot Surabaya. Kami juga dilatih untuk bisa menari tarian kreasi modern yang mencerminkan budaya Indonesia khususnya Kota Surabaya. Oleh karena itu kami dilatih oleh sanggar tari yang sudah bekerja sama dengan Pemkot Surabaya. Kami juga mendapatkan latihan musik sehingga kami melakukan semua itu secara lancar. Seluruh fasilitas itu gratis. Kami tidak mengeluarkan biaya sepeserpun. 

29 September 2019. Hari itu merupakan hari yang sangat spesial bagiku. Bagaimana tidak? Hari itu adalah hari dimana aku akan pergi ke luar negeri untuk pertama kalinya, pukul 20.00 WIB kami berkumpul di bandara untuk menunggu keberangkatan pesawat, kami akhirnya berangkat dengan tujuan pertama kami adalah Changi Airport yang terletak di Singapura untuk transit selama tiga jam. Dilanjutkan dengan penerbangan berdurasi lima jam yang dimulai dari pukul 23.30 waktu Singapura menuju Kansai Airport yang berada di kota Osaka Jepang. 

Lima jam telah berlalu, kini aku telah mendarat di Kota Osaka, aku dan tim pergi ke hotel untuk istirahat serta makan siang. Ketika malam tiba, aku pergi ke daerah superblok Osaka yang terkenal yaitu Dotonbori bersama dengan tim, Aku berbelanja dan bersenang-senang disana, setelah puas bersenang-senang, aku kembali ke hotel untuk beristirahat. Keesokan harinya, aku dan tim  berkeliling lagi di daerah Dotonbori untuk melihat-lihat lebih dalam isi dari kompleks elit tersebut, namun berbanding terbalik pada saat malam hari, Dotonbori pada pagi hari sangatlah sepi. 

Setelah berkeliling dan berfoto, aku dan tim melanjutkan kegiatan dengan mengunjungi kantor Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) Jepang yang terletak di kota Osaka, disini kami berkesempatan berbincang dengan beliau mengenai beberapa topik yang menarik seputar kehidupan masyarakat Jepang, pengalaman unik beliau selama berada di Jepang, dan masih banyak cerita yang lainnya. 

Bersama KJRI

Usai bertemu dengan beliau, aku dan teman-teman melanjutkan perjalanan ke Osaka Castle. Osaka Castle merupakan kastil yang pernah menjadi gedung pemerintahan di kota Osaka pada mas lampau, disini aku berkeliling serta berfoto-foto di sekitar kastil.

Pada hari berikutnya, aku dan tim meninggalkan Kota Osaka untuk pergi ke tujuan utama kami yaitu Kota Kochi, disana kami akan mengunjungi kantor pemerintah dan mengunjungi beberapa sekolah. Setelah kami mendarat di Kota Kochi, aku dan tim dijemput oleh dinas pendidikan Kota Kochi untuk diantar menuju hotel dan berdiskusi tentang acara berikutnya selama berada di Kochi.

Ketika baru tiba di Kochi disambut oleh dinas pendidikan Kota Kochi
Ketika baru tiba di Kochi disambut oleh dinas pendidikan Kota Kochi

Keesokan harinya, aku dan tim bertemu dengan Wakil Wali Kota Kochi. Beliau menyambut kami dengan hangat saat kami memasuki ruang rapat. Lalu kami dijamu dengan secangkir teh hijau. 

Perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi SMP Otsuu, disini kami menampilkan tarian didepan para pelajar SMP tersebut. Rasa bahagia dan bangga kurasakan saat aku dan tim berhasil memamerkan budaya Indonesia ke luar negeri.

Setelah kami menampilkan tarian itu, kami berkumpul bersama para siswa untuk mengobrol dan bermain bersama mereka. Setelah selesai acara di sekolah tersebut, aku dan tim dijemput oleh dinas pendidikan Kota Kochi untuk diantar menuju museum Kochi Castle, museum tersebut berisi barang-barang peninggalan kastil di Kochi, pada kastil tersebut juga terdapat menara yang bisa dipakai untuk melihat kota Kochi dari ketinggian. 

Sepulang dari museum itu, aku dan tim diantar menuju hotel untuk makan malam dan bersiap untuk menampilkan tarian lagi, kali ini aku dan tim akan menampilkan tarian di depan para pejabat dinas pendidikan Kota Kochi. Pada malam itu juga kami akan mulai tinggal di rumah warga lokal yang akan menjadi orang tua asuhku selama beberapa hari. 

Setelah acara tersebut selesai, aku dijemput oleh orang tua asuhku dan diajak kerumahnya. Bapaknya bernama Nori, beliau merupakan seorang guru serta staf dinas pendidikan kota Kochi. Sedangkan istrinya bernama Akiko, seorang ibu rumah tangga. Mereka memiliki dua anak, anak pertama bernama Shuji dan yang kedua bernama Kenji. Tidak butuh waktu yang lama bagiku untuk akrab bersama mereka karena mereka bersikap sangat baik kepadaku. Selain itu, mereka juga lancar berbicara bahasa Inggris jadi aku tidak perlu kesulitan menggunakan bahasa Jepang untuk berbicara dengan mereka. Meskipun hanya dua hari  tinggal dengan mereka, namun banyak pengalaman yang aku dapatkan. Mereka sangat disiplin, bekerja keras, sangat sopan dan sangat menjaga kebersihan.

Keesokan harinya aku diantar Pak Nori ke kantornya untuk berkumpul dengan tim agar kami bisa pergi bersama-sama ke tujuan kami yaitu sekolah di daerah Tosayama. Pada pagi hari, kami menampilkan seni tari dan kami juga membawakan lagu kepada para siswa di sekolah itu, kami juga berkesempatan untuk belajar alat musik tradisional Jepang yang bernama Koto.

Lalu kami berkeliling memasuki kelas-kelas untuk mempresentasikan banyak hal tentang Indonesia. Selain itu kami juga bermain bersama para siswa. Pada sore hari, aku dijemput oleh Pak Nori untuk kembali ke rumah. Pada perjalanan pulang aku diajak Pak Nori untuk membeli es krim serta kembang api. Dan sesampainya dirumah, aku bermain kembang api dan memakan es krim tersebut bersama keluarga Pak Nori sembari mengobrol mengenai banyak hal.

Pada pagi di hari berikutnya, aku diantar Pak Nori ke tempat wisata di Kochi di pegunungan dan pantai, udara disana sangat sejuk. Setelah itu kami langsung menuju kantor pemerintah Kochi untuk menyampaikan pesan dan kesan selama tinggal di Kochi kepada pejabat setempat, kemudian kami menuju Kochi Airport untuk meninggalkan kota Kochi dan kembali ke Osaka untuk melanjutkan perjalanan menuju Indonesia.

Dari pengalamanku ini bisa aku petik hikmah bahwa pintar atau tidak pintar tidak bisa dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan seseorang, jangan pesimis atau merasa tidak punya kesempatan apabila bersekolah disekolah yang tidak favorit. Setiap orang berhak untuk berhasil selama ada peluang, kemauan yang kuat, dan kerja keras.

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *