Catatan Pejuang Literasi

Oleh : Dewi Hariyati Ningsih

Milenianews.com – Kisah ini merupakan the turning point perjuangan saya dalam menggiatkan dunia literasi. Atas karunia Tuhan, saya dapat meraih juara 1 Lomba Menulis Artikel se- Indonesia bertema: “Jika Aku Menjadi Guru” yang diselenggarakan oleh PGMI Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta, 12 Desember 2021.

Ada banyak cerita di balik pencapaian tersebut yang barangkali dapat menginspirasi dan bermanfaat bagi para pembaca. Perjuangan sosok sederhana dari daerah terpencil serta sekolah di pelosok negeri yang diperkenankan Tuhan menorehkan prestasi bersama peserta dari berbagai sekolah terkemuka di Indonesia. Tulisan ini setidaknya menceritakan dua hal utama, yakni pentingnya belajar dari guru penggerak serta rangkaian perjalanan nyata penulis sebagai ‘pegiat’ dan ‘penggiat’ literasi, khususnya literasi baca-tulis.

Belajar dari Guru Penggerak Literasi

Haruslah diingat, ada sosok guru yang beperan penting dalam keberhasilan anak didiknya. Bahkan, Bodhidharma berujar, “Hanya satu di antara seribu orang yang dapat sukses tanpa bantuan guru.” Pun, perjalanan literasi penulis tidak dapat dilepaskan sama sekali dari peran guru. Penulis pribadi mempunyai guru sekaligus motivator dalam kegiatan literasi. Tersebutlah sosok guru, Ahmad Faozan yang senantiasa memotivasi bagi anak didiknya untuk dapat mengukir prestasi. Selain memberi motivasi tanpa henti, ia pun memberikan keteladanan. Teladan inilah yang sebenarnya menjadi inspirasi dan motivasi kuat bagi anak didiknya. Ibarat penjual jamu sehat, penjualpun harus terlihat sehat dan bugar. Bagamana mungkin ia dapat meyakinkan pembeli jika ia sendiri sakit?

Aristoteles, filsuf terkemuka, menggariskan tiga hal penting untuk menggerakkan orang lain, yakni ethos (karakter/ keteladanan), pathos (ikatan emosional), dan logos (logis/masuk akal). Dari segi ethos, ingin saya ulas track record beliau dalam menggiatkan literasi karena menjadi bagian penting yang sangat berpengaruh bagi pribadi saya untuk kemudian terjun di dunia literasi. Saya sempat membaca catatan beliau di Hipwee, di awal pandemi, berangkat dari semangat untuk mengangkat literasi beliau mulai menulis, bersama para penggiat literasi, “Guru Profesional di Era Revolusi Edukasi 4.0” (Guneman, Bandung: 2020). Beliau mempresentasikan tulisan pada berbagai forum internasional, di antaranya, International Conference on Language, Linguistic, Literature & Education, Universitas Teknokrat Indonesia, Bandar Lampung (2021), 3rd International Conference on Education and Science, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta (2021). Beliau mendapatkan Best Paper Awards pada The 2nd AICONICS (Adab-International Conference on Information and Cultural Sciences); Globalization & Humanities: Yogyakarta, 22 Oktober 2020. Beliau terpilih pula sebagai “20 Pemuda Penulis Perdamaian di Tengah Pandemi” oleh Duta Damai Jawa Tengah-Metafora Pustaka (2021). Di penghujung tahun 2021, beliau mendapat juara 1 Lomba Cipta Karya (Esai: “Hari Guru”) yang diselenggarakan oleh Brilliant Music School – Jakarta, 26 Desember 2021. Nah, pengalaman beliau itulah yang membuat saya terinspirasi serta semangat untuk turut serta menggiatkan literasi.

Sementara dari sisi pathos, Ahmad Faozan—kami biasa menyebutnya Cak Izan—sempat menceritakan bahwa beliau menerapkan pendekatan humanistik, yakni aktualisasi diri (Abraham Maslow: self-actualization) yang menurut keterangan beliau adalah bagaimana anak didiknya dapat memaksimalkan potensi kemanusiaannya sesuai bakat dan minatnya untuk dieksplor melalui pembelajaran berbasis pengalaman (Carl Rogers: experiential learning) serta berorientasi pada keterampilan hidup (life-skill oriented). Beliau kemudian menggagas “Sekolah Literasi”. Bersama Co- founder, Bapak Lutfi Mahbobil Umam (Cak Ufi), dengan dukungan pimpinan sekolah, didirikan Intellectual Student Community (ISCO) untuk mewadahi para siswa mengaktualisasikan potensi. Di sinilah kami di motivasi serta dibimbing secara khusus dan intens hingga kami belajar secara langsung tentang literasi, utamanya dalam hal baca-tulis.

Dari segi logos, beliau senantiasa menanamkan mindset pemenang dalam kehidupan. Literasi, katanya, adalah bekal yang paling dibutuhkan di era kini. Literasi mengangkat taraf hidup masyarakat karena mampu mendobrak kebodohan dan keterbelakangan. Masa pandemi, menurut beliau, justru kesempatan emas untuk mengasah potensi dan melejitkan prestasi dalam literasi secara nasional maupun internasional. “Tidak ada yang tidak mungkin, asal kita mau berusaha, siapapun kita dan dari manapun kita berasal. Jika orang-orang mengatakan tidak mungkin. Ya, bagi mereka tidak mungkin, tetapi mungkin bagi dirimu! Karena Allah Maha Kuasa!” Ucapnya. Kata-kata inilah yang semakin memantapkan diri saya menjadi ‘penulis’, menyelami dunia literasi keberaksaraan.

Hal yang dapat diambil di sini adalah pentingnya motivasi dan keteladanan. Semangat dan teladan guru sangat mempengaruhi peserta didiknya dan itulah yang saya pribadi, sebagai siswi, rasakan dan alami. Dalam hal literasi, guru memberikan semangat dan teladan dalam menggiatkan literasi sementara murid harus giat untuk mengaktualisasikan potensi terbaiknya. Di tengah tergerusnya nilai kesopanan dewasa ini, saya masih memegang adat ketimuran tentang asas kepatuhan dan hormat terhadap guru. Saya meyakini bahwa menghormati dan mematuhi guru pada hal yang baik merupakan kunci untuk meraih kesuksesan.

Impian dan Komitmen

Manusia seharusnya mempunyai impian besar dalam hidupnya. Tujuan hidup adalah hal niscaya. Gambaran sederhananya, bagaimana mungkin kita berlayar di samudera yang luas tanpa arah yang jelas? Untuk itu, cita-cita, visi, serta orientasi hidup yang jelas adalah penting untuk mewujudkan menjadikan kehidupan yang bermakna. Buya Hamka pernah berkata, “Kalau hidup hanya sekedar hidup, babi hutan pun hidup. Kalau kerja hanya sekedar bekerja, kera di hutan pun bekerja.” Saya selalu mengingat pesan Baginda Nabi, “Sebaik-baik manusia adalah yang memberi kebermanfaatan bagi sesama.” Pun, pesan motivator Indonesia, Merry Riana, “Hidup adalah tanggung jawab dari Tuhan atas talenta dan potensi yang harus digunakan untuk kebaikan”. Dengan demikian, yang terpenting adalah bagaimana kita memperjuangkan kehidupan yang lebih bermakna untuk berkontribusi bagi sesama.

Dalam hal literasi, penulis sendiri mempunyai impian untuk meningkatkan literasi di Indonesia yang kritis. The World’s Most Literate Nations menyebut Indonesia darurat literasi. Peringkatnya sangat rendah di dunia, yakni 62 dari 70 negara. Hal ini diakui sejak awal oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim (Media Indonesia, 3/12/2019). Inilah yang membuat penulis ingin turut berkiprah dalam menggalakkan peningkatan literasi bangsa.

Setelah impian dan tujuan yang jelas, yang penting pula adalah membangun komitmen atau konsistensi. Benjamin Disraeli mengatakan, “The secret of success is constancy of purpose”. Kunci sukses adalah konsisten terhadap tujuan. Tidak ada hal baik yang diciptakan dari kebiasaan yang buruk. B.J. Habibie pernah mengatakan bahwa tidak ada gunanya IQ tinggi jika seseorang malas dan tidak memiliki disiplin. Sukses milik mereka yang mau berkorban untuk masa depan yang lebih cerah. Saya ingat pula pesan Bunda Fuzna Marzuqoh, seorang motivator Indonesia, jika kita benar, maka tidak perlu ragu untuk melangkah dengan tegar, tidak menghiraukan cibiran orang-orang, hingga cibiran itu pun akhirnya berubah menjadi tepuk tangan. Kita perlu belajar pada ulat yang demikian tekun bermetamorfosis hingga berhasil merubah diri menjadi kupu-kupu yang indah dan menawan.

Perjuangan Meraih Prestasi Literasi

Awalnya saya ragu, namun kemudian saya bulatkan tekat serta keyakinan bahwa saya harus berani memulai. Sebab, perjalanan ribuan kilo meter pun tentu dimulai dari satu langkah kecil. Barangkali sesuatu itu terasa sulit hanya karena belum dimulai. Karenanya, kita mesti berani memulai. Sutan Sjahrir pernah berujar, “Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan”.

Ibarat belajar berenang, tak ada cara lain kecuali menceburkan diri ke kolam. Setelah membekali diri dengan teori kepenulisan, saya beranikan diri untuk mengikuti lomba tingkat nasional yang diadakan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, bekerja sama dengan Gramedia, 30 Oktober 2021 (tema: “Adaptasi Orang Muda di Era Pandemi”) yang diikuti 176 peserta sekolah di Indonesia. Alhasil, saya masih mendapat Harapan I di lomba pertama ini. Cak Izan, sebagai motivator literasi, berkata, “Ini awal yang baik. Jangan menyerah! Teruslah berusaha dan berdo’a! Tetaplah bersyukur dan berprasangka baik kepada Tuhan! Optimislah dan yakinlah Tuhan akan memberikan anugerah yang lebih besar lagi!”

Saya pun bersemangat untuk berusaha lagi sembari mengevaluasi diri bahwa mungkin usaha saya masih belum seberapa. Saya jadi ingat kutipan Albert Einstein, “Insanity is doing the same thing over and over again and expecting different results.” Bagaimana kita berharap mendapatkan hal yang luar biasa sedangkan kita belum melakukan hal yang luar biasa? Maka saya pun berusaha lebih giat lagi dalam belajar. 28 November 2021, ada lomba esai nasional tingkat SMA/MA/SMK sederajat: Bismaa 1st Essay Competition bertema: “Relevansi Sikap Siswa dalam Menghadapi Era Society 5.0.” Saya pun tak melewatkan kesempatan ini. Hasilnya, kali ini saya dapat meraih juara II.

Ini menambah semangat serta kepercayaan diri saya untuk terus mengasah potensi demi mendulang berprestasi. 22 November-12 Desember 2021, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta menyelenggarakan PGMI Competition: Lomba Menulis Artikel se-Indonesia (Tema: “Jika Aku Menjadi Guru”). Kali ini, saya lebih bersungguh-sungguh lagi. Saya mempersiapkan diri jauh sebelum deadline dengan harapan hasilnya menjadi maksimal. Syukur atas karunia-Nya, saya berhasil meraih juara I dalam championship tersebut.

Dari capaian demi capaian yang relatif singkat tersebut (lebih kurang 3 bulan), yang saya pelajari adalah pentingnya impian, keyakinan, kesabaran, kedisiplinan serta kesungguhan. Di samping itu, dorongan dan arahan guru, do’a orang tua serta circle orang-orang yang baik sangat mendukung. Segala ikhtiar tentu harus dibarengi pula dengan do’a. Saya percaya semua hal ini mempercepat kita meraih kesuksesan.

Yang membuat saya bersyukur pula bahwa ternyata pengalaman kejuaraan tersebut menginspirasi banyak remaja untuk semangat pula belajar, berkarya serta berlomba-lomba dalam kebaikan. Saya bersyukur dapat menjadi ‘pegiat’ (pegiat) sekaligus ‘penggiat’ (pendorong) literasi. Ini hanyalah awal, esok haruslah lebih baik lagi. Saya tidak akan berhenti untuk terus berjuang. A quitter never wins and a winner never quits (Napoleon Hill). Pemenang tidak pernah berhenti dan yang berhenti tidak akan pernah menang. Jangan pernah berhenti mencoba dan jangan pernah mencoba untuk berhenti!

Jalan panjang masih membentang! Saya akan terus berjuang menjadi penggerak perubahan, berdedikasi dalam menggalakkan literasi sebagai tanggung jawab moral (moral responsibilty) untuk membangun masa depan Indonesia yang cerah, sejahtera, maju dan bermartabat.

Respon (43)

      1. Subhanallah..luar biasa saya takjub dengan tulisan adik Dewi yang sangat inspirtif..semoga banyak melahirkan penulis-penulis muda yang sangat handal dan literat aamiin..

  1. Alhamdulillah, lanjutkan perjuangan!!! Never give up on your dreams!!!

    Semoga Allah memberikan keberkahan & kemudahan atas setiap perjuangan!!!

    1. Cak Izan, Guru dan Motivator Literasiku…!!

      Much appreciated!!! Semoga Allah meridhai semangat dan perjuangan serta senantiasa istiqamah dalam kebaikan!

      Kita terus berjuang untuk meningkatkan literasi anak bangsa!!!

  2. Masyallah tulisan nya menginspirasi bangett, bagus bangeett, semangat, dan sukses selalu, semoga Allah SWT memberi kemudah dan kelancara yaa, amiinn, salam dari Lampung

    1. Masya Allaaah, terima kasih, Mbak…

      Jauh banget dari Lampung!!

      Terima kasih banget atas semangatnya, & terutama atas do’anya yg luar biasa ….
      Semoga kita sukses dunia & akhirat, Aamiin ..

      Salam dari Bumi Pamekasan!

  3. MasyaAllah… Proud of you dear….!!!!
    tetap semangat dan berfikir positif apapun yang terjadi. jadilah yang terbaik dari yang terbaik. salam dari surabaya

    1. Thank you, Mbak Yu ….
      Terima kasih atas semangat positifnya. Masya Allah, luar biasa!
      Mohon do’anya semoga Allah memberikan keberhasilan…

      Salam dari Bumi Pamekasan

    1. Terima kasih, terima kasih, semoga Allah izinkan untuk menginspirasi & menebar kebaikan sebanyak mungkin …
      Semoga Allah memberikan kesuksesan. Aamiin…

  4. Wow… It’s awesome. Please make your family, friends, county proud of you to be the next winner of internasional writing contest

    1. Thank you so much, Ms. Herlina Faizah!

      Masha Allah, that’s a wonderful motivation. Might Allah bless our efforts grant us success!!

      Stay blessed!!! Thank you sooo much!!! 🙂

    1. Terima kasih Mbak Yulia.
      Atas dukungannya, mohon do’anya …
      Salam kenal, Mbak.

      Salam Silaturrahim dari Bumi Pamekasan

  5. Terus semangat anakku, saya tau perjuanganmu dan tidak mudah untuk bisa sampai pada titik ini dan sering saya katakan kepada kalian bahwa orang hebat dan besar itu tidak lahir dari tempat yang besar akan tetapi dari tempat yang kecil. Dan yang paling penting harus terus Yaqin dan usaha Insyaallah Sampai. Bravo Dewi Hariati Ningsih

    1. Terima kasih atas motivasinya selama ini, Pak.
      Mohon do’a selalu semoga Allah memberi kesuksesan … !!

      Knowledge is Power! (Motto ISCO)
      Salam Sukses! 🙂

    1. Terima kasih.
      Mohon do’anya semoga istiqomah dlm kebaikan…
      Semoga Allah memberi kebaikan pada Bapak di mana pun berada.

      Salam Hormat dari Pamekasan

  6. Keep going, guyssss!!!!!

    Your efforts will be rewarded, in sha Allah!!!

    For the grace of God!!

  7. INDONESIA SAAANGAT BUTUH LITERASI!!!

    Luaarrrrrrrrrr biasaaaaaaa pengalaman kalian!!!
    Lots of love!!

  8. INDONESIA MEMANG DARURAT LITERASI!!!

    Salut!
    Luaarrrrrrrrrr biasaaaaaaa pengalaman kalian!!!
    Lots of love!!

  9. Mumtaaz….
    Mumtaz…
    Jayyid lil ghaayah!!!

    Mubaarak lakum …!!

    Allahumma Sholli ‘ala Muhammad

  10. Baarakalaah fiikum ….
    Hazhzhan sa’iidan!!
    ‘alaikumun najaah, in sya Allaah …!!
    Allahumma shalli ‘alaa Muhammad!!!

  11. Awesome story!!!
    Ayo, kita galakkan terus dunia literasi!!!!
    TINGKATKAN LITERASI!!

    Stay blessed!!!

  12. Pejuang literasi sejati!!
    Teruslah menggiatkan gerakan literasi! berbuat untuk negeri!!!

    Salam Perjuangan!!!

  13. Subhanallah sangat menginspirasi. Semoga literasi di bangsa ini akan terus meningkat ya, aamiin🙏

  14. Subhanallah..luar biasa saya takjub dengan tulisan adik Dewi yang sangat inspirtif..semoga banyak melahirkan penulis-penulis muda yang sangat handal dan literat aamiin..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *