Milenianews.com, Jakarta– Dalam acara Sawala “Kurikulum Anti Ribet Sesi 5” yang digelar oleh Indonesia Bermutu (IB) secara daring pada hari Jumat (6/9/2024), para pakar pendidikan, guru, kepala sekolah, dan pengawas sepakat bahwa asesmen pembelajaran harus berpusat pada peserta didik. Acara yang mengangkat tema “Peran Guru dalam Mewujudkan Asesmen Efektif dan Bermakna” ini menghasilkan sejumlah poin penting terkait pelaksanaan asesmen di sekolah.
Salah satu poin utama yang ditekankan adalah pentingnya mengubah paradigma asesmen dari sekadar penilaian menjadi alat untuk memantau perkembangan peserta didik dan memperbaiki proses pembelajaran.
“Asesmen harus digunakan untuk pengembangan pembelajaran, bukan hanya untuk mengontrol,” tegas Yogi Anggraena selaku Plt. Kepala Puskurjar dalam rilis yang diterima Milenianews.com.
Baca Juga : Indonesia Bermutu Dorong Sekolah Berkualitas dengan Kurikulum Anti Ribet
Sawala sesi 5 menampilkan beberapa panelis pemecah masalah. Yaitu, Yogi Anggraena (Plt. Kepala Puskurjar), Siti Kamilah (Guru SMPN 3 Putik Kab. Anambas Kepri), Fatkhurrakhman (Kepala SMP Islam Al Azhar 15 Cilacap, Jateng), Cece Sutia (Pengawas Sekolah Jabar), Sukiman (Guru SMAN 1 Bekasi), Yudi Lahar (Wakasek Kurikulum SMAIT Raudhatul Jannah), dan Yulyadi (Pengawas Kabupaten Lebak, Banten).
Peserta diskusi juga menyoroti pentingnya fleksibilitas dalam pelaksanaan asesmen. Guru dan sekolah diberikan kebebasan untuk memilih instrumen dan metode asesmen yang paling sesuai dengan karakteristik peserta didik dan tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang memberikan otonomi kepada satuan pendidikan.
Tantangan dan Solusi
Meskipun terdapat kesepakatan mengenai pentingnya asesmen yang berpusat pada peserta didik, para peserta diskusi juga mengakui adanya sejumlah tantangan. Salah satunya adalah masih adanya resistensi dari sebagian guru dan orang tua yang terbiasa dengan sistem penilaian tradisional. Selain itu, kurangnya pemahaman yang mendalam tentang konsep asesmen yang efektif juga menjadi kendala.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, para peserta diskusi menyarankan beberapa solusi, antara lain:
- Peningkatan kapasitas guru: Melalui pelatihan dan pendampingan, guru perlu diberikan pemahaman yang lebih baik tentang konsep asesmen yang efektif dan bagaimana menerapkannya dalam pembelajaran.
- Komunikasi yang efektif dengan orang tua: Sekolah perlu melibatkan orang tua dalam proses asesmen dan menjelaskan pentingnya asesmen yang berpusat pada perkembangan peserta didik.
- Pengembangan budaya sekolah yang positif: Sekolah perlu menciptakan budaya belajar yang mendukung inovasi dan fleksibilitas dalam pelaksanaan asesmen.
Kesimpulan
Acara Sawala-IB sesi 5 telah memberikan gambaran yang komprehensif tentang pentingnya asesmen yang efektif dan bermakna dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Para peserta diskusi sepakat bahwa dengan mengubah paradigma dan memberikan fleksibilitas kepada guru, asesmen dapat menjadi alat yang ampuh untuk mencapai tujuan pembelajaran dan membantu peserta didik mencapai potensi terbaiknya.
Baca Juga : Indonesia Bermutu Memberi Solusi
Menutup kegiatan Sawala, Zulfikri Anas, pendiri IB, menegaskan bahwa asesmen bukan untuk menjustifikasi anak, asesmen bertujuan untuk mengetahui kebutuhan belajar anak. Oleh karena itu, ia mengharapkan supaya kegiatan belajar bersama di kombel-kombel yang ada hendaknya membaca dan memahami benar standar penilaian, standar proses, dan permendikbud terkait.
“Baca, pahami, dan diskusikan bersama, lalu memahami bersama-sama dan melakukan asesmen dengan aturan itu. Semoga ke depan forum-forum seperti Sawala ini bisa menjadi pijakan buat kita untuk mengambil langkah terbaik untuk anak-anak kita,” pungkasnya.