Milenianews.com, Jakarta – Presiden Kolombia, Gustavo Petro, mengumumkan rencana untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai respons terhadap perang di Jalur Gaza. Pengumuman ini terjadi di tengah kekhawatiran serius dari para advokat hak asasi manusia dan ahli lainnya yang menyatakan bahwa tindakan Israel bisa berujung pada genosida.
Melansir dari AlJazeera, dalam pidatonya di hadapan kerumunan yang memperingati Hari Buruh Internasional di Bogota, Petro menegaskan bahwa negara-negara tidak boleh berdiam diri menghadapi krisis kemanusiaan yang tengah terjadi di Gaza. Keputusan ini mencerminkan sikap tegas pemerintah Kolombia terhadap pelanggaran hak asasi manusia dimanapun.
Baca juga: Google Pecat Karyawannya karena Tak Setuju Ada Kerja Sama dengan Israel
Sebagai seorang pemimpin kiri yang terpilih pada tahun 2022, Petro dianggap sebagai bagian dari gelombang progresif yang dikenal sebagai ‘gelombang merah jambu’ di Amerika Latin. Sejak dimulainya konflik di Gaza, dia telah menjadi salah satu kritikus paling vokal terhadap Israel di kawasan ini.
Pada bulan Oktober, Petro menuduh Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menggunakan bahasa yang meremehkan terhadap warga Palestina. Israel kemudian mengumumkan penghentian ekspor keamanan ke Kolombia sebagai respons terhadap tuduhan tersebut. Kritik terhadap Israel semakin intens setelah Petro menuduh negara itu melakukan genosida di Gaza.
Kolombia nilai Israel sudah mirip Nazi terhadap apa yang dilakukan di Gaza
Petro juga menanggapi tindakan Israel yang menembaki terhadap warga Palestina yang berdesakan untuk mendapatkan bantuan makanan di Gaza pada bulan Februari. Dia menyatakan bahwa tindakan tersebut mengingatkan pada Holocaust, menyoroti kekejaman yang terjadi di wilayah tersebut.
Komentar Petro ini muncul di tengah kekhawatiran yang semakin meningkat tentang kemungkinan serangan darat Israel ke kota selatan Rafah di Gaza. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, menggambarkan serangan semacam itu sebagai eskalasi yang tidak tertahankan.
Lebih dari 34.500 warga Palestina telah tewas dalam serangan militer Israel di Gaza hingga saat ini. Enklaf yang terkepung ini juga menghadapi krisis kemanusiaan yang berkelanjutan, dengan para ahli memperingatkan tentang bahaya kelaparan.
Baca juga: Demonstran pro-Palestina Ambil Alih Gedung Universitas Columbia AS
Sementara itu, pada awal April, pemerintah Kolombia meminta untuk bergabung dalam kasus yang diajukan di Pengadilan Internasional tentang dugaan genosida yang dilakukan oleh Israel. Kolombia menegaskan bahwa tujuan utamanya adalah untuk melindungi secepat mungkin warga Palestina di Gaza, terutama mereka yang paling rentan seperti perempuan, anak-anak, orang dengan disabilitas, dan lansia.
Meskipun belum ada tanggapan langsung dari pemerintah Israel terkait rencana Kolombia untuk memutuskan hubungan diplomatik, keputusan ini menunjukkan keseriusan Kolombia dalam menegakkan prinsip-prinsip hak asasi manusia dan keadilan di tingkat internasional.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.