Mitigasi Risiko Kerusakan pada Air Conditioner

Milenianews.com, Mata Akademisi– Beberapa pekan terakhir, sebagian wilayah Indonesia mengalami fenomena suhu panas yang sangat terik. Suhu udara panas yang disebabkan oleh meningkatnya polusi udara, penebangan hutan secara liar, dan menipisnya lapisan ozon bisa kita rasakan saat ini. Fenomena suhu panas terik yang menyebabkan masyarakat Indonesia membutuhkan pendingin ruangan. Air Conditioner (AC) menjadi salah satu solusi yang banyak diminati masyarakat, terutama yang tinggal di daerah perkotaan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2017 oleh Badan Pusat Statistik menunjukan 7,98% rumah tangga di Indonesia memiliki AC di tempat tinggalnya. Pemilik AC terbanyak berada di DKI Jakarta dengan 30,8% rumah tangga memiliki AC.

AC diminati oleh masyarakat perkotaan. AC membutuhkan energi listrik yang tidak sedikit. Karena membutuhkan energi listrik yang besar, terkadang dapat menyebabkan korsleting pada listrik. Pemakaian secara terus-menerus dapat menyebabkan AC menjadi cepat rusak, tentunya akan mengeluarkan lebih banyak biaya untuk memperbaikinya. AC yang akan rusak biasanya ditandai dengan air yang menetes dari indoor AC  dan AC  yang tidak memberikan udara dingin.

Salah satu penyebab AC  menjadi cepat rusak yaitu pipa saluran pembuangan air tersumbat. Hal ini disebabkan  pada saat pemasangan indoor AC  dan pipa pembuangan air tidak miring menyesuaikan aliran pembuangan air. Air buangan AC harus mengalir dengan lancar dari indoor AC  hingga air tersebut terbuang. Pada dasarnya air akan mengalir ke  arah yang lebih rendah. Air pembuangan yang tersumbat ini menyebabkan air menetes ke  bawah dari indoor AC. Hal seperti ini membuat pengguna AC merasa risih karena ruangannya menjadi basah oleh tetesan air tersebut.

Air yang menetes pada indoor AC  juga bisa disebabkan oleh kurangnya gas freon pada AC. Ketika gas freon kurang dari yang semsestinya, maka pipa saluran gas freon akan mengeluarlan es pada sekitar pipa tersebut, lambat laun es tersebut akan mencair dan menetes pada ruangan ber AC  tersebut. Penyebab kurangnya freon, biasanya terjadi karena saluran gas freon yang bocor. Bisa jadi bocor pada pipa saluran gas freon atau bisa juga bocor pada outdoor AC. Saat gas freon bocor dan menguap keudara, gas freon dapat merusak lapisan ozon.

Saat ini pembelian AC  dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, bisa dengan membeli langsung di toko, bisa beli di mall, bahkan bisa juga dengan via online melalui media sosial atau marketplace. AC yang dibeli juga bisa memilih AC  yang baru atau AC  second. Jika membeli AC  baru pastikan kertas garansi telah disimpan di  tempat yang aman. Meskipun membeli AC  dengan kualitas yang bagus, tidak menjadi jaminan AC  tidak rusak dalam waktu dekat. Garansi pada AC  biasanya berlaku selama 1 tahun setelah pembelian.

Mitigasi

Mitigasi kerusakan pada AC  dapat dilakukan sejak tahap memilih AC. Ruangan kecil bisa memilih AC  ukuran ½ pk, ruangan sedang dengan ac ¾ pk atau 1 pk. Ruangan cukup besar bisa memilih AC  2 pk. Ketika memilih AC  harus diseuaikan dengan ukuran ruangan yang ingin dipasangi  AC, suapaya AC  dapat mendinginkan ruangan sesuai dengan suhu udara yang ditargetkan. Saat memilih AC  juga pertimbangkan dengan daya listrik di rumah atau di kantor. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya korslet yang dapat menyebabkan kebakaran.

Dalam hal pemasangan AC, serahkan pada teknisi yang profesional. Ketika AC dipasang,  pastikan pipa saluran buangan air sedikit miring ke arah pembuangan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya penyumbatan pada saluran  buangan air yang menyebabkan air menetes pada AC  bagian indoor. Penyumbatan biasanya terjadi karena saluran air yang tidak miring ke arah buangan dan tumbuhnya lumut pada saluran buangan air. Air yang menumpuk dalam waktu lama sehingga tumbuh lumut pada saluran buangan air. Lumut biasa tumbuh di bagian dalam belokan pada pipa saluran buangan air. Ketika lumut sudah menutupi pipa, maka air yang seharusnya terbuang malah kembali ke AC  bagian dalam sehingga air menetes pada AC  di  dalam ruangan. Dalam pemilihan pipa saluran pembuangan, disarankan untuk menggunakan pipa paralon atau pipa listrik yang dapat mengalirkan air dengan lancar, dan tidak menggunakan selang yang memiliki rongga pada salurannya sehingga membuat air sedikit terhambat.

Air menetes juga bisa disebabkan oleh kurangnya gas freon. Ketika gas freon kurang dari yang semestinya, pipa pada saluran gas freon akan mengeluarkan embun seperti es yang kemudian mencair dan menetes pada pipa saluran gas freon AC  bagian dalam ruangan. Gas freon yang kurang dari semestinya atau bahkan sampai habis menyebabkan AC  menjadi tidak dingin sama sekali. Karena pada dasarnya cara kerja AC  adalah menyerap udara dari dalam ruangan kemudian udara dingin dikeluarkan pada indoor AC  dan udara panas dibuang melalui saruran pipa gas freon pada outdoor AC. Gas freon berkurang biasanya karena ada kebocoran pada saluran gas freon, bissa bocor pada pipa freon, bisa juga bocor pada saluran gas freon dibagian outdoor AC.

Mitigasi kebocoran pada saluran gas freon dapat dilakukan sejak pemilihan pipa gas freon pada AC. Ada dua jenis bahan pipa saluran gas freon, alumunium dan tembaga. Pipa berbahan alumunium lebih tebal dan lebih keras jika dibandingkan dengan pipa berbahan tembaga, pipa ini bisa bertahan lebih lama jika dilakukan pemasangan dengan baik. Akan tetapi jika terjadi kebocoran gas freon pada pipa tersebut, pipa harus diganti seluruhnya, karena pipa berbahan alumunium tidak dapat di las. Ini akan mengeluarkan lebih banyak biaya jika terjadi kebocoran. Pipa berbahan tembaga mungkin lebih tipis dari pipa berbahan alumunium, jika terjadi kebocoran pada pipa berbahan tembaga, bisa langsung di las dan tidak perlu mengganti seluruh pipa yang telah terpasang. Tentunya akan lebih menghemat biaya.

Saat pemakaian AC  sehari-hari, ada beberapa hal yang juga perlu diperhatikan. Ketika AC  telah dihidupkan, setting suhu dengan standar suhu yang kita perlukan. Ketika AC  disetting dengan suhu yang lebih rendah, bukan berarti AcC akan lebih cepat dingin. Settingan suhu hanya menjadi target tercapainya suhu udara di ruangan. Jika suhu diruangan sudah mencapai target, secara otomatis kompresor pada outdoor Ac akan mati untuk beristirahat sejenak, ketika suhu sudah mulai naik kompresor AC  akan hidup kembali. Akan tetapi, kebanyakan pengguna AC  men-setting suhu AC  dengan suhu terendah yang disediakan di remot AC, biasanya suhu 16° celsius atau 18° celsius. Padahal suhu rata-rata di Indonesia sekitaran 32°-37°. AC  akan menjadi cepat rusak jika kompresor harus hidup terus untuk mencapai target suhu yang sebenarnya tidak akan tercapai. Jika kompresor hidup terus, secara otomatis pengeluaran biaya untuk listrik karena AC  akan menjadi lebih banyak, karena yang membuat AC  mengonsumsi lisktrik lebih banyak adalah kompresor AC  yang hidup. Maka sebaiknya untuk seting suhu AC  sekitaran 24°-27° supaya target suhu udara di ruangan bisa tercapai dan kompresor AC  dapat beristirahat sejenak.

Ac yang digunakan hampir setiap hari, tentu akan membuat AC  menjadi kotor, karena indoor AC  menyerap udara dari dalam ruangan kemudian melepaskan udara dingin ke dalam ruangan dan udara panas dibuang melalui outdoor AC. Saat indoor AC  menyerap udara, ada sebagian debu yang ikut terserap ke indoor AC.  Jika debu sudah menumpuk di indoor AC, secara otomatis udara dingin tidak keluar dengan lancar dari indoor AC karena terhalang oleh debu. Maka perlu adanya service AC  setiap 3-4 bulan jika pemakaian setiap hari. Para pengguna AC juga perlu  mencuci saringan pada indoor AC  setiap bulannya supaya penyerapan udara dari dalam ruangan menjadi lancar.

Penyebab AC  menjadi cepat rusak karena kelalaian dalam pemasangan AC, bocornya gas freon, AC   tidak di service. Mitigasi kerusakan AC  dapat dilakukan sejak pemilihan AC, melakukan controlling terhadap AC   dan AC  diservice setiap 3 bulan sekali. Para pengguna AC  tentu ingin AC  miliknya bisa bertahan hingga bertahun-tahun lamanya. Maka dari itu perlu melakukan mitigasi atau tindakan pencegahan ketiga AC  mengalami gejala akan rusak.

Penulis: Rofif Zainul Muttaqin, Mahasiswa STEI SEBI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *