Milenianews.com, Mata Akademisi — Pada Desember 2019, dunia dikejutkan oleh munculnya wabah COVID-19 di Wuhan, Tiongkok. Virus ini dengan cepat menyebar ke berbagai negara dan menjadi tantangan global. Memasuki awal tahun 2020, otoritas kesehatan China mengumumkan bahwa penyebab wabah tersebut adalah virus corona jenis baru. Seiring waktu, berbagai negara mulai melaporkan kasus serupa hingga pandemi menyebar ke hampir seluruh dunia.
Menurut data global, jumlah masyarakat yang terinfeksi virus corona mencapai sekitar 701,75 juta orang. Angka ini menunjukkan betapa cepat dan luasnya penyebaran COVID-19, sehingga memaksa dunia menghadapi situasi krisis kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Adaptasi Masyarakat terhadap Kebiasaan Baru
Situasi pandemi membuat masyarakat harus beradaptasi dengan kebiasaan baru dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan masker, menjaga jarak, dan kebiasaan mencuci tangan menjadi bagian penting dari rutinitas masyarakat. Meskipun terasa berat, langkah-langkah ini diterapkan sebagai upaya melindungi diri sendiri dan orang lain dari penularan virus.
Selain itu, pemerintah dan para pemimpin di berbagai negara menetapkan aturan baru selama pandemi. Jumlah jamaah di tempat ibadah dibatasi, pengaturan tempat duduk harus berjarak, dan penggunaan masker menjadi kewajiban di ruang publik. Kebijakan ini diterapkan sebagai langkah preventif untuk menekan laju penyebaran virus.
Dampak Sosial dari Aturan Pandemi
Aturan COVID-19 membawa dampak yang beragam bagi masyarakat. Di satu sisi, pembatasan kegiatan sosial terbukti membantu menurunkan penyebaran virus sehingga lebih banyak orang terhindar dari sakit. Namun di sisi lain, kebijakan ini membuat banyak orang harus belajar dan bekerja dari rumah, sehingga aktivitas sehari-hari menjadi terbatas.
Meski demikian, aturan tersebut tetap dipahami sebagai upaya menjaga keselamatan bersama. Pandemi menuntut masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi yang tidak ideal demi kepentingan kesehatan publik.
Data, Informasi, dan Perubahan Cara Pandang
Selama pandemi, masyarakat dihadapkan pada berbagai data, grafik, dan informasi yang disampaikan melalui media massa. Setiap hari, publik disuguhi angka kasus, jumlah kematian, serta perkembangan kebijakan. Kondisi ini menuntut masyarakat untuk lebih kritis dalam membaca informasi dan tidak mudah terpengaruh oleh hoaks.
Pandemi menunjukkan bahwa persoalan yang dihadapi tidak hanya berkaitan dengan virus, tetapi juga dengan cara informasi disampaikan. Perubahan data dan kebijakan yang cukup cepat sering kali membuat masyarakat merasa bingung dan tidak pasti.
Baca juga: Qirā’at QS. Al-Ahzab: 33 dan Ruang Karir Perempuan dalam Perspektif Matan Syatibi
Pandemi dan Proses Sekularisasi
Situasi pandemi memperlihatkan adanya proses sekularisasi, yaitu ketika masalah publik lebih banyak diselesaikan melalui pendekatan sains dan rasionalitas. Ruang publik dipenuhi oleh pesan kesehatan, analisis ilmiah, dan protokol medis. Hal ini secara perlahan memengaruhi cara berpikir masyarakat menjadi lebih berbasis fakta dan bukti ilmiah.
Masalah-masalah sosial selama pandemi lebih banyak diselesaikan melalui pendekatan ilmiah dibandingkan cara pandang lain. Masyarakat menjadi terbiasa mengikuti aturan kesehatan dan memantau perkembangan situasi melalui data resmi.
Tantangan dalam Perubahan Pola Pikir
Perubahan cara berpikir ini tidak selalu berjalan mulus. Sebagian masyarakat merasa lelah, bingung, atau tidak setuju dengan kebijakan yang kerap berubah. Perbedaan cara pandang ini kadang memicu konflik kecil, misalnya antara mereka yang sepenuhnya percaya pada data dengan mereka yang merasa aturan terlalu membatasi kehidupan sosial.
Namun di sisi lain, pandemi juga mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan dan kerja sama merupakan hal yang sangat penting dalam menghadapi krisis bersama.
Ketergantungan pada Teknologi dan Ilmu Pengetahuan
Pandemi turut mempercepat ketergantungan masyarakat pada teknologi. Banyak aktivitas yang sebelumnya dilakukan secara langsung kini beralih ke ruang digital, seperti sekolah daring, bekerja dari rumah, dan rapat melalui aplikasi virtual.
Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin mengandalkan ilmu pengetahuan, data, dan teknologi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ruang publik semakin diatur oleh pertimbangan praktis dan informasi ilmiah, sehingga cara pengambilan keputusan juga menjadi lebih rasional.
Dari berbagai perubahan tersebut, dapat dilihat bahwa pandemi COVID-19 bukan hanya tentang penyakit, tetapi juga tentang cara manusia memahami dunia. Masyarakat menjadi lebih dekat dengan data, aturan, dan penjelasan ilmiah dalam menghadapi persoalan besar.
Pandemi mengajarkan bahwa keputusan yang baik harus didukung oleh bukti yang jelas. Perubahan cara berpikir inilah yang menunjukkan bahwa masyarakat perlahan menjadi lebih kritis, rasional, dan terbuka terhadap ilmu pengetahuan dalam menghadapi tantangan global.
Penulis: Sartika Jayana, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.













