Kesuksesan Dengan Jalan Yang Berbeda

Kesuksesan

Milenianews.com, Mata Akademisi – Membicarakan kesuksesan berarti menyinggung tentang pencapaian. Sukses pada perspektif setiap orang pastilah berbrda-beda, tergantung dari tujuan yang akan akan di raihnya dan bagaimana dia memaknai kesuksesan tersebut.  Kesuksesan adalah hal yang sering dilihat ‘enak’nya saja tanpa melihat bagaimana prosesnya atau hanya membandingkan hasil si A dengan hasil si B, padahal setiap kesuksesan pasti mengalami proses panjang dan setiap manusia pasti berbeda juga prosesnya. Proses lebih penting daripada hasil, dengan menghargai proses maka seseorang akan menyadari betapa berharga setiap detik yang dialui untuk mencapai kesuksesan. Sebelum kita merasakan kesuksesan pasti kita akan merasakan kegagalan. Kegagalan dan kerja keras  selalu beiringan dalam proses menuju kesuksesan, dan justru kegagalan menjadi pembelajaran penting untuk memaknai sebuah kesuksesan.

Baca juga: Makna Pancasila Sebagai Sistem Epistemologi Filsafat

Di tengah masyarakat yang sering kali menuntut keseragaman, keberanian untuk berbeda justru menjadi kunci membuka pintu kesuksesan. Sejarah membuktikan bahwa orang-orang yang mengubah dunia adalah mereka yang berani keluar dari zona nyaman, menolak mengikuti arus, dan menciptakan jalannya sendiri. Perbedaan bukan kelemahan yang harus disembunyikan, tetapi kekuatan yang harus dirayakan. saya percaya ketika kita berani berbeda kita membuka peluang untuk menciptakan sesuatu yang belum pernah ada. Salah satu hambatan terbesar untuk berbeda adalah ketakutan akan penolakan sosial. Manusia adalah makhluk sosial yang secara naluriah ingin diterima kelompok. Namun, kesuksesan sejati sering kali membutuhkan keberanian untuk tidak disukai. Ketika kita memilih jalan yang berbeda, akan ada orang yang tidak memahami, meragukan, bahkan mengkritik pilihan kita. Ingatlah bahwa setiap orang yang sukses dengan caranya sendiri pernah menghadapi skeptisisme. Walt Disney pernah dipecat karena “kurang imajinasi”. Oprah Winfrey dianggap “tidak cocok untuk televisi”. J.K. Rowling ditolak oleh banyak penerbit. Mereka semua bertahan karena percaya pada visi mereka sendiri. Kritik dari orang yang tidak berani bermimpi tidak boleh menghentikan kita yang berani berbeda.

Pasti setiap orang mepunyai cerita kegagalannya masing-masing. Berdasarkan pengalaman pribadi saya, saya pernah tidak di terima di MTSN yang yang orang tua saya inginkan, orang tua saya menginginkan saya bersekolah di sekolah negri tapi tetap mementingkan Pelajaran agama islam. Setelah pengumuman penerimaan siswa ada yang menawarkan orang tua saya untuk “membeli bangku” dan saya berkata saya tidak ingin mendapat ilmu dari yang awal yang tidak halal. Setelahnya saya masuk sebuah SMPI di dekat rumah, meski  bukan SMP negri tetapi setelahnya saya belajar banyak hal, saya mengasah hard skill dan soft skill saya. Saya aktif di organisasi siswa intra sekolah (OSIS) dan saya juga aktif mengikuti ekstrakulikuler taekwondo. Setelah lulus dari SMPI tersebut saya melanjutkan pendidikan ke sebuah pesantren. Ini adalah pilihan besar yang saya pilih karna saya memutuskan untuk menghafal Al-Qur’an di sebuah pesantren tanpa kurikulum pelajaran SMA. Di lingkungan rumah dan keluarga saya pendidikan pesantren dan menghafal Qur’an adalah sesuatu hal yang jarang, mereka mayoritas  adalah orang yang menamatkan pendidikan selayaknya orang kebanyakan. Mulai dai masuk TK, SD, SMP, SMA atau SMK, kuliah lalu bekerja hampir semuanya seperti itu.

Sebelum saya masuk pesantren saya adalah pribadi yang sangat tidak percaya diri sekalipun saya telah mengikuti organisi. Saya selalu merasa minder apalagi saya bukanlah orang yang ahli dalam hafalan. Karna saya bukan orang yang pandai dalam menghafal saya memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan hafalan saya dan setelah 3 tahun di pesantren orang-orang berfikir saya juga akan lulus dan selesai menghafal 30 juz Al-Qur’an, sampai semua orang menanyakan “kapan kamu selesai, kapan kamu akan kuliah” mulai dari tetangga, sanak saudara bahkan orang tua saya sendiri. Saya tau ini berat bagi saya tapi saya tau orang tua saya lebih berat menghadapi semua pertanyaan mereka dan disinilah masalah besar saya dimulai. Saya merasa mengambil jalan yang salah tetapi mana mungkin  memutuskan menjadi penghafal Al-Qur’an adalah sebuah kesalahan?. Namun tetap saja saya merasa minder disaat orang-orang seusia saya sudah mampu mengasilkan uang sendiri dan tidak bergantung pada orang tuanya lagi saya masih harus berjuang dengan hafalan saya. Saya tetap harus membuktikan kepada mereka bahwa saya mampu  meski membutuhkan waktu lebih lama, saya mampu walaupun jalan  saya berbeda. Tetapi guru saya pernah berkata “jangan bandingkan pencapain kamu dengan pencapain orang lain, tapi bandingkan dirimu yang dulu dengan dirimu yang sekarang, karna kalau membandingkan dirimu dengan orang lain itu tidak akan ada habisnya. Lihat bagaimana kamu melewati prosesnya bersyukur karna kamu sudah dititik yang sekarang dan hargai setiap proses yang kamu lewati”. Saya sangat berterimakasih kepada beliau karna kata-kata yang beliau berikan saat itu. Disaat saya meragukan diri sendiri dan orang disekeliling saya hanya membandingkan hasil dan pencapaian, guru saya dengan kata-katanya memberikan rasa percaya diri dan menyadarkan saya bahwa sebuah kesuksesan bukan hanya soal hasil tapi kerja keras, gagal, dan rasa juga syukur. Kerja keras untuk mendaparkan hasil terbaik, gagal untuk menjadi batu pijakan agar lebih siap mengahadapi terpaan dan juga rasa syukur bahwa setiap hasil yang kita dapatkan tak terlepas dari Allah SWT.

Pasti setiap orang memiliki sudut pandang tentang kesuksesan bagi saya  kesuksesan adalah ketika kita dapat berguna untuk banyak orang.  Mungkin untuk saat ini saya belum bisa dikatakan sukses apalagi bermanfaat untuk banyak orang namun kembali lagi saya masih  dalam proses dan saya menikmati   setiap prosesnya sambil terus berusaha menjadi versi terbaik dari diri saya. Dan kesuksesan versi saya adalah ketika saya dapat membuktikan bahwa saya mampu mengambil jalan yang berbeda, tidak berhenti di tengah jalan, putar arah apalagi berhenti di tengah jalan. Sekarang saya tau saya tidak salah jalan, saya masih tetap berjuang menyelesaikan hafalan saya sambil kuliah walaupun saya tau jalan yang saya ambil akan lebih sulit dari yang sebelumnya. Jika dulu saya hanya menyetorkan hafalan setiap hari sekarang saya harus setor hafalan dan juga presentasi. Tapi inilah jalan saya inilah pilihan saya. Sekarang orang-orang tidak lagi bertanya dan membandingkan saya tetapi sekarang orang-orang memuji orang tua saya betapa beruntungnya beliau memiliki anak seorang penghafal Al-Qur’an.

Saya percaya bahwa selama kita memiliki niat yang kuat dan tekad yang bulat kita akan sampai pada tujuan kita walaupun dengan waktu yang lebih lama dibanding yang lainnya, walaupun banyak masalah dan kegagalan tak akan membuat kita menunjukkan bahwa kita mampu sampai pada sebuah kesuksesan dengan versi kita.  Seperti ketika menemukan jalan baru yang tidak pernah dilalui orang sebelumnya. Orang-orang akan menganggap kita aneh karna melawan arus, mereka akan menganggap kita membuang-buang waktu karna mencari jalan baru yang belum tentu mulus untuk dilewati. Analoginya seperti ada 2 jalan yang satu adalah jalan normal yang sering dilintasi banyak orang dan satu lagi adalah jalan yang jarang dilewati, kita memilih jalan yang jarang dilewati karna menurut pengalaman orang-orang yang pernah melewatinya di ujung jalan sana terdapat pemandangan yang sangat indah tetapi bagi ‘orang normal’ itu hanya akan membuang-buang waktu namun setelah kita mampu melewatinya kita dapat membuktikan bahwa memilih jalan yang berbeda bukanlah suatu kesalahan, Berani berbeda bukanlah sebuah kesalahan, berani berbeda berarti kita berani mengambil resiko dua kali lebih besar dari pada orang-orang di sekitar kita.

Baca juga: Secularisme Of Turk

Pada akhirnya, kesuksesan bukanlah tentang siapa yang paling cepat tiba di garis akhir, melainkan siapa yang mampu bertahan, belajar, dan tetap setia pada jalan yang ia pilih. Setiap orang memiliki waktunya masing-masing, ritmenya masing-masing, serta ujiannya masing-masing. Jalan yang berbeda bukanlah tanda kelemahan, tetapi bukti keberanian untuk menentukan arah hidup sesuai nilai dan tujuan yang diyakini. Perjalanan saya mungkin tidak sama dengan banyak orang, namun saya bersyukur karena setiap langkah—baik yang berat maupun yang penuh kebahagiaan—telah membentuk diri saya menjadi lebih kuat dan lebih mengenal makna kesuksesan yang sebenarnya. Saya percaya bahwa selama kita tetap berusaha, berdoa, bersyukur, dan pantang menyerah, maka Allah akan membimbing kita menuju tempat terbaik yang telah Dia siapkan. Kesuksesan bukan hanya tentang hasil, tetapi tentang perjalanan yang menjadikan kita pribadi yang lebih matang, lebih bermanfaat, dan lebih dekat dengan Allah. Dan saya akan terus melangkah, perlahan namun pasti, menapaki jalan yang saya pilih—jalan yang mungkin berbeda, tetapi penuh makna.

Penulis: Dhiana Wifda Kafhaya, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *