Milenianews.com, Mata Akademisi – Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis, menilai, dan memverifikasi sebuah informasi sebelum menerimanya sebagai kebenaran. Dalam kehidupan modern yang penuh dengan arus informasi cepat, kemampuan berpikir kritis menjadi sangat penting agar seseorang tidak mudah terpengaruh oleh berita yang belum jelas validitasnya. Setiap orang perlu mampu memilah informasi secara logis dan rasional sehingga tidak terjebak pada penilaian yang terburu-buru, apalagi sampai merugikan orang lain.
Untuk berpikir kritis secara lebih terarah, filsafat ilmu memberikan tiga kerangka dasar yang bisa digunakan dalam menilai kebenaran suatu informasi, yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga kerangka ini merupakan fondasi penting dalam memahami suatu berita secara objektif.
Pertama, ontologi berhubungan dengan hakikat realitas. Dalam konteks berita, ontologi memandu kita untuk bertanya, “Apakah benar peristiwa ini terjadi?” Ontologi menguji keberadaan dan fakta dasar sebuah informasi sehingga kita tidak menerima sesuatu hanya berdasarkan dugaan atau kata orang.
Baca juga: Fenomena Overthinking ala Remaja
Kedua, epistemologi berkaitan dengan sumber dan cara memperoleh pengetahuan. Ketika menghadapi suatu berita, epistemologi membantu kita menilai, “Bagaimana informasi ini diketahui?”, “Apakah sumbernya jelas?”, dan “Apakah informasinya berasal dari data yang dapat dipercaya atau hanya dari gosip?” Dengan demikian, kita dapat menentukan kualitas keilmiahan atau tingkat kepercayaan terhadap informasi tersebut.
Ketiga, aksiologi berkaitan dengan nilai dan tujuan dari keberadaan suatu informasi. Saat menilai suatu kabar, kita perlu bertanya, “Apa tujuan orang menyebarkan berita ini?”, “Apakah untuk memberi informasi, memperingatkan, atau justru menjatuhkan seseorang?” Aksiologi menempatkan informasi dalam konteks motivasi dan dampak sosial yang berhubungan dengannya.
Penerapan ketiga kerangka filsafat ilmu tersebut membantu kita berpikir secara sistematis sebelum mengambil kesimpulan bahwa suatu berita benar atau tidak. Dengan demikian, kita dapat terhindar dari tindakan menghakimi tanpa dasar dan ikut andil dalam menciptakan lingkungan sosial yang lebih bijak.
Sebagai contoh, ada seorang perempuan yang setiap hari kuliah, lalu bekerja sambilan di sekitar kampus. Suatu hari beredar kabar bahwa ia mencuri barang milik temannya. Tanpa memastikan kebenaran kabar tersebut, beberapa mahasiswa langsung menuduh dan menyindirnya. Perempuan itu akhirnya pulang dalam keadaan menangis dan merasa tertekan, hingga ia tidak masuk kuliah selama satu minggu. Padahal, tidak ada bukti bahwa ia melakukan tindakan tersebut. Tidak ada yang memastikan kebenaran berita itu, tidak ada yang mencari sumbernya, dan tidak ada yang mempertimbangkan kemungkinan bahwa berita tersebut muncul karena kesalahpahaman atau motif tertentu.
Baca juga: Realita Media Sosial dari Ruang Belajar Hingga Ruang Bullying
Melalui contoh tersebut, kita dapat melihat betapa pentingnya berpikir dengan tiga kerangka dalam filsafat ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga kerangka ini membantu kita untuk berhenti sejenak sebelum percaya pada berita yang kita dengar. Kita menjadi terbiasa bertanya terlebih dahulu, “Ini benar nggak sih?”, “Sumbernya jelas nggak?”, dan “Apa tujuan orang menyebarkan berita ini?” Dengan begitu, kita tidak mudah terpengaruh oleh omongan orang lain.
Jika ketiga kerangka tersebut digunakan, seseorang akan lebih berhati-hati dalam menilai sesuatu. Kita tidak akan mudah menghakimi orang lain tanpa bukti, atau langsung membagikan berita yang belum tentu benar. Sikap seperti ini dapat membantu mencegah munculnya berita palsu yang pada akhirnya merugikan orang yang sebenarnya tidak bersalah.
Pada akhirnya, berpikir kritis bukan hanya soal pintar atau tidaknya seseorang, tetapi juga tentang tanggung jawab sebagai manusia. Dengan berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara atau menyimpulkan sesuatu, kita ikut menjaga hubungan baik dengan orang lain. Kita juga dapat menghindari tindakan yang melukai perasaan orang lain. Sikap inilah yang sebenarnya dibutuhkan agar lingkungan sosial menjadi lebih nyaman dan saling menghargai.
Penulis: Maulida Najwa Nisa, Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.







