Milenianews.com, Jakarta – Setelah sempat “kode-kodean” sejak Mei lalu bahwa saga Arkipelagia belum selesai, Orkes Silampukau akhirnya benar-benar memenuhi janji mereka. Stambul Arkipelagia Vol. 2 resmi rilis, membawa lima lagu dengan total durasi sekitar 20 menit yang siap menenggelamkan pendengar ke dunia distopia maritim yang semakin matang dan bikin merinding halus.
Silampukau kali ini nggak main-main soal eksplorasi suara. Trek pembuka “Blues Bunga Api (Dan Maut Kian Benderang)” langsung dibuka dengan sentuhan elegan dari maestro terompet Rio Sidik. “Sentrapolis” kembali menggandeng biola dramatis ala Dika Chasmala yang bikin nuansa ceritanya makin hidup. Lalu di ujung perjalanan, “Masuk Angin” membawa pendengar pulang dengan atmosfer lembut tapi menghantui lewat permainan selo Billy Aryo. Dari barat sampai timur, dari klasik sampai modern, Silampukau tetap teguh dengan ramuan Fusion Folk yang jadi ciri khas mereka.
Baca juga: Negeri Maritimlah Inspirasi Kita
Semesta fiksi Arkipelagia masih jadi panggung utama. Negeri maritim ini tetap digambarkan sebagai ruang tipis antara masa lalu dan masa depan, antara realita dan ilusi, tempat segala sisi gelap peradaban manusia dipantulkan tanpa tedeng aling-aling. “Arkipelagia adalah gambaran paling buruk dari peradaban manusia. Negeri yang kami bangun sebagai semacam peringatan agar tragedi tetap berada di ranah fiksi,” dalam keterangan resmi, Rabu (5/11). Sebuah pengingat halus bahwa dunia bisa kacau, tapi musik bisa jadi cara memprosesnya.
Pesan silampukau menguatkan harapan agar tragedi tetap menjadi fiksi
Kharis Junandharu pun sempat menegaskan lagi arah pemikiran ini pada 27 November 2025 di Jakarta. “Pendeknya, Arkipelagia ini adalah negeri amit-amit. Epos yang kami tulis dengan harapan besar agar tragedi tetap menjadi fiksi. Gak perlu jadi kenyataan hidup kita sehari-hari,” ujarnya, membawa nuansa satir yang justru bikin konsep Arkipelagia semakin relevan.
Lewat rilisan yang sama tanggal 5 November 2025, Silampukau juga berharap EP ini bisa jadi tempat singgah dari riuhnya hidup. “Semoga karya ini bisa menjadi ruang pelarian kecil. Tempat singgah sejenak dari bising dan riuh dunia nyata,” tulis mereka. Bukan cuma album, tapi semacam portal kecil buat bernapas.
Baca juga: Encomiendas dan Operasi Tangkap Tangan
Dari sisi visual, Silampukau kembali menggandeng seniman Surabaya, Redi Murti, yang sudah menjadi bagian dari DNA visual mereka sejak era Dosa, Kota, dan Kenangan. Sentuhan visual Redi sekali lagi mempertebal dunia Arkipelagia yang penuh simbol, misteri, dan atmosfer surealis.
Diracik bareng Moso’ Iki Records dan Stoopa Music, dipoles oleh produser Tommy Respati, lalu dimastering oleh Barry Junius di Studio Prapen, Stambul Arkipelagia Vol. 2 terasa seperti bab lanjutan yang lebih dewasa dan sinematis. Bukan cuma album pendamping, tapi sebuah langkah besar yang menunjukkan bagaimana Silampukau membangun dunia, bukan sekadar lagu.
Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.







