Bimo Yunda Suarakan Pentingnya Pencegahan Cyber Bullying dan Kekerasan di Dunia Pendidikan

Milenianews.com, Jakarta – Dalam kegiatan Seminar Cyber Bullying & Harassment yang diselenggarakan oleh Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi (PPKPT) Cyber University pada Rabu (22/10), Bimo Yunda Permana Putra dari Program Studi Digital Entrepreneur tampil menyuarakan pandangan kritisnya mengenai pentingnya langkah konkret dalam menangani kekerasan dan perundungan di lingkungan kampus.

Dalam kesempatan tersebut, Bimo yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Advokasi dan Kebijakan Publik Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kota Depok, serta Staf di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Cyber University, dan Wakil Himpunan Mahasiswa Prodi Digital Entrepreneur, menyoroti bahwa kasus-kasus kekerasan dan perundungan di dunia pendidikan sering kali berakar dari rasa takut korban untuk melapor.

“Banyak korban yang sebenarnya ingin bicara, tapi mereka takut. Karena itu, seharusnya bukan korban yang harus datang melapor, tetapi pihak kampuslah yang harus turun langsung mendekati mereka. Bentuknya bisa berupa survei, monitoring, atau dialog terbuka. Jangan hanya menunggu laporan, karena korban butuh dukungan moral, mental, dan rasa aman,” tegas Bimo.

Baca juga: Cyber University Gelar Sosialisasi Pencegahan Cyberbullying, DPR Ingatkan Kampus untuk Tidak Abai

Bimo juga menyinggung kasus alm. Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa Universitas Udayana yang meninggal dunia akibat dugaan perundungan. Menurutnya, tragedi tersebut menjadi bukti nyata bahwa sistem perlindungan di dunia pendidikan perlu evaluasi menyeluruh, tidak hanya di tingkat kampus, tetapi juga di level pemerintahan dan lembaga penegak hukum, ungkap Bimo.

Dalam pernyataannya, Bimo turut memaparkan data yang menunjukkan bahwa 49% korban perundungan di Indonesia adalah laki-laki, sedangkan 51% adalah perempuan. Ia menegaskan bahwa bullying tidak memandang gender, dan merupakan bentuk ketimpangan kekuasaan yang harus dilawan bersama.

“Bully itu tidak memandang gender. Siapa yang memiliki massa atau kuasa lebih besar, dialah yang cenderung menindas. Karena itu, kita harus berani turun langsung, bukan hanya menunggu korban berbicara,” tutur Bimo.

Meski begitu, Bimo memberikan apresiasi terhadap Cyber University yang menurutnya telah membangun budaya akademik yang sehat dan terbuka. Ia menyebutkan bahwa di lingkungan kampusnya belum ditemukan adanya praktik perundungan maupun kekerasan dalam kegiatan mahasiswa.

“Alhamdulillah, di BEM Cyber University saya tidak pernah melihat adanya perundungan. Bahkan dalam proses penerimaan mahasiswa baru, tidak ada kegiatan ospek keras seperti di beberapa kampus lain. Hubungan antara senior dan junior justru terjalin lewat pendekatan personal yang hangat dan saling menghormati,” ucapnya.

Lebih lanjut, Bimo menegaskan bahwa budaya akademik yang aman dan inklusif perlu terus dijaga melalui kolaborasi antar elemen kampus. Ia menilai, dialog terbuka dan edukasi rutin adalah cara efektif untuk mencegah kekerasan muncul kembali, tambah Bimo.

Baca juga: Fakultas Hukum UI Berikan Sosialisasi Cyberbullying kepada Remaja di Kabupaten Kebumen

Sebagai penutup, Bimo mengajak seluruh mahasiswa untuk terus menjadi suara bagi mereka yang tidak mampu bersuara, serta mendesak agar negara dan lembaga pendidikan lebih proaktif dalam melindungi civitas akademika dari segala bentuk kekerasan.

“Kita sebagai mahasiswa harus menjadi pelopor perubahan. Tapi tanpa dukungan negara dan kampus, perubahan itu tidak akan terjadi. Mari bersama-sama kita dorong agar lembaga pendidikan dan pemerintah benar-benar hadir dalam melindungi mahasiswa dan pelajar di Indonesia,” tutup Bimo Yunda Permana Putra.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *