News  

Perempuan Islam Indonesia, Motor Diplomasi Publik dan Perdamaian Global

Menteri PPPA, Arifah Fauzi nyatakan perempuan memengang peran penting penggerak diplomasi publik dan perdamain global pada seminar nasional bertajuk "Perempuan, Garakan DAkwah, dan Diplomasi publik: Peran, Tantangan dan Strategi di Era Global", Rabu (5/11) (Sumber : website humas KemenPPPA)
Menteri PPPA, Arifah Fauzi nyatakan perempuan memengang peran penting penggerak diplomasi publik dan perdamain global pada seminar nasional bertajuk "Perempuan, Garakan DAkwah, dan Diplomasi publik: Peran, Tantangan dan Strategi di Era Global", Rabu (5/11) (Sumber : website humas KemenPPPA)

Milenianews.com, Jakarta – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, baru-baru ini menekankan betapa pentingnya peran perempuan Indonesia dalam diplomasi publik dan perdamaian global dan uniknya, lewat gerakan dakwah. Hal ini ia sampaikan saat seminar nasional bertajuk “Perempuan, Gerakan Dakwah dan Diplomasi Publik: Peran, Tantangan dan Strategi di Era Global” pada Selasa (4/11).

“Meningkatnya perhatian dunia internasional terhadap posisi Indonesia yang semakin strategis menuntut kreativitas dan inovasi perempuan Indonesia. Salah satu kekuatan perempuan Islam adalah gerakan dakwah yang bukan hanya menyampaikan ajaran agama, tetapi membangun peradaban,” ujar Arifah melalui siaran pers yang diunggah pada Rabu (5/11).

Baca juga: Dari Keio University hingga Tokyo City University, Karya dan Gagasan Helvy Tiana Rosa Membuka Ruang Dialog Budaya Indonesia–Jepang

Arifah juga nggak menutup mata soal berbagai tantangan yang masih dihadapi perempuan, terutama hambatan struktural dan budaya yang membatasi peran mereka, termasuk akses ke jejaring internasional. Makanya, ia menekankan pentingnya strategi pemberdayaan yang jelas.

“Kita akui masih ada hambatan yang akhirnya membatasi perempuan. Oleh karena itu, tiga agenda pemberdayaan yang penting untuk dilakukan adalah memperkuat literasi global, supaya perempuan lahir sebagai pemikir yang paham isu internasional,” tambahnya.

Perempuan bisa jadi agen perdamaian dunia

Nggak cuma itu, Executive Board The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia, Yuniyanti Chuzaifah, ikut menegaskan pentingnya perempuan dalam pembuatan kebijakan, termasuk kebijakan perlindungan global.

“Kerangka kerja internasional Women, Peace and Security (WPS) berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1325 menekankan empat hal: pencegahan, penanganan dan perlindungan, lembaga dan pengukuhan, serta pemulihan dan pemberdayaan. Ini menunjukkan perempuan bukan cuma korban, tapi agen penting dalam perdamaian dan keamanan dunia,” jelas Yuniyanti.

Baca juga: Pembaruan Pendidikan Muhammad Abduh: Jembatan Antara Tradisi Islam dan Modernitas di Indonesia

Sementara itu, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Asep Saepudin Jahar, berharap gerakan dakwah bisa jadi instrumen kultural yang melibatkan perempuan dalam menciptakan perdamaian global.

“Diplomasi global saat ini gencar membangun keterlibatan perempuan, khususnya dalam konteks perdamaian. Lewat gerakan dakwah sebagai instrumen kultural Indonesia di dunia global, kami berharap isu perlindungan bisa terlaksana dengan baik,” imbuh Asep.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube MileniaNews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *