OpenAI Jadi Perusahaan Non TBK Terbesar Dengan Valuasi $500 Miliar

OpenAI

Milenianews.com – Boom! Dunia teknologi lagi-lagi heboh gara-gara OpenAI. Perusahaan AI yang digandeng Microsoft ini baru saja bikin sejarah: sukses menutup penjualan saham sekunder senilai USD 6,6 miliar (sekitar Rp106 triliun). Hasilnya, valuasi OpenAI langsung melesat ke angka USD 500 miliar atau kira-kira Rp8.000 triliun. Itu artinya, OpenAI sekarang resmi jadi perusahaan swasta paling mahal di dunia, bahkan mengalahkan SpaceX milik Elon Musk.

Baca juga: OpenAI Cetak Rp69 Triliun, Tapi Bakar Duit Rp40 Triliun! Microsoft Tetap Untung Besar

Penjualan ini bukan IPO alias perusahaan go public. OpenAI hanya menjual saham lama milik karyawan lewat mekanisme secondary share sale. Jadi, dana dari transaksi ini tidak masuk ke kas perusahaan, melainkan ke pegawai dan eks-pegawai yang sudah memegang saham lebih dari dua tahun.

Langkah ini dianggap sebagai bentuk apresiasi buat tim internal yang sudah membangun OpenAI sejak awal. Sebelumnya, pada November lalu, OpenAI juga sempat menjual saham ke SoftBank senilai USD 1,5 miliar.

Investor kelas berat ikut masuk

Transaksi ini diikuti oleh investor besar dunia, di antaranya:

  • Thrive Capital
  • SoftBank
  • Dragoneer Investment Group
  • MGX (Abu Dhabi)
  • T. Rowe Price

MGX bahkan menyatakan bangga menjadi mitra inti OpenAI dan siap mendukung pendanaan berikutnya. Menariknya, meski OpenAI memberi izin hingga USD 10,3 miliar untuk dijual, yang benar-benar dilepas hanya sekitar dua pertiga. Hal ini menunjukkan bahwa banyak karyawan memilih menahan saham mereka, tanda bahwa mereka yakin dengan masa depan OpenAI.

Bye SpaceX, halo OpenAI

Dengan valuasi USD 500 miliar, OpenAI otomatis menggeser SpaceX dari posisi perusahaan privat paling berharga di dunia. SpaceX terakhir kali dilaporkan bernilai sekitar USD 456 miliar. Kini, giliran OpenAI yang jadi bintang utama.

Selain soal angka, langkah ini juga menjadi strategi OpenAI untuk mempertahankan talenta terbaik. Persaingan di industri AI sedang memanas, bahkan Meta (Facebook) kabarnya rela menawarkan gaji sembilan digit dolar untuk membajak para ahli AI.

Meski valuasinya setinggi itu, perlu dicatat bahwa angka ini berasal dari transaksi sekunder, jadi lebih merefleksikan harga yang bersedia dibayar investor. Namun, performa OpenAI memang sedang menanjak. Pada paruh pertama 2025 saja, pendapatan mereka sudah mencapai USD 4,3 miliar, lebih banyak daripada total sepanjang 2024.

Tantangannya masih besar, mulai dari biaya riset yang sangat tinggi, kebutuhan infrastruktur, hingga persaingan global dengan raksasa teknologi lainnya. Jadi meskipun sudah menyandang gelar “startup termahal di dunia”, perjalanan OpenAI masih panjang.

Baca juga: OpenAI Gandeng Oracle dalam Kontrak Raksasa US$300 Miliar untuk Project Stargate

OpenAI kini berada di puncak hype: valuasi USD 500 miliar, dukungan investor besar, dan posisi yang menyalip SpaceX. Transaksi ini bukan hanya memberikan keuntungan bagi karyawan, tapi juga mempertegas posisi OpenAI sebagai pemain utama dalam dunia kecerdasan buatan.

Ekspektasi terhadap OpenAI jelas semakin tinggi, dan dunia teknologi akan menantikan sejauh mana perusahaan ini bisa menjawab tantangan tersebut. Satu hal yang pasti, babak baru era AI sudah resmi dimulai, dan OpenAI berdiri di garis depan.

Tonton podcast Milenianews yang menghadirkan bintang tamu beragam dari Sobat Milenia dengan cerita yang menghibur, inspiratif serta gaul hanya di youtube Milenianews.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *